Chapter 34 ~ 𝐘𝐨𝐮 𝐒𝐡-𝐭!

467 49 29
                                    

TOXIC INDONESIAN WORD WARN

Air minum ku menyembur membasahi karpet ketika Ufan mengatakan aku benar benar gay.

"Eh?"
"EH??? HASILNYA AKU GAY DAN KAMU DIAM SAJA????"
"Loh,aku kira kamu sudah lihat. Jadi tidak aku kasih tau"
"UFAAAAN. SETRES GUE. NJR"
"Aduh,khodamnya keluar. Engga usah toxic anjr"
"Lo juga"
"Bodo ah gara gara lu"
"IH,HASILNYA PASTI SALAH. ENGGA MUNGKIN"
"Lo udah pernah suka cewe?"
"Ha? Belom"
"Kurang bukti gimana coba. Apalagi Kakak lo tu."
"Kok bawa bawa Ice?"
"Gobl-k amat si lu. Dia gay juga."
"HAH?"
"Telinga gue"

Aku memijat pelipis ku sambil menghela napas kasar saat menghadapi si bungul ini.

"Fan. Dia tu mau nembak cewe. Anjr ga sih?"
"Ko anjir,bukannya bagus?"
"Ga tau,ga suka aja gue"
"Derita lo"
"Anji-g juga"
"Kalo gue bilangnya dia mau nembak lo?"
"Lucu,Fan. Kek muka lo"
"Anjir amat"
"Derita lo"
"..."
"Ih,Fan,serius,keder gue"
"Dia mau nembak lo"
"Ngadi ngadi juga engga setinggi langit ke tujuh,Fan."
"Lo yang ngadi ngadi"
"Lo ngaca?"
"Via onlen"
"Siap,Pak,siap"
"Ah,lo ngeyel banget si"
"Lo ke sini deh"
"Mhm,otewe"
"Buru"
"Sabar gue ngumpulin niat"
"Niat gue buat lempar lo ke kandang kudanil udah kekumpul tau"
"Iya iya gue otewe"

Lalu aku mematikan telepon sambil menatap tembok.

Aku kira batin ku cukup menjerit kala itu. Bagaimana tidak,sih? Rasanya seperti terkena Shock Hemoragic saat itu. Tapi versi tidak sakit.

(Author's Note⁶ : Syok hemoragik adalah suatu kondisi kehilangan volume intravaskular secara cepat dan signifikan yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan tidak kuat)

"Aduh,hiang sudah sel otak ku" kataku bergumam.

Aku mencoba mengingat semua keanehan Ice.

Dari saat awal awal kami pertama bertemu. Saat dia tertidur dengan mudah di tengkuk ku.

Saat dia mengalah tidak tidur demi menemani aku bermain salju. Dan saat dia menyerahkan potongan makanannya buat dibagi dengan ku.

Lalu saat sikap Overprotectivenya kumat,semua menjadi salah di matanya. Haha.

Tapi apa yang seharusnya aku sadari sejak lama adalah bagaimana Ice menatapku dalam sekali. Ada maksud dalam tatapan itu. Yang aku belum sadari.

Aku mengusap wajah kasar ketika menunggu Ufan yang lelet. Entah kemana dulu anak itu.
Tapi lupakanlah,1 menit kemudian dia datang.

"Kangen lo" Tuturnya tanpa beban.
"Kangen banget,Fan. Saking kangennya,pengen deh,gue goreng muka lo"

"Ah garing lo mah. Masa lo gay doang kaget. Gue dong,udah tau sebelom lu tes. Abisnya lu sama Kakak lo tu sus banget. Mana itu tiang listrik over banget sama lo. Eh,jangan jangan Kak Ice udah suka sama lo dari lo pada masih pitik pitik"

Itu adalah kalimat Ufan sebelum satu getokan sampai di kepalanya.

"Lucu Pan. Serius."
"Anjir sakit"

Aku menghela napas lagi buat yang kesekian kalinya. Aku tidak tau harus apa,karna aku tidak pernah mendapat situasi seperti ini sebelumnya.

Ufan melihat ponsnya sesaat sebelum tiba tiba dia meloncat.

"Blaze!"

Aku menengok untuk melihat wajah berseri serinya. Aaaah,aku malu mengingatnya sekarang. Hehe.

Ufan menggandengku menuju taman samping rumah.

Aku cukup terkejut karna taman ku yang penuh dengan tanaman herbal,masakan dan bunga hias bisa berubah seperti restoran outdoor.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum