Chapter 48~𝐁𝐞𝐟𝐨𝐫𝐞 𝐄.

356 35 2
                                    

Penerbit ternyata mengabariku beberapa bulan lalu, namun karna kesalahan penulisan alamat email, pesannya tidak sampai kepadaku.

Pada saat itu, aku punya 4 sampai 6 naskah di laptopku yang belum ada niatan aku terbitkan. Namun dengan email penerbit itu, aku langsung mulai menanam pupuk optimisme.

Sekarang ada Ice yang pasti mendukungku.

Aku membalas email penerbit bahwa aku punya beberapa naskah yang mau aku tunjukkan, dan mereka mengatakan kalau aku bisa mengirimi mereka naskahku kapan saja.

Aku senang, sudah pasti. Jadi aku mengatakan pada Ice jika aku mau memulai karier menulis. Ice menyetujuinya, katanya, yang penting aku senang. Saat itu juga aku berbunga bunga.

Semua naskah itu terbit dan keluar sebagai buku terbest seller selama 10 tahun terakhir. Namun ada satu buku yang benar benar memimpin peringkat di antara buku ku yang lain.

Amygdala Ragdoll.

Naskahku saat SMA kelas 2. Menurutku, terlepas dari Candle yang mana aku buat karna situasi tertentu, maka Amygdala Ragdoll adalah buku pertamaku yang sebenar benarnya.

Naskahnya aku tulis saat aku benar benar berniat menjadi penulis. Aku menulis setelah belajar atau biasanya setelah makan malam.

Banyak waktu luang yang aku habiskan hanya dengan melamun, memikirkan kata kata yang bagaimana buat menceritakan Amygdala Ragdoll.

Genrenya noir, sedikit ANGST, tapi lebih ke gore.

Karakter utamanya bernama Hyoung Min Hyoung. Dibaca dari depan atau belakang, penyebutannya sama. Hyoung Min Hyoung.

Dia adalah Anak kecil yang meninggal di umur 9 tahun. Aku menggambarkannya sebagai sosok yang terlihat seperti tipe Don't touch me type.

Amygdala adalah nama bonekanya. Amygdala itu boneka kain yang bentuknya seperti boneka kutukan, atau dalam istilah sakral namanya boneka santet.

Ice sempat membaca setengah dari buku itu, tapi dia tidak melanjutkannya karna katanya genre Gorenya terlalu terasa. Aku hanya mengangguk angguk mengerti.

Kemudian, setelah lulus S1, aku melanjutkan S2 di kampus yang sama sementara Ice masuk S3.

Di masa itulah kami lebih sering bersama. Tentu saja Ufan tidak ditinggalkan. Oh, benar. Siapa sangka hubungannya dengan Kak Thorn berjalan baik. Ufan sangat cocok dengannya. Hanya mungkin Ufan suka sengklek sendiri.

Sesekali kami date berempat. Ice dan Kak Thorn punya cara bermanja sendiri sendiri. Biasanya Kak Thorn paling suka jika diperlakukan seperti putri. Meski tidak terlalu bergantung pada Ufan, tapi Kak Thorn suka jika dia dimanja.

Bahkan dia membiarkan Ufan mengusap kepalanya. Itu gila.

Baiklah, aku berlebihan.

Nah, yang aneh aneh ini biasanya Ice. Saat aku S2, kami banyak melakukan apapun bersama. Ke kampus, pulang dari kampus, istirahat, semuanya bersama. Beberapa kali juga jika kita punya jadwal kerja kelompok, hari dan tempatnya disamakan, jadi kami tetap bersama.

Aku tidak keberatan, aku mulai terbiasa dan nyaman nyaman saja. Entah karna benar terbiasa, atau karna ada Ice. Intinya, aku sudah tau, bahwa aku memang menyukai Ice. Tapi aku sendiri tak sadar mulai kapan.

Ice bukan tipe yang "bandel", kami tidak melakukan "hal hal aneh" seperti kebanyakan pasangan umumnya. Paling jauh hanya berciuman, itupun dia biasanya izin.

Aku menyukainya yang menghormati privasi orang lain, meski kalau kumat biasanya langsung cium saja dan tidak bilang dulu. Aku hanya takut saat ada kilatan lapar di matanya. Rasanya seperti dia bisa memakan ku kapan saja. Bukan lapar perut, melainkan lapar karna hal lain.

Hahaha.

Baik temanku dan teman Ice, semuanya melihat kami dengan tatapan lucu. Mereka terlihat bingung, dan agak ngeri sekaligus. Mayoritas ekspresi mereka sama seperti gambar Ufan waktu itu.

"Itu kakak mu kan, Blaze?"
"Dia benar benar hanya Adik, Ice?"

Pertanyaan mereka selalu berputar putar di sana. Hahaha. Lucu mengingatnya. Aku dan Ice sepakat tidak memberi tahu apa apa pada mereka. Ice classic, alasannya karna takut aku dibully lagi.

Senang rasanya ketika tau ada seseorang yang begitu memikirkan keadaan mu. Meski kadang orang itu menjengkelkan.

Pertengahan S2, Ice mulai lebih terang terangan. Dia benar benar memberi petunjuk pada semua orang. Itu yang terkadang membuat beberapa teman jijik dan mulai menjauh dari kami.

Tapi aku juga ingat bahwa beberapa gadis sangat senang melihat Ice lengket betul padaku. Mereka tipe seperti Hyunki dan temannya, pecinta BL. Haha.

Ada juga yang tidak terlalu peduli dan hanya tau seadanya. Dosen juga begitu. Tapi tidak ada dari mereka yang jijik. Kalau tidak senang melihat kami, ya paling tidak hanya bertanya sekenanya. Tidak terlalu berminat menyelam jauh.

Lalu awal aku S3, Ice mulai membuka kariernya. Aplikasi pertamanya semacam aplikasi merangkap studi pendidikan.

Dia lulus dengan nilai di atas rata rata meski tidak sempurna.

Semuanya sama. Hidupku semakin lempeng lempeng saja di S3. Aku mulai aktif dalam menulis, beberapa teman kampus meminta tanda tanganku satu dua kali setelah tau ada salah satu buku yang mereka beli yang merupakan karyaku. Sementara beberapa Dosen hanya merievew karya kecilku itu.

Tetap saja, rata rata pembaca menyukai Amygdala Ragdoll. Aku senang jika memang apa yang aku tulis itu bagus. Tujuanku menulis memang hanya untuk membuat pecinta buku tidak kehabisan bahan bacaan. Selain itu, aroma buku sangat bersansi, terutama buku buku lama. Aromanya seperti magis yang sangat kuat bagi orang tertentu.

Tapi yang lebih berkesan yaitu ketika kamu membaca buku baru sambil menikmati aroma buku yang bercampur dengan aroma hujan dan segelas kopi atau susu panas sambil mendengarkan deru rintik hujan dan melihat hujan turun dengan derasnya mengguyur pekarangan rumah mu.

Vibenya sulit aku jelaskan. Tapi rasanya sangat berbeda. Seperti kamu sudah menjadi benar benar dewasa untuk duduk menikmati dunia mu sendiri sementara kepalsuan hidup semakin merajalela.

Aku sangat menyukai aroma aroma yang seperti itu. Entahlah mengapa.

Sementara aku berdiam dengan hujan, buku dan kopi, Ice lebih suka berkutat dengan sinar radiasi laptop dan gadget canggihnya di ruang kerja.

Pertengahan S3 ku adalah masa masa di mana dia sangat ambisius pada suatu proyek. Itulah rangkapan VR pertamanya. Dia sangat sangat ambisius dalam proyek itu.

Beberapa kali aku lihat dia tidak tidur saat membuat Motherboard. Berat badannya turun 10 kg dalam seminggu, dan kantung matanya punya kantung mata yang memiliki anakan kantung mata. (Apa aku menjelaskannya dengan benar...?)

Proyek itu selesai dalam setengah tahun. Grafiknya bagus, alurnya tidak dapat ditebak, efeknya pas dan kerennya lagi, Ice bisa mengurangi kadar radiasinya untuk mata. Itu keren!

Setelah aku lulus kuliah, sekitar seminggu setelah hari kelulusan tepatnya, barulah hal yang tak ku sangka terjadi. Itu sangat membuatku senang, sekaligus membuatku haru. Hahaha.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now