Chapter 32 ~ 𝐁𝐞𝐭𝐰𝐞𝐞𝐧 𝐔𝐬 #1

418 41 16
                                    

Diantara kita,Ayah.

Ada dua dinding yang menjadi penghalang besar. Tapi jangan merasa bersalah. Karna dinding itu,adalah dinding yang sama...
Dengan yang semua orang miliki.

Egoisme,dan
Harga diri.

Kita berjalan saling membelakangi. Aku menuju jalan ku,Ayah menuju jalan Ayah. Lalu...

Siapa yang mau mendorong hancur dinding itu,Ayah? Siapa yang mau mengambil inisiatif dan merobohkan dinding sialan itu?

Diantara kita,Ayah.

Tak hanya dinding. Melainkan cermin besar yang membentang. Membutakan diri kita masing masing. Membuat harga diri menjadi suatu junjungan yang tinggi.

Ayah,aku tidak pernah berjalan menjauh membelakangi mu. Aku selalu menatap cermin itu. Melihat segalanya. Meniru segalanya.

Cara Ayah berpikir. Cara Ayah berdiri. Cara Ayah duduk. Cara Ayah merubah ekspresi. Bahkan aku mau mengikuti cara bernapas Ayah.

Aku selalu menginginkan semua yang Ayah punya.

Lalu aku lupa. Aku bukanlah dia yang Ayah inginkan. Aku lupa. Bahwa aku hanya bisa berdiri dan belajar dari Ayah. Tapi tak bisa membanggakan diri ketika aku berhasil meniru Ayah.

Aku tak pernah bilang aku membenci Ayah. Tapi aku juga tak pernah bilang aku sayang Ayah.

Aku tidak bisa merobohkan dinding itu,Ayah. Jadi aku mencoba memanjatnya. Aku berhasil sampai saat aku remaja.

Lagi.

Aku masih mencoba meniru mu. Duduk di puncak bentangan kaca. Melihat Ayah terus berlari jauh membelakangi aku.

Tapi ketika Ayah berbalik,aku tak pernah ada di sana.

Karna,Ayah...

Aku tak pernah benar benar ada di sana.

Aku sudah mati,sebelum aku benar benar mati...aku terlalu lama tersenyum dan menunggu Ayah untuk berbalik.

Sekarang Ayah menyusur kembali jalan itu...dan berjalan pulang...

Ayah mendaki kaca itu dan duduk di puncaknya. Sama sepertiku.

Tapi Ayah.

Aku tak lagi duduk di bawah,mendekap lutut dan tertidur di sana. Aku sudah lari lebih jauh dari Ayah. Lari lebih jauh dari yang Ayah bisa bayangkan. Ayah tak tau itu,kan?

Andai saja Ayah berbalik sedikit lebih cepat,aku akan terlihat di puncak kaca itu. Melambai,tersenyum hangat padamu. Bahkan tak segan aku katakan,

Ayah,aku menyayangimu. Aku tunggu Ayah di rumah.

Tapi maukah Ayah mendengarnya? Maukah Ayah membuang waktu dan mendengarnya? Meski sekali saja dalam seumur hidupku.

Ketika aku kembali nanti...

Ayah tak akan tahu siapa yang kembali menyusur jalan itu...aku tidak lagi akan melambai,tersenyum dan tertawa lebar.

Aku kecil tak akan ada lagi di sana.
Aku remaja tak akan ada lagi di sana.

Aku dewasa tak bisa lagi mengubah pandangannya,Ayah...

─────────────𝐁𝐞𝐭𝐰𝐞𝐞𝐧 𝐔𝐬 #1────────────
ᵈⁱᵗᵘˡⁱˢ ᵘⁿᵗᵘᵏ ᵃᵈᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵗᵉⁿᵍᵃʰ ᵇᵉʳʲᵃˡᵃⁿ ᵖᵘˡᵃⁿ

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now