Chapter 36 ~ 𝐒𝐬𝐡,𝐈𝐧𝐢 𝐈𝐜𝐞

513 46 8
                                    

Blaze sedang tidur saat ini. Mungkin dia kelelahan. Trio siluman itu juga sedang tenang di kamar,seharusnya aku bisa makan sepuasnya sekarang sambil tiduran di ruang TV.

Entah,deh,aku tidak enak saja dengan Blaze.

Aku lihat dia sudah menulis hingga saat aku menembaknya. Wajah linglungnya lucu saat itu,tidak tau bagaimana sekarang sifat galak menyelip.

Sebenarnya bukan sesuatu yang spesial untuknya hari itu,karna dia belum mau mengakui bahwa dia juga menyukai ku. Biarlah,yang penting hari itu spesial untukku.

Hmm.

Aku kira saat itu aku membuatnya trauma..
Taufan full senyum sejak aku merebut ciuman pertama Blaze.

Entah kenapa bisa dia sampai lemas,mungkin dia shock atau semacamnya entahlah. Tapi sejak itu Blaze terus menghindari ku. Padahal dia sendiri yang mengatakan iya.

Apakah caraku menembaknya termasuk menjebaknya? Tidak? Entah.

Pagi setelah malam canggung itu,Blaze lagi lagi pergi pagi sekali. Padahal setelah Ayah tiada,Blaze selalu berangkat tepat waktu jam 6 pagi. Tidak terlalu pagi lagi.

Aku sempat merasa tak enak karna dia terus menghindari ku.

Terbesit rasa sesal karna menembaknya. Aku kira dengan menjadikannya kekasih aku bisa semakin dekat dengannya secara instan. Terutama setelah Taufan cerita Blaze itu gay.

Hatiku seperti tengah menyalakan petasan tahun baru untuk merayakannya. Aku tidak berpikir panjang apa dia menyukaiku atau tidak.

"Blaze!" Aku menghampirinya pada suatu hari di jam istirahat. Taufan ada di sampingnya dan tiba tiba saja tersenyum geli sementara Blaze terlihat panik.

"Pan,gue ninggalin ponsel gue,Pan. Lo tunggu sini." Blaze langsung pergi dengan muka bersemu merah.

Aku yang tadinya berlari jadi tidak bersemangat lagi bahkan hanya untuk sekadar berdiri.

"Aneh si,lu,Kak. Main cium aja anak orang." Taufan berceletuk sambil mendorong lengan ku. "Lu tuh babu,diem aja." Kataku membalas.

Taufan berdecak,lalu membuka ponselnya untuk menunggu Blaze.

Sementara aku menghela napas,Lexy tiba tiba muncul tepat saat Blaze keluar dari pintu kantin.

Aku heran apa urusan anak berengsek itu. Kalau aku,kan,memang untuk menjemput Blaze. Dan lagi pula,aku sudah menyelesaikan jadwal kuliah ku.

Tapi si aneh ini??????

Mana dia terlihat mau mendekati Blaze lagi. Ahhhhh,aku tersiksa. Aku berlari secepat mungkin lalu menggapai tangan Blaze dan kembali ke posisi semula untuk menarik Taufan juga.

Aku masih bisa melihat wajah kaget Lexy sekilas. Kelihatannya kaget,tapi lebih ke bingung.

Aku menarik mereka hingga ke taman sekolah di belakang.

"Apaan sih,Kak. Jantungan gue." Taufan kembali bersuara. Aku tak menghiraukannya dan hanya mengambil sebotol air yang aku bawa.

"Minum,Blaze." Kataku. Blaze mengambilnya takut takut tanpa melihat ke arah ku. Aku semakin merasa aneh,lalu terlintas suatu topik di kepalaku.

"Kemana si pasangan itu?" Kalimat itu keluar,Blaze langsung menyemburkan airnya. Wajahnya bersemu merah lagi untuk kesekian kalinya.

"Pasangan yang mana?" Taufan bertanya sambil menepuk nepuk Blaze yang terbatuk.

"Solar dengan Halilintar."
"Oh. Gak tau. Udah absen 3 bulan. Di samper BK ke rumahnya enggak ada orang." Taufan menjawab.

Jujur saja,sejak awal aku melihat mereka,ada sesuatu yang aneh. Tapi aku sendiri tidak tau itu apa.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now