Chapter 44~𝐖𝐞 𝐀𝐫𝐞 𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐓𝐡𝐞𝐢𝐫 𝐂𝐚𝐧𝐝𝐥𝐞, 𝐇𝐨𝐧𝐞𝐲.

391 44 1
                                    

Ah, aku sedang kesal dengan Ice belakangan ini. Dia jadi lebih sering tidur berlebihan dan makan camilan dengan porsi tiga kali lipat dari biasanya. Bodohnya dia malah mengajak Anak anak. Duh, pokoknya memusingkan.

Ketika aku bertanya apa yang membuatnya menjadi beruang dia hanya mengangkat bahunya, lalu segera berlalu.

Aku membiarkannya selama beberapa hari, tapi aku rasa dia masih tidak peka juga. Mungkin aku bisa membiarkannya beberapa hari lagi jika dia tidak mengajak Anak anak, tapi hey, anak anak jadi sering memakan cemilan sebelum makan.

Aku mengomelinya barusan, entah sekarang dia sedang apa. Sebenarnya aku tidak mau anak anak juga aku hukum, tapi Fire membuat semuanya berantakan. Sekolah mereka ku tunda hingga minggu depan dan mereka harus membersihkan kamar mandi secara bergantian tiga pekan ini.

Biar mereka belajar.
Anyway,

Aku tidak yakin apa aku bisa mengatakannya dengan tepat. Maksudku, lihatlah.

Search On : Pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Search On : Pinterest.

Ini editan Fire di komputer Ice. Dia berlari menunjukannya padaku pagi tadi. Aku bertanya padanya apa Ice membantunya, dan dia bilang tidak. Ice benar benar tidak membantunya, Ice sudah mengkonfirmasi itu.

"Fire belajar dari mana?"
"Aku cuma mencoba iseng iseng, Ayah. Tidakkah Frostfire kelihatan keren?"
"Itu Frostfire?"
"Iya! Dia membual soal mimpinya yang membakar sebuah gedung tapi juga membekukannya sekaligus. Aku tau itu mimpi, tapi aku rasa itu cukup keren. Meski aku merasa bodoh setelah aku menyelesaikan ini."

Aku menatap Fire yang segera berlari ke ruang tamu. Mau pamer ke Frostfire.

Nah, lalu siang tadi, giliran Frostfire yang membuatku berpikir ulang soal sekolah umum.

Frostfire menggambar sebuah manga di HVS. Dia duduk sendiri di meja makan yang mana tidak biasanya. Seharusnya di jam jam siang kalau tidak bertengkar ya main dengan Fire.

"Frostfire, sedang apa? Kamu tidak bermain?" Aku memulai pembicaraan sambil membuka kulkas. Mengambil air dingin.

"Aku menggambar manga, Ayah. Aku bosan." Katanya tanpa mengalihkan perhatian. Gambarnya sangat mengesankan untuk anak seumurannya. Garisnya rapi, dan tidak ada jejak hapusan di sana.

"Kamu menggambar sendiri? Mana adik mu yang lain?"
"Tadi Fire di kamar sama Frost. Entah sedang apa."
"Frostfire tidak main?"
"Bosan main terus. Terkadang rasanya seluruh badan pegal, apalagi kaki. Tidak salah juga jika sesekali duduk diam."
"Begitukah? Kalau begitu biar Ayah lihat kamu menggambar manga apa. Apa boleh?"

Frostfire menengok ke arahku, mengangguk dengan semangat.

Itu benar benar sempurna. Aku lupa memotretnya, tapi Frostfire menolak menunjukannya lagi saat aku memintanya. Dia bilang sudah dia buang.

Itu benar benar sempurna. Sangat. Satu hal lagi yang harus aku mention. Dia menggunakan pulpen. Aku mungkin bisa mengabaikan bakatnya jika dia menggunakan pensil. Tapi sentuhan pulpennya itu benar benar sempurna.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now