Chapter 7 ~ 𝐖𝐡𝐚𝐭'𝐬 𝐓𝐡𝐞 𝐌𝐚𝐭𝐭𝐞𝐫,𝐅𝐚𝐭𝐡𝐞𝐫?

869 110 16
                                    

4 tahun berlalu.

Aku tak tau lagi dengan nasib ku kedepannya. Beberapa kali aku check up untuk mengetahui perkembangan penyakitku.

Aku senang hanya aku yang tahu tentang ini.

Dokternya masih sama. Dengan baik hatinya dia memotong biaya check upnya. Tak tau harus bagaimana cara membalasnya.

Perkembangan penyakitnya lambat. Aku masih punya kesempatan hidup lama. Setidaknya aku masih bisa menyelesaikan kuliah ku nanti. Sekarang aku tengah SMA kelas 1. Pertengahan semester 2.

Terlepas dari penyakitku,hidupku semakin menyiksa saja. Tanpa sepengetahuan siapapun,aku menyisihkan semua uang jajan ku. Separuh untuk check up,separuhnya untuk biaya psikiater. Bersama Kak Rachel Yoo.

Suatu hari ketika aku tengah check up,Dokter mengetahui beberapa luka lebam ku. Aku menceritakan semua dari awal hingga akhir secara ditail,dan Dokter itu menawari jasa psikiater anak padaku.

Sungguh berhutang aku padanya.

Lainnya lagi,
Kenapa menyenangkan Ayah sangat sulit. Apakah aku belum mencoba? Tentu sudah.
Sudahkah aku berusaha? Tentu sudah.
Sudahkah apa yang aku lakukan seharusnya membanggakan? Tentu saja.

Juara kelas 4 kali. Bagaimana menurut kalian? Kurangkah aku berusaha?

Mengikuti semua aturan tanpa tapi. Bagaimana menurut kalian? Kurangkah aku mencoba?

Aku hidup bertahun tahun dalam bayang bayang Ayah. Mengikuti mau Ayah. Tak melawan Ayah. Lantas apa? Aku bahagia? Tentu.
Ayah bahagia? Tidak.

Aku naik kelas dengan nilai sempurna. Rangking 1. Murid terfavorit satu sekolah. Pemegang juara terbanyak di sekolah. Kurangkah aku berusaha?

Sesekali aku akan termenung di kamar. Menatap bayang bayang pohon yang disebabkan oleh sinar bulan. Bayang bayang yang gelap,bahkan mampu menutupi sebuah kuncup bunga.

Hey,Bulan.
Pantaskah aku menatap mu dari sini?
Dari Bumi.
Pantaskah aku berjalan di sini?
Di Bumi?

Senyap.

Suara angin sepoi sepoi malah terdengar menderu kencang saking senyapnya. Saat itu hampir tengah malam pas,dan aku masih menatap Bulan itu yang seakan meminta ku untuk tidur.

Tentu kau pantas,Sayang

Aku terloncat tatkala mendengar seruan halus itu. "Siapa kau! Tunjukkan diri!" Aku berseru.

Ku tatap di setiap penjuru kamar. Tak ada siapapun kecuali aku.

Aku adalah kamu. Kamu adalah aku. Kita Blaze.

Aku semakin bingung. Betul betul tak ada orang sama sekali. Lantas dari mana suara suara itu?

Tak perlu kau cari aku. Aku adalah dia yang orang panggil hati nurani. Aku adalah kamu,kamu adalah aku. Kita adalah Blaze.

Aku menyeritkan dahi. Mencoba mengerti situasi.

Sedihkah kau saat ini,Blaze? Pertanyaan apa yang mengganggumu?

Aku diam. Tak berniat menjawab. Apa yang mau aku lakukan? Bicara sendiri?

Kau ragu aku ada?

...

Kamu membenci Ayah,Blaze?

Deg.

Aku tersentak.

Pernahkah kau berpikir Ayah membencimu,Blaze? Terlalu naifkah kita sampai tak menyadari hal itu? Sudahlah,Blaze. Aku tak mengatakan kau boleh berputus asa. Tapi kau harus melihat kenyataan apa yang ada di depan mu sana.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now