Chapter 17 ~ 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐒𝐨𝐧? 𝐖𝐡𝐨? 𝐌𝐞? #1

623 62 21
                                    

Hari saat aku berbicara dengan Ice di Rooftop.

Aku jadi pulang. Dengan Ice. 

Sudah aku katakan padanya untuk tetap di sekolah saja. Sekenanya otakku saja mau beralasan dengan Mama Yumi,tapi Ice menolak,bahkan sempat ceramah.

Akhirnya aku kalah,memang selalu kalah berdebat dengannya.

Jangan katakan pada orang lain soal momen yang akan aku ceritakan ini,ya?

Jadi saat aku menunggu Ice untuk mengambil tasnya di kantin,Lexy menghampiri ku entah muncul dari mana. Tiba tiba sudah duduk di samping ku.

"Hey...Hmm,Blaze Frostler? Ah,pasti panggilannya Blaze. Benar?"
Aku mengerjap,tak tau anak ini datang dari mana.

"Kau mau pulang?" Aku mengangguk,tapi dia tau dari mana?
"Pasti kau bertanya tanya aku tau dari mana,ya?" Aku mengangguk lagi,kali ini lebih semangat.
"Aah,itu,aku bertanya pada teman sekelas mu. Siapa ya,namanya. Aku pikir namanya Taufan. Sepertinya,sih"

Mataku membulat. Taufan kan tadi...

"Nah,Blaze,boleh kita berteman?"
"Hah?"
"Mau tidak kalau Blaze jadi temanku?"
"..."

Mulutku membuka,mau berkata tidak,karna tadi sudah Ice larang. Tapi tangan ku lebih dulu ditarik dari belakang.

"Anjir amat" Ice berceletuk sambil menyeretku ke belakangnya. "Sudah aku katakan jangan mendekati Adikku." Kata Ice dengan nada datar.

"Hey,Frost. Aku kan cuma mau berteman. Memangnya salah. Tadi Adikmu juga sudah mau mengiyakan."
Aku bersungut sungut dalam hati. Kapan aku mau mengiyakan!

"Benar begitu,Blaze?" Aku menggeleng cepat. Mana mau aku berteman dengan orang yang Ice ingin aku jauhi. "Awwwh,hatiku sakit" Lexy memegang dadanya dan bersikap seperti orang kesakitan dengan ekspresi yang cukup menjijikan. Alay.

"Najis" Kata Ice dengan suara samar.

Selepasnya,Ice langsung menarik ku. Aku ikut saja tapi aku sempat menengok sebentar ke belakang. Lexy melambaikan tangannya dengan senyuman ramah,tapi dapat aku asumsikan ada niat tak ramah di balik senyum itu. 

Aku dan Ice sudah sampai di parkiran.

Ice menggapai sepedaku,langsung menaikinya. "Eh? Kakak bukannya bawa sepeda. Masa ditinggal?" Kataku sambil menunjuk sebuah sepeda lipat dengan warna hijau toska dan softblue. "Tinggal saja. Mana ada yang minat ambil sepeda seperti itu. Beda lagi kalau yang aku bawa sepeda gunung milik Ayah." Aku cuma bisa manggut manggut,lalu duduk di jok belakang.

15 menit,kami sudah berjalan di halaman belakang,tempat menaruh sepeda. Bagasi.

Aku menatap mobil hitam yang masih terparkir di sana,mobil Ayah.

"Kok mobilnya masih di sini?"
"Makanya kalo berangkat jangan terlalu pagi. Ayah libur,karna pinggangnya sakit."

Itu gawat. Aku tidak mau melihat wajah Ayah saat aku pulang. Ugh,itu menjengkelkan.
"Kakak,aku rasa aku sudah sehat,haha. Aku mau ke taman,titip tas ku,ya. Dadah" Kata ku langsung menyambar sepeda dan mengayuhnya secepat mungkin.

Aku tak yakin apa Ice menangkap tas ku atau tidak,karna Ice paling tidak suka menangkap. Katanya kalau terkena wajah nanti usaha hibernasi tampannya sia sia. Terserah dia saja,tidak ada barang mudah pecah di sana.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ