Chapter 19 ~ 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐒𝐨𝐧? 𝐖𝐡𝐨? 𝐌𝐞? #2

511 65 19
                                    

Aku menatap pintu coklat cream yang ada di depanku. Mungkin hampir 1 jam aku berdiri di tengah gumpalan salju putih yang dingin,mencari alasan Ayah mau bertemu.

Hh..

Suara hembusan napas ku yabg terdengar diiringi oleh kepulan kabut dingin dari mulutku.

Kreek...

Pintu terbuka,dan mataku bertatap langsung dengan Ayah. Ada Ice dan Mama Yumi di sofa samping.

"Aku pulang" Kataku sambil menutup pintu. Agar udara dingin tak masuk. Sneaker langsung ku lepas,menyisakan kaus kaki putih sampai tengah betis.

Aku sepertinya sudah tau kemana arah pembicaraan ini akan menuju. Ada robekan kertas di meja. Kertas diagnosa kangker ku.

Kalian tau,aku cukup malas menulis bagian ini. Tapi kalau tak ku tulis,bab berikutnya akan tidak nyambung. Aku cukup yakin ini akan menjadi bagian drama,jadi aku minta kalian maklum jika menurut kalian bagian ini sangat 'dramatis' dan terlihat mirip dengan drama drama sinetron Ibu rumah tangga pengupas bawang yang ada di TV.

"Duduk,Blaze" Ayah membuka suara,menatap ku. Tapi aku tak bisa melihat kebencian itu di dalam tatapannya. Kebencian yang selama ini selalu dia tunjukkan untuk mengusirku jauh dari hidupnya.

"Masih ada tugas sekolah,jangan basa basi." Kataku sambil melipat tangan di depan dada. Aku tidak akan melemah hanya  karna ada Mama Yumi. Kalau aku maunya ketus ya,berarti ketus.

"Blaze,sayang. Duduk dulu,ya" Kali ini Mama Yumi yang bicara,tapi sayang sekali. Aku ini keras kepala. "Tidak,Ma. Tugas Blaze banyak."

"BLAZE. DUDUK." Ayah berdiri sambil menunjuk kasar sofa yang kosong. 
"Lama amat,sih. Mau bicara tidak?"
"..."
"Hh. Saya mau kamu menjelaskan ini."
"Itu surat dokter,masa gak tau. Buta?"
"Blaze.." Ice menggeleng,memberiku kode untuk tidak macam macam.

"Hh,Kak. Dengar,ya. Mana pernah aku berniat melawan orang tuaku sendiri kalau saja dia memberiku contoh yang baik. Kau tau sendiri,Kak. Jadi aku kira Kakak mengerti dari mana asalnya sikap kurang ajar ku ini. Hm?"

"Maksud kamu bagaimana,Blaze?" Mama Yumi melihat aku dan Ice bergantian. "Enggak tau,tanya Kakak" Kataku lalu mengambil robekan kertas itu dan menginjak injaknya.

"Tunggu Blaze mati,Ayah. Nanti beban Ayah akan hilang. Seperti mau Ayah dari dulu."

"..."

"Blaze,jadi suratnya bener punya kamu? Kenapa tidak mengatakannya,Blaze? Sejak kapan? Kenapa Mama tidak tau?" Mama Yumi berdiri,menggenggam bahuku.

"Ma. Blaze tidak suka merepotkan,Blaze tidak suka jadi beban. Mama sudah tau sekarang. Jadi Mama bisa bersiap buat kemungkinan terburuk nanti. Mama harus siap kalau Blaze tidak bisa lagi menemani Mama. Mama tidak boleh sedih,karna Mama masih punya Kakak."

"Blaze enggak mau buat semua ini jadi terlalu rumit,terlalu dramatis,Ma. Jadi Blaze cuma mau Mama enggak sedih. Tidak usah memikirkan semua masalah Blaze,karna secepatnya,masalah yang Blaze sebabkan bakal hilang. Mama bisa hemat nasi,listrik,bahan makanan,apalagi uang bulanan Mama. Blaze bersyukur karna Mama mau menerima Blaze. Padahal Ayah kandung Blaze sendiri tidak pernah mau Blaze ada."

"Blaze sekarang masih bisa gerak sana sini,Ma. Tapi sekarang udah tahap 3. Blaze tidak tau kapan lagi Blaze bisa bicara sama Mama. Blaze enggak siap,tapi keadaan Blaze selama ini udah mempersiapkan Blaze Ma. Mama bisa nanya sama Kakak. Kakak tau semuanya. Tapi Mama jangan marah sama Kakak karna tidak mengatakannya pada Mama. Karna itu Blaze yang minta."

"Lalu buat kau,Avan."

"Satu pertanyaan yang sebenarnya sudah ingin saya tanyakan pada kau sejak lama."

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now