8 | jomlo group discussion

3.9K 458 64
                                    

"Emang resek, nih, si Puji!" Seru Ci Novi ketika aku dan teman-temanku sudah duduk di salah satu meja di kantin. "Jelas-jelas dia yang salah! Invoice buat business tripnya orang Agency ada yang nggak dilampirin di payment vouchernya dia, makanya gue hold. Eh, pake segala protes lewat email katanya kita bikin payment-nya overdue. CC Ibra pula. Taik, gue jadi dipanggil sama Ibra."

"Tapi Ibra biasanya kalau emang orang salah bakal belain kita, kan?" Tanya Davina.

"Ya, untungnya! Tapi, tetap aja gue kesel banget, anjir. Apaan, sih, dikit-dikit CC atasan. Ibra, sih, belain gue, tapi dia tetap aja nyinyir. Dia bilang, ngapain dia sampai harus ngurusin beginian? Percuma gue jadi asmen, tapi ngurus perintilan gini harus nyampe ke dia. Lah? Dasarnya aja si Puji brengsek. Masalah sepele, pake CC Ibra. Nggak sekalian Pak Nico sana?!" Gerutu Ci Novi tiada henti. Kulitnya yang putih berubah merah sedikit demi sedikit saking kesalnya.

"Lebih taiknya lagi, gue sama Yoga ikut diseret-seret," sambungku yang tak kalah kesal. "Si Puji bilang, circulation payment voucher kita, tuh, udah panjang dan lama. Harusnya kalau ada yang kurang lengkap, dari lapisan pertama udah bisa cek dan kasih tahu. Jadi jangan pas udah sampai finance, baru dibilang ada yang kurang. Lah, Yoga jelas-jelas scopenya ngereview tax doang—ngelihatin transaksinya butuh perpajakan apa nggak. Gue ngecek budget—yang mau dibayarin masih ada budgetnya apa nggak. Emang ngecek kelengkapan dokumen itu tugasnya finance, kenapa dia yang ngatur-ngatur, anying?"

"Tahu, tuh! Masih pagi, baru juga pantat nyentuh bangku, udah dipanggil aja ke Serambi Neraka." Gerutu Yoga sambil berdecih.

"Kurang belaian, tuh, si Puji. Marah-marah mulu tiap hari. Kasihan." Ucap Acid nimbrung dengan raut dan nada yang sangat julid.

"Emang beneran dia belum nikah?" Tanyaku penasaran.

Dengan bibir melengkung ke bawah, Acid mengangguk. "Iya. Perawan tua, tuh. Makanya sewot mulu kerjaannya."

"Kurang kasih sayang dia, Yang," Reksa berdecak-decak sok serius sambil menyenggol siku Davina. "Untung Ayang berlimpah cinta kasih dari aku."

Davina menatap jijik ke arah Reksa dan membalas sikutan genitnya dengan kencang di perut. Bukannya kapok, Reksa malah merengek manja sambil ketawa-ketawa.

"Sumpah, kita nggak boleh kayak dia. Kita harus buru-buru cari calon suami. Nikah! Gue nggak mau jadi kayak si Puji!" Davina bergidik ngeri.

"Iya, nih. Gue tahun depan udah 30. Gimana ini?" Acid menopang kepalanya dengan kedua tangan. Rautnya tampak frustrasi.

"Lah, mending lo 30. Gue 31!" Seru Davina tak kalah panik.

"Ih, Ayang! Tua banget 31!" Celetuk Reksa dengan wajah sok kaget.

"Reksa, lo ngomong sekali lagi—"

"Tapi Ayang tetep cantik, kok. Kayak umur 17 tahun." Lanjut Reksa sambil memberikan cengiran sok manis yang langsung membuat Davina diam.

"Dimaafin." Davina mengangguk dan tangannya yang sudah terangkat bersiap menjitak pria di sebelahnya itu akhirnya kembali turun.

Aku jadi ikut-ikutan menghembuskan napas panjang. Lagi-lagi pernikahan jadi topik pembicaraan. Sudah sejak kapan, ya? Tapi, baik aku, Acid atau Davina belum ada yang menemukan harapan.

"Kemarin gimana, tuh, cowok yang lo ketemuan dari Bumble?" tanya Acid kepada Davina.

Davina yang ditanya langsung terkesiap dan mengerling salah tingkah ke kanan dan ke kiri.

"Iiiih, Ayang abis ketemuan sama cowok dari dating apps?" Goda Reksa sambil menyikut-nyikut lengan Davina.

"Kenapa, sih? Namanya juga usaha." Decak Davina sambil menghentakkan lengannya agar Reksa berhenti menggodanya.

Lemons✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang