31 | kurang jelas?

2.8K 385 78
                                    

Nggak tahu, deh, udah keberapa kalinya aku ngecek hapeku hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nggak tahu, deh, udah keberapa kalinya aku ngecek hapeku hari ini. Aku masih terus berharap Ali ngasih kabar apakah dia jadi jemput aku di rumah Malik apa nggak.

Kemarin, pas dia bisa dihubungi tengah malam, aku dan dia bertukar kabar. Aku bilang kalau aku lagi nginep di rumah Malik bareng sama Thalia dan Icha karena hari ini mau ada 4 bulanan Shalitta. Dia nawarin untuk jemput aku karena harusnya dia landing sebelum maghrib di Soetta. Dengan senang hati, dong, aku jawab mau. Aku pengen sekali-sekali dijemput-jemput di depan teman-temanku kayak orang punya pacar, gitu. Ya, walaupun nggak jelas, sih, apa statusku.

Namun, masalahnya sampai sekarang, Ali malah nggak ada kabar lagi. Jadi atau nggak, sih, mau menjemput aku?

Aku berdecak sekali lagi saat menemukan hapeku masih tetap anteng. Nggak ada pesan atau telepon masuk sama sekali. Dengan hembusan napas panjang, aku memasukkannya lagi ke dalam kantong kulotku.

Mataku menyapu taman belakang rumah Malik yang sedang disulap jadi tempat acara. Ada meja-meja bundar buat naruh makanan, playground bocil buat tamu-tamu yang bawa anak-anak, dan ada backdrop berdekorasi rustic yang dijadikan latar foto-foto oleh para tamu undangan.

"Pengajian 4 bulanan Malik & Tata" tertulis di backdrop cantik itu. Mataku beberapa kali menatap iri tulisan di sana, berpikir berkali-kali, temanku sudah sampai pengajian 4 bulanan aja, sedangkan aku? Pengajian buat nikahan aja belum pernah.

Aku kapan, ya?

"Nanti. Pasti datang waktunya kalau Allah sudah menghendaki."

Dahiku mengerut kesal saat tiba-tiba sebuah suara main nyamber aja seolah menjawab apa yang bergaung di dalam hatiku.

"Gue kapan, ya?" Kekeh Zora yang kini berdiri di sebelahku sambil memegang gelas berisi es kelapa dan juga sepiring dimsum. "Itu, kan, pasti yang ada di otak lo sekarang?"

"Sok tahu!" Dengkusku sambil manyun.

"Gue emang tahu," Zora mengangkat bahu santai. "Kita udah temenan berapa tahun, Qi? Gue sama lo, udah saling sama-sama tahu."

Kalimatnya membuatku tercenung. Aku menoleh ke arahnya, menatapnya lurus.

"Nih, tadi gue ambilin dimsum. Gue lihat daritadi lo kebanyakan bengong dibanding makan," Zora menyodorkan piring berisikan 4 buah dimsum ke arahku. "Emang ngiri bikin kenyang, ya? Makan dulu. Lo daritadi, kan, yang paling riweuh bantu sana-sini."

Aku melirik piring yang diulurkan ke arahku untuk beberapa detik. Sesuatu yang hangat mengaliri hatiku tanpa bisa kukendalikan.

Memang, sih, Shalitta dan Malik menggunakan jasa EO untuk acaranya, tapi aku tetap harus bantu koordinasi beberapa hal juga bersama dengan keluarga Malik dan Shalitta. Harusnya Icha juga bantu-bantu, tapi namanya juga emak-emak. Ada aja tingkah anaknya yang bikin dia jadi nggak bisa ngapa-ngapain, kan. Sedangkan Thalia yang lagi hamil, cuma nemenin Shalitta aja tugasnya. Jadi, ya, aku yang daritadi paling sibuk di antara Icha dan Thalia. Aku nggak tahu kalau cunguk satu ini memperhatikan.

Lemons✔️Where stories live. Discover now