45 | pak ...

3.4K 539 77
                                    

"Oke," Ibra mengangguk saat aku selesai dengan laporanku untuk tambahan pekerjaan dari Pak Nico mengenai marketing initiatives

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oke," Ibra mengangguk saat aku selesai dengan laporanku untuk tambahan pekerjaan dari Pak Nico mengenai marketing initiatives. "Yang cost saving initiatives gimana?"

Inilah yang bikin aku lembur terus-terusan karena aku harus melototin angka laporan keuangan tiap kuarter selama 5 tahun buat tahu pengurangan yang signifikan ada dimana. Sebelumnya, aku nggak pernah tahu soal initiatives ini. Kalau pun ada, aku nggak pernah dapat laporannya karena penekanan biaya tersebut langsung di departemen masing-masing.

"Kemarin saya udah discuss sama GA dan tim sales. Dari mereka itu, di kuarter dua tahun lalu ada penutupan sales office, pak. Ada sales office di Pangkalan Kerinci yang mereka tutup dan dijadiin satu dengan sales office pusatnya di Pekanbaru. Office resourcesnya dipakai buat memenuhi kebutuhan sales office lainnya, makanya ada penurunan operational expense," jawabku sambil membaca catatan yang ada di notebook-ku. "Kalau dari procurement, mereka ada switch vendor buat kertas polis karena yang sebelumnya makin mahal."

Aku mengangkat wajahku dan menemukan Ibra sedang bertopang dagu sambil memandangiku dengan serius. Refleks, aku langsung kembali mengalihkan tatapan ke catatanku. Sambil berusaha mengatur napas, aku menyembunyikan wajahku dibalik notebook.

"Ada pertanyaan nggak, pak? Jangan bengong!" Cetusku.

"Saya lagi mikir," jawabnya sambil berdecak.

Mikirnya kenapa sambil lihatin aku? Orang, tuh, kalau mikir biasanya ngelihatnya ke langit-langit!

"Kira-kira ada nggak inisiatif yang bisa kita implement terus-terusan? Nggak mungkin, dong, kita nutup sales office tiap kuarter." Tanya Ibra.

Aku membolak-balik catatanku, lalu menemukan sesuatu. "Ada, sih. Dari tim sales, waktu itu nyoba bikin agent training secara online di kuarter empat tahun lalu. Waktu itu budget mereka udah tipis, dan akhirnya mereka mutar otak supaya tetap ada training. Biaya yang dihemat lumayan banyak, pak. Soalnya kita nggak perlu ngeluarin uang buat konsumsi, tiket pesawat, akomodasi, dan uang saku trainer. Saya rasa kita bisa coba usul supaya tim sales assess lagi soal training online ini."

"I see," Ibra kembali mengangguk berulang kali. "Saya setuju, sih. Kalau gitu, kamu lampirin aja soal semua cost-saving initiatives yang udah kamu dapat. Lalu kamu tulisin analisa dan rekomendasinya, ya."

"Baik, pak!" Aku menutup notebook dan mengangguk mantap. "Kalau gitu, saya udah boleh pulang?"

Ibra mengernyit. "Lah, kan, kamu masih harus ngerjain yang saya bilang barusan!"

Asem! Emang nggak ada hari esok apa?!

"Maksud saya pulang ke meja saya." Aku ngeles sambil mengulas senyum palsu.

Ibra mendengkus. "Mau kerjain di sini juga silakan."

"Ya, gimana caranya, dong, aaah! Komputer sama CPU-nya mau saya jinjing ke sini, gitu?" Seruku dongkol. "Makanya kasih saya laptop, dong!"

Lemons✔️Where stories live. Discover now