21 | bangun keluarga

4.2K 506 72
                                    

"Qi!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Qi!!!"

Langkahku menuju pintu lobi terhenti ketika sebuah suara yang sudah sangat kuhafal di luar kepala itu terdengar.

Dengan agak malas, kuputar kembali badanku untuk menghadapi si empunya suara.

"Kenapa? Gue buru-buru." Tanyaku cepat.

Zora mengerutkan dahi, terlihat tak suka. "Mau kemana, sih? Temenin makan, dong. Lapar, nih."

"Sorry, gue udah ada janji. Duluan, ya!" Tolakku singkat dan segera memutar kembali tumitku untuk melanjutkan langkah.

"Ada janji?" Zora mencekal tanganku hingga mau tak mau aku kembali menghadapnya. "Sama siapa?"

"Nggak perlu kepo, keleus." Cibirku.

Zora menatapku dengan penasaran. "Shalitta? Icha?"

"Bukan."

"Terus?"

"Lah, udah dibilang nggak perlu kepo—"

"Cewek apa cowok?" Potong Zora tak sama sekali mengindahkan ucapanku. Kayaknya dia nggak peduli sama tudinganku soal dia kepo, yang penting baginya cuma tujuan dia untuk tahu aku mau pergi sama siapa tercapai. Udah.

"Kenapa jarang banget balas chat gue, sih? Sombong amat." Dengkus Zora sambil terlihat bete.

"Sibuk."

"Sibuk apa? Kerja? Ini buktinya mau pergi," lanjutnya. "Sama siapa, sih? Kenapa kayak main rahasia-rahasiaan gitu?"

Aku mengernyit. "Perasaan lo aja. Gue nggak cerita, kan, bukan berarti rahasia."

"Ya udah, kalau bukan rahasia tinggal kasih tau aja, dong. Kenapa lo ribet?"

"Kenapa lo ribet?" Balasku yang langsung membuat Zora makin memberengut.

"Lo kenapa, sih? Kok akhir-akhir ini jutek banget sama gue?"

Berusaha mengatur emosi, akhirnya aku menghela napas dan menghembuskannya panjang-panjang.

Aku menyugar rambutku sebelum kemudian berdeham. "Baper amat, mas."

"Gue ada salah?"

Aku menatap Zora dengan penuh amarah di dada. Aku nggak tahu gimana menjelaskannya tapi pertanyaan dia benar-benar bikin aku pengen mencakar mukanya.

Salah? Selain main-mainin perasaanku, tarik ulur kaya yoyo dan diadu-adu kayak latto-latto, nggak ada. Zora nggak ada salah.

Kalau semua yang aku sebut tadi diungkapkan, mungkin semua orang malah bakal ngetawain aku karena pernah berharap sama Zora yang jelas-jelas cuma jadiin aku bercandaan doang.

"Nggak ada!" Kilahku. "Serius, deh. Lo kali yang kenapa? Gini doang aja, kok, baper amat. Padahal dari dulu juga gue judes ama lo."

Zora mengerutkan alis. "Mana ada? Biasanya lo manis—"

Lemons✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang