"AGNIBRATA."
Acid mengeja nama yang diketikkan di kolom google search itu dengan lantang. Nggak peduli apakah orang-orang yang juga sedang mengantri pecel lele di kantin kantor seperti kami itu ada yang dengar atau tidak.
"Agni artinya api," baca Acid setelah hasil pencarian keluar. "Brata artinya tindakan pengendalian diri. Hah?"
Kontan aku, Davina dan Reksa yang melihat raut kebingungan Acid malah tertawa.
"Pengendali api mereun," Cibirku sambil terkekeh. "Jadi bisa menyulut api dalam diri orang-orang dalam sekali buka mulut."
Gantian kali ini Acid tertawa. "Kalau dalam bahasa jawa, artinya bertindak dengan hangat."
"Waduuuh," aku tergelak sarkas. "Mana ada hangat. Gerah yang ada! Kebakaran! Kalau dia karakter film, tuh, gue rasa cocoknya Ghost Rider, sih."
"Atau Hades yang di kartun Hercules." Timpal Acid sambil terkikik geli.
"Iya, pokoknya yang kepalanya kebakar-kebakar gitu, lah." Sahutku sambil mendengkus.
Bodo amat. Aku lagi sebal banget sama Ibra. Kemarin aku benar-benar dikerjain habis-habisan perkara proposal contest bancassurance. Dia bilang suruh kasih ke dia habis makan siang, kan? Tahunya dari jam makan siang, dia ada meeting di luar dan baru balik jam 4 sore! Ujung-ujungnya aku baru bisa discuss jam 5 dan itu juga nggak langsung kelar karena adaaa aja hal nggak penting yang dikomen sama dia.
"Tulisan kamu nggak bisa dibaca, Qi! Ketik aja!"
"Fontnya kegedan ini, Qi! Kamu pake font size berapa, sih? 12 aja!"
"Ini tabel kenapa, sih, besar kolomnya nggak sama? Yang ini kecil, yang ini gede!"
Aku harus pulang telat hanya karena ngeladenin hal-hal nggak substansial kayak gede kolom tabel, coba!
Demi Allah, darah tinggi!
"Gila, gila!" Seru Acid sambil menepuk-nepuk bahuku dengan heboh, sedangkan matanya masih fokus ke ponsel.
Aku menoleh ke arah Acid dan mengintip ke layar ponselnya. Reksa dan Davina yang ikut mengantri di sebelahku pun ikutan kepo.
"Haribawa artinya pembawa kebahagiaan, jiiir!" Pekik Acid seolah baru saja mengetahui hal menggelikan. "Idiiih!"
Aku berdecak sambil menggelengkan kepala samar. "Fix. Nama itu doa, tapi emang nggak semua doa itu terkabul."
"Dia membawa kebahagiaan, kok. Kalau mulutnya mingkem." Kekeh Acid.
"Itu nanti yang jadi istrinya gimana, ya? Curiga tiap bulan disuruh asset opname buat sendok, garpu, piring di dapur." Dengkusku nyinyir.
"Disuruh bikin laporan keuangan belanja bulanan, sih, pasti. Fix." Tambah Acid.
"Kalau besar kolom tabelnya nggak sama besar, istrinya dicerai." Imbuhku sekali lagi.
Acid membelalak lebar. "Bener banget, anjiiir. Kasian, dooong!"
"Kalau Ibra itu barang di Tokopaedi, pasti reviewnya gini, 'Bagi kaum pecinta pedas, mantap! Pedasnya lebih pedas dari bon cabe level 1000! Bertekstur licin seperti belut, jago bersilat lidah dan juara berkilah! Multifungsi, bisa jadi perapian di musim dingin karena jago menyulut api amarah. Very recommended buat semua orang darah rendah karena bisa bikin cepat naik darah! Mantoel!'" Aku mengacungkan jempol di akhir kalimat dengan bersemangat.
Acid, Davina dan Reksa tidak bisa menahan tawa dan akhirnya mereka tergelak terbahak-bahak.
"Ehem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemons✔️
ChickLit[Bukabotol #3] Aku yakin, aku lagi menghadapi quarter life crisis versiku di umur 27 tahun menuju 28 tahun. Melihat pencapaian anak-anak muda jaman sekarang, bikin level insecureku semakin melesat. Masa mereka umur 22 udah punya mobil sendiri? Rumah...