39 | kiss and make ... out

4.2K 327 67
                                    

author's note (1): bacanya diresapi, perhatiin, jgn skimming

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

author's note (1): bacanya diresapi, perhatiin, jgn skimming. buat yang suka ngatain ibra lelet, mudah2an kalian jadi paham knp. Enjoyyyy~~~


***


"Kenapa kamu di sini? Nggak makan siang?"

Aku hanya menoleh sekilas ke arah suara lalu kembali fokus ke layar komputer. "Bawa bekel."

"Tumben." Ucap Ibra seraya menarik kursi Reksa dan duduk di sebelahku.

Ya, gimana? Soalnya kemarin aku, kan, kabur meninggalkan setumpuk kerjaan yang belum selesai. Jadi mau nggak mau sekarang harus ngebut. Makan di ruangan yang kosong sambil kerja, nggak ikut yang lain ke bawah.

Ck! Bela-belain kabur lembur, ujung-ujungnya malah ribut!

"By the way, Qi ... Makasih, ya, kemarin udah pesenin mama saya makan." Suara Ibra berubah lembut dan serius. Beda banget sama suara sehari-harinya yang bikin sakit kuping. Aku cuma pernah dengar suara dia yang ini dua kali, dan dua-duanya saat dia sedang menelpon mamanya.

Aku jadi penasaran, sebenarnya Ibra yang asli itu yang kayak gimana?

"Maaf, ya, mama saya seenaknya chat kamu. Padahal saya udah bilang kalau itu saya minjem nomer teman."

Aku berdecih dengan mulut mencebik. "Jangan ngaku-ngaku, kali. Saya, kan, bukan teman bapak."

"Terus apa?"

"Kacung."

Ibra tertawa renyah sambil geleng-geleng kepala.

"Bapak, tuh, kemarin kemana, sih? Saya telepon-telepon juga nggak bisa," tanyaku dengan sebal sambil menatap serius ke arahnya. "Jangan suka kayak gitu, dong, pak. Nggak baik. Mamanya bapak sampai khawatir. Kasian."

Ibra tersenyum kecil. "Iya. Makasih, ya, udah khawatir."

Kepalaku tersentak ke belakang. "Lah? Mamanya bapak yang khawatir! Bukan saya!"

"Iya, iya. Mama saya. Bukan kamu." Ibra kembali terkekeh menyebalkan.

"Ngarep, ya?" decihku sekaligus meledek.

"Kalau saya bilang iya, nanti kamu takut." Ibra berdecak santai seraya menyamankan duduknya jadi bersandar.

"Ck! Nggak jelas." Lagi-lagi aku mendengkus dan kali ini sambil membuang muka.

"Saya kemarin ke PP, Qi. Nyari charger. Pulangnya kejebak macet terus hape saya keburu mati." Ceritanya, menjawab pertanyaanku tadi.

Nafasku terhembus panjang. "Besok-besok bapak kabarin dulu mamanya. Biar dia nggak kelimpungan nyariin bapak."

"Iya, iya." Ibra manggut-manggut.

Ibra terdiam, tak bersuara lagi. Ia hanya duduk di sebelahku, entah ngapain. Tapi, mumpung dia ada di sini, aku jadi ingin menyalurkan ke-kepoanku.

Lemons✔️Where stories live. Discover now