57 | take a chance with me

4.8K 579 170
                                    

Ali memaksa untuk mengantarku pulang tapi aku nggak mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ali memaksa untuk mengantarku pulang tapi aku nggak mau. Aku nggak sanggup mengarungi macetnya Jakarta hingga sampai ke rumah hanya bersama Ali.

Aku minta turun agar bisa pulang sendiri. Meskipun dia bersikeras dan merasa bertanggung jawab untuk mengantarku pulang—at least untuk yang terakhir kali—aku menolak. Lagipula aku bukan—dan seharusnya nggak pernah—jadi tanggung jawabnya.

Dengan terpaksa, Ali menuruti kemauanku. Aku dan Ali juga setuju bahwa kita nggak akan pernah berhubungan lagi setelah ini. Jadi, aku turun dari mobilnya dan Ali menjalankan mobil itu meninggalkanku.

Dengan begitu, selesai sudah chapter hidupku dengan Ali di dalamnya.

Aku termangu menatap mobil Ali yang bergerak menjauh. Air mata masih terus mengancam turun, berulang kali memburamkan pandanganku.

Nggak akan ada lagi seseorang yang menemani kesendirianku. Nggak akan ada lagi seseorang yang bersedia mendengar cerita bodohku. Nggak akan ada lagi seseorang yang akan menyirami sudut hatiku yang diam-diam mengharap dicintai.

Meski akhirnya pedih, tapi semua yang kulalui dengan Ali benar-benar menyenangkan. Meski semu, tapi semua yang kulewati bersama Ali cukup membahagiakan.

Aku berharap yang terbaik untuknya, dan aku juga berharap aku bisa menemukan kebahagiaan lain yang lebih nyata.

Rasanya masih sulit sekali untuk menerima dan merelakan bahwa apa yang kulalui dengan Ali hanya untuk memberikanku pelajaran. Meski aku belum yakin apakah perasaan yang kurasa untuk Ali adalah cinta, tapi sakit di hatiku ini nyata.

Setelah mobil Ali menghilang, tubuhku akhirnya merosot jatuh. Aku membenamkan wajahku di atas lutut dan menangis sesenggukan tanpa suara.

Aku patah hati. Rasanya sakit sekali.

Aku yakin bisa bangkit dari rasa sakit ini, tapi mungkin bukan hari ini. Aku ingin menangis malam ini. Aku ingin menangisi kebodohanku, kenaifanku, dan kemalanganku hingga air mataku kering dan nggak ada yang bisa dikeluarin lagi.

Qiandra ... you're so stupid. How could you be this stupid?

Kesedihanku mendadak kembali meluap. Kepercayaan diriku mendadak kembali terjun bebas. Keinginanku untuk memiliki pasangan merupakan faktor terbesar yang menjadikanku sebuta ini. Aku terlalu ingin memiliki apa yang orang lain punya. Aku terlalu ingin memiliki kehidupan yang orang lain jalankan sekarang juga. Aku tidak berhati-hati, aku tidak sama sekali berpikir realistis. Aku terus menutup mata dan fokus dengan tujuan yang harus kucapai bagaimanapun caranya.

Bukankah aku sangat menyedihkan?

Aku merendahkan diriku dan rela menunggu Ali meninggalkan Ajeng. Aku rela ditaruh di kursi cadangan dan menonton ia berlaga dengan istrinya. Terus menunggu giliranku dipanggil hingga akhirnya ia bisa menjadikanku bintang utama bersamanya.

Kenapa aku begitu bodoh dan menyedihkan?

Hubunganku dan Ali memang tidak patut dipertahankan. Hubungan ini bahkan sudah rusak sejak awal. Sejak dibangun, hubungan ini memang sudah banyak cacat di sana-sini. Tidak ada yang bisa diperbaiki.

Lemons✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang