56 | when it's time, it's time

3.8K 551 130
                                    

Author's note (1): Thanks ya buat semua doanya untuk aku di part kemarin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Author's note (1): Thanks ya buat semua doanya untuk aku di part kemarin. Aku udah sembuh kok dari vaginismus. Alhamdulillah aku dapat informasi yang tepat soal penyakitku jadi aku hanya berjuang melawan penyakit itu selama 8 bulan, nggak kayak orang lain yang bisa sampai belasan tahun karena nggak mendapatkan informasi dan penanganan yang tepat. It was my darkest days, indeed. Penuh air mata. Sudah 5 tahun berlalu dan kalau ingat, yang kuingat cuma kelam. Hahahhaa <3


***


Kepulan asap terhembus dari mulutku. Seraya menatap langit hitam pekat di atasku, pikiranku yang beberapa hari belakangan terasa sangat semrawut mencoba mengurai satu per satu masalah yang mengacaukan akal sehatku.

Sama persis seperti apa yang aku lakukan di kereta sesaat sebelum bertemu dengan Ali, aku mencoba meninjau ulang dua aspek dalam hidupku.

Pertama. Karir.

Stagnan. Belum ada perubahan. Bahkan belakangan malah semakin berantakan. Aku malah minta resign, padahal belum punya pekerjaan lain agar aku tetap punya penghasilan. Benar kata Ibra. Aku sangat kekanakan. Sikapku sangat impulsif, hanya sekedar didorong emosi, tanpa pernah pikir panjang. Untung saja bosku Ibra. Kalau bukan, udah pasti aku pengangguran sekarang.

Aku menghembuskan lagi kepulan asap tebal dari mulutku sambil menyugar rambutku asal-asalan. Aku baru tersadar. Aku baru saja bersyukur memiliki Ibra sebagai atasanku. Hal yang sebelumnya—sebelum semua hal ini terjadi—nggak akan mungkin aku lakukan.

Well ... setidaknya ada satu hal yang menjadi lebih baik dari sebelumnya, bukan?

Kedua. Asmara.

Aku terdiam. Tatapanku menerawang jauh menembus pekatnya awan malam. Keributan di dalam kepalaku mendadak bungkam.

Dalam hati, dengan penuh kerendahan diri, aku bertanya pada Tuhan, "Ini, ya, jawaban buat doaku waktu itu? Aku masih banyak kurang dan disuruh banyak belajar? Terima kasih pelajarannya. Rasanya sakit."

I'm almost 28 and finally ... aku merasakan apa rasanya pacaran. Akhirnya kisah cintaku punya perkembangan ... dan aku punya pengalaman. Doaku dikabulkan Tuhan.

Aku punya seseorang untuk kujadikan calon suami.

"Qi."

Aku menoleh ke arah suara, dan di sanalah aku melihat dia.

Ali.

"Yuk, pulang." Ia menghampiriku yang duduk di teras lobi gedung kantorku. Tangannya terulur, mengajakku berdiri.

Iya. Akhirnya aku punya seseorang untuk kujadikan calon suami ... walaupun ternyata dia suami orang.

Tangan Ali—yang masih mengambang tak bersambut—kini beralih. Rokok di sela jemariku tercabut. Ali mematikan rokok itu sebelum kemudian ia buang ke tempat sampah.

Lemons✔️Where stories live. Discover now