54 | what if i told you i'm the mastermind?

3.6K 468 149
                                    

"Duluan, Qi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Duluan, Qi." Ucap Acid setelah selesai membereskan barang-barangnya di meja dan menyampirkan tasnya di bahu.

"Lo balik jam berapa?" Tanya Ci Novi yang juga mau pulang bersama yang lain.

"Bentar lagi, kok."

"Oke, deh. Take care, ya." Ci Novi menepuk pundakku dan meremasnya lembut sebelum berlalu.

"Dijemput ayang?" Davina bertanya saat melewatiku.

"Hm."

"Udah baikan, tuh, dia?" tanya Acid yang masih di depan pintu.

"Nggak tahu," jawabku singkat karena aku beneran nggak tahu. "Dia yang maksa pengen jemput."

"Qi ..." Reksa menepuk bahuku dan meremasnya dengan erat. "Kalau dia emang nyakitin lo, kita juga bisa jadi tukang pukul."

"Kita?" Davina mengerutkan dahi. "Lo aja ama centong! Gue sekali dikepret juga terbang, woy!"

"Ayang, nih, emang kurang setia kawan." Reksa berdecak.

Aku terkekeh pelan. "Nggak usah sok jagoan. Lihat kecoa terbang aja jerit lo. Sok-sokan mau jadi tukang pukul."

Reksa mendengkus sambil manyun. "Nggak asyik."

"Gue jadi nyesel pulang buru-buru kemarin. Jadi kelewat, deh, tuh, drama paling happening abad ini." ujar Yoga sambil mendesah kecewa.

"Wah iya, sih," Davina ngakak. "Seru! Qiandra diperebutkan 3 cowok sekaligus."

"Kenapa nggak lo videoin, sih?" protes Acid.

"Tau, nih, ayang! Kurang berbakat, deh, jadi intel Lambe Jontor! Aku, kan, pengen lihat juga!" Reksa menambahi.

"Lupa, euy! Di otak gue, Ibra harus melihat ini!" Bisik Davina diiringi kikikan geli. Suaranya ia pelankan karena Ibra ada di ruangan. "Gue langsung sibuk nelpon Ibra biar dia buru-buru turun ke bawah. Akhirnya turun dia, tuh, eh halah ... malah ikut rebutan Qiandra."

"Ya, pastilah!"

"Mana mau dia kalah."

"Qiandra hanya miliknya seorang."

"Udah punya pacar pun tetap gas, bang!"

"Hussssh! Udah, sana! Kapan mau pulang, sih, kalian?" Usirku agar mulut-mulut gosip mereka segera berhenti.

Semuanya terkikik geli.

"Ya udah. Baik-baik, ya, Qi. Ibra masih di dalam, tuh." Ucap Ci Novi sebelum kemudian ia dan yang lain melambaikan tangan lalu menghilang di balik pintu.

Kepergian mereka menyisakan aku sendirian ... dan Ibra di ruangannya. Hal itu membuatku nggak mau berlama-lama. Setelah menyelesaikan beberapa payment voucher yang tersisa, aku buru-buru membereskan barang-barang.

Ali juga sudah di bawah daritadi. Ia memaksa tetap mau menjemputku terlepas apa yang terjadi kemarin. Aku sudah melarangnya, namun dia tetap kekeuh dan nggak bisa dilarang. Akhirnya aku melarangnya turun dari mobil karena aku takut Ali bertemu lagi dengan Zora. Aku nggak perlu ada smack down jilid 2.

Lemons✔️Where stories live. Discover now