41 | harta karun

2.8K 414 141
                                    

Mulai dari kemarin, Ali pergi ke Singapore

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mulai dari kemarin, Ali pergi ke Singapore. Lagi-lagi aku mendadak jomlo. Ali susah dihubungi karena sibuk banget. Kemarin saja, dia hanya menghubungiku saat sudah landing di Singapore dan ketika dia sudah pulang kerja. Dia cuma mengirimkanku pesan kalau dia mau langsung tidur.

Hari ini, sesekali aku mengirimkan pesan. Namun Ali memberikan balasan bisa sampai dua jam kemudian. Seharian aku kurang kerjaan dan cuma gegoleran, pengen sayang-sayangan tapi pacarku lebih pilih pacaran sama kerjaan.

Aku melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam, yang berarti di Singapore harusnya sudah jam 8 malam. Tapi, sudah sampai semalam ini, Ali belum juga membalas pesan yang kukirimkan sejak sore tadi. Padahal ini, kan, hari Sabtu. Masa iya, sih, dia masih kerja sampai malam begini?

Akhirnya aku memutuskan untuk nekat sedikit. Aku menekan tombol telepon di whatsapp Ali dan menunggu dengan sabar sampai nada sambung yang terdengar berganti menjadi suaranya.

Aku sempat ingin menyerah tapi akhirnya nada sambung itu terhenti dan terdengar suara Ali yang sangat kunanti.

"Halo?"

"Dimana? Kok chat aku nggak dibalas-balas. Kamu baik-baik aja?" Tanyaku tanpa basa-basi.

"Sorry, sorry. Belum sempat lihat hape," jawabnya santai di tengah hiruk pikuk keramaian yang terdengar di belakang. "Kenapa?"

Aku mengernyit.

Kenapa? Emang pacar yang dianggurin seharian kayak aku gini harus punya alasan penting buat nelpon, ya?

"Ya ... nggak kenapa-kenapa ..." sahutku ragu. Aku takut Ali kesal karena aku mengganggunya untuk alasan nggak penting. "Kamu ... lagi ngapain?"

"Ini—"

"Aaaaaw! Happy birthday, girl!"

"Thank youuu! Sit, sit. How's the traffic?"

"It's weekend, lah. What do you expect?"

Tiba-tiba suara ramai terdengar di sana. Campuran suara-suara wanita bersahutan, menghentikan Ali yang hendak menjawab.

"Sebentar, sebentar. Nggak kedengeran." Ucap Ali disertai gemeresek pelan yang aku asumsikan adalah suara gerakan Ali yang mencoba menjauh.

"Li."

Jantungku berhenti berdetak. Aku bisa mendengar jelas suara perempuan memanggil nama Ali.

Siapa itu?

Tapi ... di sana ramai. Suara wanita dan pria terdengar berbincang-bincang. Bisa jadi itu bukan siapa-siapa, kan?

"Telpon. Bentar." Jawab Ali dengan nada yang terdengar begitu dingin. Aku bahkan nggak pernah mendengar Ali berbicara sedingin itu padaku.

Suara bising perlahan menghilang. Suara Ali kini terdengar lebih jelas dan jernih.

Lemons✔️Where stories live. Discover now