29 | Sayang

3K 406 143
                                    

Jam menunjukkan pukul 8 malam, dan aku sedang mengutak-atik ponsel untuk memesan ojol di teras lobi gedung ketika aku melihat Ibra sedang berjalan dari dalam ke luar dan berhenti tidak jauh dari aku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, dan aku sedang mengutak-atik ponsel untuk memesan ojol di teras lobi gedung ketika aku melihat Ibra sedang berjalan dari dalam ke luar dan berhenti tidak jauh dari aku.

Tampaknya ia tidak menyadari keberadaanku. Pria resek itu sedang menelpon dan rautnya terlihat serius sampai kepalanya beberapa kali tertunduk.

Aku terlalu penasaran sampai-sampai nggak sadar bahwa aku terlalu kentara memandanginya. Akhirnya Ibra sadar dan ia menoleh hingga mata kami pun bertemu.

Buru-buru aku mengalihkan pandanganku. Kembali fokus ke ponsel, seolah tak mempedulikan Ibra di sana.

Aku mengetuk layar ponselku, berusaha tak terpengaruh dengan Ibra yang terlihat berjalan mendekat. Aku melihat gerakan itu dari sudut mataku.

"Nggak bawa mobil hari ini," ucap Ibra kepada orang yang sedang ditelponnya dengan suara lembuuut sekali sampai bulu kudukku berdiri semua. "Iya. Mesti selesain kerjaan dulu sebelum cuti. Ini udah mau pulang, kok."

Ibra berhenti di sebelahku. Nggak tahu biar apa. Mau cari perkara apa lagi dia?

Ibra terdengar berdecak pelan. "Nggak. Nggak capek. Makanya Baba nggak bawa mobil. Biar bisa tidur."

SIAPA?! BABA?!

SIAPA BABA?!

"Iya, cantiiiik," wajahku yang masih tertunduk menatap ponsel mengernyit seketika. Seluruh organ dan saraf dalam tubuhku mendadak tergelitik sampai geli mendengar Ibra dalam mode manis dan penuh rayu manja kayak gini. "Tidur, gih. Nanti Baba kabarin kalau udah di jalan, ya. Iyaaa. Assalamualaikum."

Ibra memutus teleponnya dan kini terlihat mengutak-atik ponselnya di sebelahku. Aku tetap tak acuh, terus belagak fokus dengan ponselku yang padahal daritadi cuma ngescroll alamat di list google maps buat titik penjemputan karena nggak fokus. Fokusku malah ngupingin si Baba!

"Udah dapat driver belum, Qi?" Akhirnya Ibra mengajakku berbicara.

"Belom." Jawabku singkat, masih terus mencari alamat rumahku alih-alih langsung mengetik alamatnya.

"Mau bareng nggak?" Tanya Ibra yang juga masih sambil terus sibuk dengan ponselnya.

"Baba, kan, nggak bawa mobil—" cibirku asal ceplos. Ucapanku langsung terhenti ketika aku tersadar. Buru-buru aku mengatupkan kedua bibirku, menggigitnya, berusaha menahan diri. "Bapak, maksudnya." Buru-buru aku mengoreksi.

Ibra tertawa kecil. "Ya, nggak apa-apa. Naik taksi online ntar titiknya dibikin dua aja."

"Nggak usah. Makasih." Tolakku mantap.

Aku masih sebal sama dia. Selama lembur membantu Reksa tadi, aku berusaha untuk tak berkontak langsung dengan Ibra. Demi menjaga perdamaian agar nggak membuat teman-temanku makin sulit.

"Udah makan belum, Qi?"

Aku sontak menoleh dengan kedua alis berpaut. "Nggak usah sok akrab, deh, pak."

Lemons✔️Where stories live. Discover now