26 | sebuah interogasi

2.7K 379 95
                                    

Hari ini aku capek banget

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini aku capek banget. Sekarang udah jam 9 malam dan aku udah nggak mampu lagi untuk naik busway, sebenarnya. Aku pengen naik taksi aja. Udah dua hari ini aku selalu lembur karena project dari Ibra yang diminta Pak Nico.

Aku dan teman-temanku harus pulang malam sedangkan si Ibra pulang tenggo karena katanya ada urusan.

Aku baru saja sampai lobi dan hendak memesan taksi online ketika aku mendengar suara lantang yang sudah begitu kukenali memanggil namaku.

Aku berbalik dan menemukan Zora sedang mematikan rokoknya dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Lalu ia berlari kecil menghampiriku.

"Mau pulang?" Tanyanya saat sudah berdiri tepat di hadapanku.

Dengan dahi yang sedikit berkerut, aku mengangguk. "Iya. Dua minggu ini gue bakal rodi. Lagi ada project menuju annual business planning. Duluan, ya."

Aku mengangkat tanganku singkat sebelum kemudian berbalik dan melangkahkan kaki meninggalkannya.

"Eh, ntar dulu," Namun dengan cekatan, Zora mencekal lenganku untuk menghentikanku melangkah lebih jauh. "Main nyelonong aja. Pulang ama gue aja." Ucapnya yang terdengar seperti perintah alih-alih pertanyaan.

Dahiku kembali berkerut bingung. "Mau ngapain?"

"Hah? Ngapain? Maksudnya?" Zora ikutan terlihat tak paham.

"Ya, biasanya, kan, lo ngajak gue pulang bareng cuma kalau ada maunya. Minta temenin cari kado, minta temenin makan, minta temenin cari sepatu. Kali ini mau apa? Udah malam, Zor. Gue beneran udah nggak ada tenaga. Bentar lagi mau tumbang rasanya. Kapan-kapan aja."

Zora kembali menarik lenganku ketika lagi-lagi aku berbalik dan hendak pergi. "Diiih! Nggak ada! Gue juga mau langsung pulang, kok. Suudzon banget."

Aku berdecih sinis. Masih belum bisa percaya begitu saja dengan kebaikannya yang begitu tiba-tiba.

Zora tersenyum miring. "Lo, kali, yang ngarep gue ajak kemana-mana dulu biar bisa lama bareng sama gue."

Aku berdecak malas seraya menyugar rambut ikalku yang sudah awut-awutan. "Zor, gue tahu diri, kok."

Zora mengerjap. "Hah? Maksudnya?"

"Gue tahu diri kalau gue bukan selera lo. Nggak pantes banget, kan, gue ngarep-ngarep sama lo."

Tampang Zora semakin terkesiap. "Selera? Ngomong apaan, sih? Emangnya lo mie instan?"

Aku hanya menghembuskan napas panjang sambil membuang pandangan. Tak sanggup berlama-lama menatap matanya yang tertuju lurus ke arahku. Mendadak aku takut kalau dia bisa baca apa yang ada di kepalaku sekarang.

"Tapi lo udah makan belum—"

"Tuh, kan!" Semburku menuduhnya.

"Heh! Ini gue nanyain lo, ya! Gue mau temenin lo makan kalau lo belum makan." Zora buru-buru memberikan pembelaan.

Lemons✔️Where stories live. Discover now