14 | modus

3.3K 469 68
                                    

Jam sudah hampir menunjukkan jam 12 siang. Sebentar lagi, training yang kuhadiri dengan Ibra ini kemungkinan akan selesai.

Sumpah, ngantuk banget. Hampir semua yang disajikan dalam training masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Aku bahkan tadi sempat ketiduran, tapi aku buru-buru bangun karena aku merasa ada yang menyentuh kepalaku. Nggak tahu apaan, tapi aku langsung tersentak bangun dan menegakkan kepalaku yang terkulai ke samping.

Saat aku menoleh, aku hanya melihat Ibra yang menatapku dengan tatapan datar sambil geleng-geleng kepala seperti sedang meledekku. Sial.

Training hari ini soal life and health insurance marketing. Kurang lebih isinya buat memahami konsep dan prinsip penjualan jasa asuransi jiwa dan kesehatan agar perusahaan asuransi seperti tempatku bekerja sekarang bisa meningkatkan pemasaran produknya.

Materinya banyak banget, demi Allah! Ada developing new product and services, determination of client needs and expectations, distribution channels and alternative sales channels, preparation of sales and marketing plan, risk acceptance process and pricing, technical infrastructure, education and financial preparations ... dan masih banyak lagi kalau seandainya yang tadi kusebutkan masih kurang banyak!

Aku memang bukan orang marketing, tapi training ini ditujukan agar aku juga paham apa yang dilakukan oleh perusahaan tempatku bernaung, dan sekiranya apa saja yang perlu dilakukan oleh tim marketing agar bisnis ini tetap berjalan dan menghasilkan pundi-pundi uang.

Sebenarnya ini dasar banget, aku juga nggak paham ngapain Ibra ikut training beginian?

Aku melirik ke arahnya melalui gerakan mata.

Tuh, ya. Bukannya merhatiin materi yang disajikan, dia malah asyik ngobrol serius sama bapak-bapak sebelahnya kayak lagi merencanakan konspirasi pelengseran pemimpin dunia.

Aku mendengkus sambil membuka kotak snack yang ada di pangkuanku. Decakan pelan keluar dari mulutku saat melihat hanya tersisa lemper satu biji di dalam sana. Sedangkan perutku udah keroncongan banget.

Sambil mendengarkan sisa materi yang dipresentasikan di depan, aku mengunyah lemperku dengan rakus. Saat akhirnya lemper yang rasanya kayak cuma ngotorin gigi itu habis, aku menaruh kulitnya di dalam kotak dan meletakkan kotak kosong itu di bawah kursi.

Saat aku sudah bersandar kembali di kursi, aku baru ingat, minumku sudah habis! Astaga, seret banget, dong, ini!

"Ck, ah!" Decakku kesal sendiri.

Lalu tiba-tiba sebuah botol aqua kecil yang menjadi salah satu isi kotak snack training ini terulur ke hadapanku.

Aku mematung lalu pelan-pelan menoleh ke arah Ibra.

"Iya, iya. Bener, pak. Mungkin lain kali kita bisa diskusikan lebih lanjut, ya? Over lunch, mungkin?" Ibra sibuk fokus berbincang dengan bapak-bapak di sebelah kanannya sedangkan tangannya masih memegang botol aqua yang terarah padaku.

Mataku menatap bingung botol aqua itu. Ini maksudnya buatku atau gimana, sih?

"Pegel, tahu nggak?"

Sontak aku kembali menoleh ke arah Ibra. Kali ini pria itu sudah menatapku lurus dan tajam.

"Buruan ambil!"

"Emang buat saya?"

"Nggak. Saya cuma minta pegangin!" Jawab Ibra ketus. "Ya, iyalah buat kamu."

"Lah, mana saya tahu. Bapak, kan, nggak ngomong—" Ucapanku terhenti saat melihat tatapan Ibra yang sedingin es di kutub. Aku takut dibunuh! "Iya, iya, pak! Makasih. Ini saya ambil."

Lemons✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang