43 | pile it on thick

2.9K 437 94
                                    

Tanganku berkeringat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanganku berkeringat. Dahiku juga. Diskusi tentang financial highlights yang sudah kami kerjakan dua minggu ini rasanya alot sekali. Nggak selesai-selesai. Banyak banget hal yang dikomentarin oleh Pak Nico, dan rasanya membuatku sadar—Ibra banyak mau karena Pak Nico banyak mau.

Pak Nico menumpuk kedua tangannya di bawah dagu. Matanya yang tajam menatap satu per satu orang yang hadir di ruangan ini. "Secara keseluruhan, saya senang dengan kemajuan yang telah kalian buat," aku menelan ludah karena aku tahu kalimatnya nggak mungkin hanya sampai di sana. "But let's dive deeper into the revenue streams."

Tuh, kan!

Aku mengerling ke arah Reksa yang duduk di seberang meja karena tahu bahwa yang saat ini akan Pak Nico bahas adalah bagian dia.

"I want a breakdown of each quarter—including the contributing factors for both successes and setbacks." Lanjut Pak Nico seraya menatap tajam Reksa sebelum kemudian mengalihkannya ke Ibra yang duduk di sebelahku.

"I thought we already agreed to make it just yearly, ya, pak." Aku dan Reksa saling bertatapan intens. Aku tahu apa yang dipikirkan Reksa sama dengan yang ada di kepalaku.

Untunglah Ibra mau membela diri!

Pak Nico menggeleng. "Itu terlalu luas, Ibra. Kita nggak bisa dive deeper kalau rentang waktunya seluas itu," jawab Pak Nico yang membuat Ibra terdiam. "If we review each quarter, it will be easier to analyze what are the contributing factors."

Ibra tak lagi menjawab dan aku langsung bertatapan untuk kesekian kalinya dengan Reksa.

Mampus, deh, lu, Sa! Lembur lagi lo!

"I want to understand the specifics of our previous sales strategy. Please provide a comprehensive analysis of the marketing campaigns that contributed to our revenue growth, ya."

"Saya rasa itu seharusnya udah dicover sama reportnya tim marketing, ya, pak?" Jawab Ibra dengan tenang.

Pak Nico berdecak beberapa kali sambil menggelengkan kepala. "Mereka, kan, cuma ada angka sales income mereka aja. Nggak ada comprehensive analysis tentang impact ke revenue growth kita. Makanya saya minta kamu yang bikin karena, kan, kamu yang punya helicopter view."

"Masalahnya, pak—"

"Lagian mereka itu kalau bikin report acak-acakan banget. Pusing saya bacanya." potong Pak Nico nggak peduli sama protes Ibra. "Jadi, mending kalian aja. Coba kalian liaise sama mereka buat data-data yang dibutuhin."

"Ini, mah, namanya bantuin kerjaan orang, dong, pak." Kekeh Ibra sinis yang langsung ditanggapi Pak Nico dengan tawa kencang.

"I'm counting on you, Ibra."

Mataku langsung saling bertatapan dengan Reksa, Acid dan Ci Novi. Aku bisa melihat, di dalam sorot mata teman-temanku, terdapat pikiran yang sama—kesal!

Lemons✔️Where stories live. Discover now