40 | Junius

3.5K 351 118
                                    

author's note: cuma pembaca KK yang tahu apa yang terjadi sama Ali dan Qiandra wkwk so far aku update seminggu sekali, tapi buat yang udah baca duluan, aku udah 2 minggu ga update (?) so ini utangku buat pembacaku yang udah baca duluan di KK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

author's note: cuma pembaca KK yang tahu apa yang terjadi sama Ali dan Qiandra wkwk so far aku update seminggu sekali, tapi buat yang udah baca duluan, aku udah 2 minggu ga update (?) so ini utangku buat pembacaku yang udah baca duluan di KK. Maafin aku, all! Love you!


***


Sekarang aku paham kenapa teman-temanku yang penuh drama itu nggak bisa lepas dari satu sama lain. Icha sama Pasha, Malik sama Shalitta, bahkan mungkin Thalia dan Abaya.

It's all about sex.

Seks bikin mereka semakin erat dan nggak bisa lepas. Sekarang ... aku paham karena somehow ... aku juga merasakan kekuatan tak kasat mata itu antara aku dan Ali. Kekuatan yang merekatkan kami hingga rasanya nggak mau pisah lagi.

Sial.

Aku memang belum sampai menyerahkan keperawananku pada Ali, tapi apa yang sudah terjadi di antara kami—entah bagaimana cara kerjanya—membuat kami semakin lengket. Perasaan itu semakin besar dan kuat. Rasanya aku tak ingin pisah dan pengen langsung serumah.

Iya, lebay. Tapi, memang ini yang aku dan Ali rasakan saat ini.

Aku jadi paham. Jika aku yang belum berhubungan seks saja sudah merasa seperti ini, bagaimana kalau sudah?

Walaupun memang nggak semua seks membuat dua orang semakin terikat—contohnya Zora yang masih belum lengket kemana pun—tapi dalam kasusku dan teman-teman bucinku itu, sex did the magic.

"Lama banget, sih, buswaynya. Udah kubilang naik taksi aja. Kamu nggak mau." Gerutu Ali yang berdiri di belakangku dengan dagu bertengger di atas kepalaku.

Kami berdua sedang ngantri TransJakarta di halte GBK. Rame banget. Macet banget. Sudah hampir 30 menit di sini dan kami berdua belum melihat bus yang ingin kami tumpangi datang.

Ali sedaritadi berdiri di belakangku dengan tangan terjulur di atas bahuku, merangkul tubuhku hingga aku bisa menyandarkan punggungku di dadanya.

"Sabar. Nanti juga datang. Naik taksi lagi rush hour gini, kan, boncos, tau." Jawabku sambil mengelus kedua tangannya.

"Ngantuk aku," sahut Ali. "Mau cepet-cepet bobo sambil pelukan."

Aku terkekeh seraya menepuk lengannya yang berada di atas bahuku.

Sejak seminggu yang lalu ketika aku dan Ali berbaikan itu, aku dan Ali jadi lebih sering bercumbu. Bahkan beberapa kali—seperti malam ini—aku dibawa menginap di tempatnya. Meski begitu, aku bersyukur Ali paham dan bisa menahan diri. Ia tetap memegang batasan yang kuberikan bahwa aku tidak mau melakukan seks sebelum ada ikatan pernikahan.

Aku berusaha melepas rangkulan Ali, namun Ali mengerang tak setuju.

"Taksi aja, yuk. Biar cepet." Gumam Ali di depan telingaku.

Lemons✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang