51 | perawan tua

3.5K 484 222
                                    

Author's note (1): Haiiiiiiiiiiii! Siapa yang kangennnnn? WKWKWKWK Sebelum baca PLEASE INGAT!!! Jangan pake kata kasar karena selain akan ditandain sama wattpad, semua tokohku itu punya lukanya sendiri dan berharga buatku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Author's note (1): Haiiiiiiiiiiii! Siapa yang kangennnnn? WKWKWKWK Sebelum baca PLEASE INGAT!!! Jangan pake kata kasar karena selain akan ditandain sama wattpad, semua tokohku itu punya lukanya sendiri dan berharga buatku. Sama kayak manusia pada umumnya. Jadiiiii aku tahu kalian benci Ali karena dia salah, tapi di bab ini adalah saatnya dia bercerita. Di cerita hidup Qiandra mungkin Ali adalah villainnya, tapi di cerita hidup dia ... Ajeng adalah villainnya. Aku nggak minta kalian menerima atau memaafkan, tapi cobalah mengerti karena itulah gunanya membaca fiksi---melatih simpati dan empati. Enjoy!


***


"Aku minta maaf. Aku nggak jujur," Ali berucap pelan sambil menatap ke arah depan. Mobilnya baru saja berhenti di depan rumahku. "Aku emang udah nikah, Qi. Aku punya istri."

Isak tangisku—yang masih belum bisa kuhentikan selama perjalanan dari apartemen Ali hingga rumahku—semakin sesenggukan. Air mata berderai semakin deras. Bahkan aku nggak repot-repot menghapusnya karena sudah tahu bahwa air mataku masih akan terus berjatuhan.

Salah apa aku, ya? Aku cuma pengen ngerasain apa yang dirasain sama teman-temanku—dicintai, mencintai, punya keluarga kecil yang bahagia, membuka lembar hidup baru. Kenapa ternyata semuanya palsu? Belum cukup sakit di hatiku karena ternyata aku cuma selingkuhan selama ini, aku harus ngerasain sakit fisik kayak tadi—dijambak dan dilempar barang.

Memang ini salahku? Aku bahkan nggak tahu apa-apa. Aku nggak tahu Ali punya istri. Lalu tiba-tiba aku dihina, dibilang pelakor, wanita jalang. Aku bukannya pura-pura nggak tahu, tapi aku benar-benar nggak tahu. Selama ini, aku cuma nggak mau berprasangka buruk dan aku percaya sama Ali karena aku yakin dia orang baik, tapi ... ternyata apa? Aku salah, gitu?

Setelah semua yang aku kasih ke Ali selama ini—perhatian, kasih sayang, kepercayaan, bahkan tubuhku—ternyata apa? Aku salah orang, gitu?

Tangisanku semakin sedih dan menyesakkan. Aku nggak bisa mengungkapkan semua yang barusan aku pikirkan. Aku malu dan rasanya juga terlalu sakit. Aku terlalu shock sampai nggak punya tenaga buat marah-marah.

"Aku sama Ajeng udah nikah 7 tahun, Qi. Sekarang aku dan dia LDM. Dia kerja di Singapore dari tahun lalu." Lanjut Ali.

Tangisanku semakin menyayat hati. Jadi, selama ini dia bolak-balik ke Singapore itu bukan buat kerja?

"Aku ke Singapore beneran buat kerja, Qi. Most of the time," ucap Ali seolah bisa menebak pikiranku. "Tapi di waktu tertentu, aku ke sana memang sekalian ngunjungin dia."

Aku terkekeh getir. "Kayak waktu dia ulang tahun, kan, maksud kamu?"

Ali terdiam dan aku yakin itu artinya ucapanku benar. Aku hanya bisa menggeleng pelan sambil tertawa miris meski air mataku terus mengalir.

"Aku sama Ajeng dari awal nikah udah sepakat kalau kita akan menunda kehamilan. Ajeng masih mau mengejar karir. Aku mempersilakan. Aku nggak mau pernikahan mengekang atau membatasi mimpi dia. Kita sepakat akan mulai mikirin anak di tahun kelima, tapi nyatanya saat tahun kelima, Ajeng masih belum mau." Ali bercerita dengan suara yang terdengar sangat pelan dan sendu. "Awalnya aku masih terima. Aku masih menerima dan mau kompromi, walau semua diskusi kita, selalu demi impiannya," Ali menghembuskan napas panjang yang terdengar menyesakkan. "Tapi di tahun keenam, dia bilang, kalau dia apply kerjaan di Singapore dan ternyata dia dapat kerjaan itu. Aku marah besar. Dia tahu kalau aku di sini juga punya pekerjaan yang nggak mungkin aku tinggal, sampai akhirnya kita cuma punya satu opsi—aku dan dia harus LDM. Padahal dia udah janji kalau tahun itu, kita mau fokus program hamil. Kenapa dia malah apply kerjaan di Singapore? Tanpa diskusi dulu sama aku pula.

Lemons✔️Where stories live. Discover now