11☁️ Amarah Bu Desi

48.4K 2.9K 45
                                    

11
.
.
.


Satu Minggu dari waktu Nella menunjukan foto dirinya yang berada di dalam dompet om Dian sampai saat ini Nella tidak pernah lagi main ke kontrakannya.

Dan om Dian? Selama satu Minggu ini dia malah semakin gencar untuk mendekatinya. Uang, baju sampai perhiasan pun om Dian kasih kepadanya namun semuanya ia tolak.

Sekarang Nella sudah kelas 6 SD. Jadi wajar jika dia merasa ada yang beda dari bapaknya. Mungkin dia juga mengerti arti kata 'suka' yang dia katakan satu Minggu yang lalu kepadanya.

Perubahan sikap Nella padanya tentu membuat Rima merasa sangat bersalah, meskipun dirinya tidak berbuat apa-apa. Tapi tetap saja Rima merasa tidak nyaman. Ini baru Nella yang tau, gimana nanti kalau Bu Desi sendiri yang tau. Entahlah.... Nella mungkin tidak mengatakan apa-apa pada ibunya tetapi, lambat laun Bu Desi pasti tau mengenai suaminya yang menyukai dirinya.

Perubahan sikap Nella juga bukan pada dirinya saja. Biasanya sesudah pulang dari sekolah Nella selalu main bareng sama Rafa. Tapi sekarang dia lebih main sama temen-temen yang lain.

Rafa tidak mempunyai teman selain Nella dan juga Ucup. Sekarang Ucup lagi keluar kota katanya sih neneknya lagi sakit parah. Makanya Rafa sekarang selalu main sendiri. Meskipun begitu Rafa sama sekali tidak kesepian, hobinya yang suka menggambar menjadi pengalihan saat ini. Rafa memang jago gambar ada dua buku gambar yang sudah penuh. cuman yaa dia selalu menyembunyikannya di dalam tas. Waktu dia belajar merangkak Rafa juga sering main coret dinding dengan krayon. Padahal dalam keluarga Rima gak ada sama sekali yang jago gambar. Ibu Nilam jagonya masak dan itu menurun juga pada Rima sedangkan pak Mardi dia senang memancing.

Berbicara soal ibu dan bapak Rima jadi rindu. Waktu dulu Rafa dalam kandungan Rima pernah berjanji kalau ia ada uang lebih ia akan usahakan pergi ke desa nanti. Cuman sekarang uang yang Rima dapatkan hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Bahkan hp saja belum punya.Insyaallah jika sudah ada niat Rima pasti akan mengabulkannya.

Dan tentang ayah Rafa?. Entahlah semoga saja ia tidak akan pernah lagi bertemu dengannya. Cukup sekali saja pria itu menghancurkan hidupnya.

"Mamah lagi ngapain di situ?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut mungil Rafa menyadarkan Rima dari lamunannya.

Rafa yang memandangnya dengan mata mengantuk mulai mendekatinya. Sekarang sudah larut malam dan ia masih duduk anteng di teras kontrakan melamun dengan di temani semlimir angin malam serta bulan dan bintang yang terpampang indah dia atas langit.

Tadi Rafa sudah tidur. Entah terbangun gara-gara apa anak ini sudah duduk di pangkuannya saat ini.

"Kenapa bangun?" Rambut Rafa sudah panjang. Rima jadi gemas sendiri ketika menyisir rambut Rafa dengan jarinya, "Ini sudah malam tidak baik anak-anak di luar saat malam hari. Nanti bisa masuk angin"

"Kipas anginnya mati mah," adu nya sambil menyandarkan kepalanya ke dada Rima. Tangan Rima yang membelai rambutnya dengan lembut membuat Rafa sangat nyaman dan tidak ingin berjauhan dengan mamahnya ini. Rafa jarang sekali bermanja-manja seperti ini, biasanya anak ini lebih senang sendirian.

"Mati?.. kenapa bisa mati? Perasaan belum lama  di servis," oh iya Rafa ini tipe orang yang kalau tidur harus pake kipas angin. Kalau kipas anginnya mati dijamin langsung bangun terus gak bisa tidur lagi.

"Kipasnya sudah karatan mah. Rafa pengen yang baru. Terus kalau di nyalain gak berisik"

Beli kipas angin mana cukup seratus ribu, ada juga sih yang kecil, cuman kan mudah rusak.  Sepertinya kali ini Rima harus benar-benar berhemat.

"Iya nanti kalau uangnya ada mamah pasti belikan Rafa kipas angin yang bagus. Sekarang pakai kipas manual saja." Tangannya masih sibuk mengelus rambut serta punggung anak kesayangannya. " Nanti potong rambut ya?. Sekarang masuk yu, sudah malam."

...

Byurrrrr

"Ahhhh," pekik Rima kaget. Tiba-tiba saja tubuhnya basah. Air bercucuran dimana-mana. bahkan sampai barang dagangannya pun basah.

Menoleh sebentar Rima melihat ke arah Bu Desi yang menatapnya dengan penuh amarah. matanya yang memerah dadanya juga naik turun.

"Bu-"

"Apa! Kamu tau apa kesalahan kamu? Kamu tau apa yang buat saya nyiram kamu seperti ini?"  Tanya Bu Desi. Nada dan gaya bicaranya sangat berbeda dari biasanya.

Tubuh Rima bergetar, diantara dinginnya air yang membasahi tubuhnya. Kakinya tiba-tiba lemas begitu saja.

"NGAPAIN NUNDUK!" Teriakan Bu Desi yang sangat keras mampu menarik perhatian para ibu-ibu yang sedang menemani anaknya di TK dekat sana bahkan Bu guru TK di sana ada yang menghampiri mereka.

"Puas kamu godain suami saya?. Saya pikir kamu ini baik Rima. Kamu lupa dulu saya yang bantu semua kebutuhan kamu apa masih kurang? Sampai-sampai kamu minta ini itu sama suami saya sekarang," teriaknya dengan suara keras. Tidak ada lagi Bu Desi yang ceria, di sini hanya ada amarah dan emosi yang mengelilingi diri Bu Desi.

Rima hanya menunduk dengan mata memerah mencoba untuk tidak menangis saat ini, tak lupa juga tangan yang saling bertautan dengan erat. Malu rasanya di marahi di depan umum seperti ini.

"permisi... Ada apa ya ribut-ribut?" Tanya Bu Rina salah satu guru TK di sana. Tadi dia sedang mengajar di kelas. Namun mendengar suara orang ribut di luar konsentrasi nya mulai terganggu, "kalau ada masalah selesaikan dengan tenang. Tidak baik bertengkar di depan umum seperti ini apa lagi di sini banyak anak-anak yang sedang belajar."

"Jangan ikut campur urusan saya!" Bentak Bu Desi membara. Bu Rani hanya menghela napas mendengarnya. Tatapan mata Bu Desi kembali memandang Rima dengan jijik.

"Dan kamu" tunjuk nya pada Rima"Kurang baik apa lagi saya dulu sama kamu. Kalau gak ada saya siapa lagi yang mau menampung wanita yang hamil  anak haram seperti mu hah, siapa?"

Dada Rima sesak. Begitu banyak jasa Bu Desi di hidupnya ia sudah menganggap wanita yang memakinya saat ini adalah ibunya sendiri. Dan sekarang? Ia malah menyakiti hatinya.

Perlahan cairan bening yang sedari tadi di tahan mulai mengalir di pipinya yang merah.

"Gak usah nangis," bentak Bu Desi lagi.
"Saya gak butuh air mata kamu" ucapnya dingin.

"Sudah bu malu di lihat banyak orang," beritahu Bu Rani ketika tatapan ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya belajar mengarah pada mereka sambil berbisik-bisik.

Namun seolah tuli Bu Desi malah bertanya dengan nada yang sangat keras, "BERAPA BANYAK UANG YANG KAMU TERIMA DARI SUAMI SAYA?"

pertanyaan yang terlontar dari mulut Bu Desi bagaikan petir di telinga nya hingga menembus langsung ke hatinya. sumpah demi Allah Rima tidak pernah menerima apapun dari om Dian.

 sumpah demi Allah Rima tidak pernah menerima apapun dari om Dian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now