52☁️ Masih Punya Kesempatan

42.1K 2.5K 60
                                    

52
.
.
.

"Abang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Abang!"

Anis berjalan mendekati Rega yaang duduk dengan pandngn kosong ke arah televisi mati. Rumah sangat sunyi usai perginya Rima dan Rafa di tempat ini.

"Abang!" Panggil Anis sekali lagi karenanrwga tak kunjung menyahut. Sesekali tangan Rega mengacak rambutnya kemudian memukul sesuatu dengan tertahan. Namun, beberapa kemudian Rega kembali mematung.

Begitu terus sampai dia menyadari Anis yang kini sudah duduk di sampingnya.

"Rafa mana?"

"Eh." Anis terkejut rupanya Rega tidak tahu kalau Rima dan Rafa susah pergi meninggalkannya.

"Kak Rima di mana?" tanyanya. Sengaja memancing Rega apakah dia tahu atau tidak.

"Dia di kamar bawah." Rega menghadapkan tubuhnya pada Anis.  "Rafa di mana? Dia di mana? Tadi sama kamu kan?" Lanjutnya tidak sabaran. Rasa ingin memeluk Rafa dan menumpahkan semuanya juga mengakui kalau dirinya adalah ayahnya begitu besar sekarang.

Bibir Anis tersungging. Dia tersenyum prihatin dengan keadaan rumah tangga kakaknya. Rega ternyata tidak tahu kalau istri dan anaknya itu telah meninggalkannya.
Kasihan sekali dia.

'Maaf bang tapi, Anis gak akan kasih tahu keberadaan kak Rima sama Abang. Kak Rima mungkin butuh waktu sebab ibu telah menginjak harga dirinya,' batin Anis tanpa tahu permasalahan yang sesungguhnya.

"Rafa udah sama kak Rima," jawab Anis.

"Syukurlah kalau begitu. Kamu pulang sana. Jagain ibu. Dia pingsan tadi. Bang Rega ingin istrirahat sebentar." Rega lekas melangkah menuju kamar tanpa gairah. Ingin sekali dia mendobrak pintu yang terkunci oleh Rima di kamar bawah. Yah, sepertinya Rima memang perlu ruang dan waktu untuk menyendiri.  Itu pikir Rega.

Anis meringis mendengar setiap kalimat yang dikeluarkan Rega begitu hampa. Lagipula kenapa pula ibu bisa pingsan begitu.

"Yaudah, Anis pulang ya Bang. Hati-hati, jaga diri baik-baik. Anis pamit."

...

Larut malam sekitar pukul satu dini hari. Rumah dengan suasana senyap ini terasa dingin. Berkali-kali Rega mencoba menenangkan diri agar tidak mengganggu Rima yang tengah menyendiri.

Membolak-balikkan badan ke sana kemari, namun tetap saja Rega tidak menemukan kenyamanannya.  Ranjang yang selalu ditiduri berdua terasa kosong tanpa kehadiran Rima.

"Arhggg."

Tidak, tidak bisa!

Rega lekas beranjak dari tempat tidur kemudian dengan tergesa mencari kunci cadangan kamar bawah. Rega tidak bisa menunggu lagi. Dia ingin di sisi Rima saat ini.

Terserah mau itu dia akan dipukul atau bahkan ditendang Rega tidak peduli. Dia hanya ingin memeluk Rima dan meminta maaf atas semuanya yang telah terjadi.

SINGLE MOTHER (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang