28☁️ Target Pertama

44.5K 2.6K 5
                                    

28
.
.
.

"Kak Rega,  bubur sama obatnya saya taruh di atas meja ya," ucap Rima usai mengetuk pintu kamar Rega.

Seharian penuh Rega tidak keluar diri kamarnya. Dari pagi selesai sarapan sampai sekarang setelah magrib pun dia belum menuruni tangga sama sekali. Rima sempat khawatir, tapi ia mencoba berpikir positif.

"Ya," sahut Rega dari dalam.

Oke, sepertinya Rega sudah agak baikan, suaranya tidak se bindeng tadi pagi. aneh,yang Rima tau kalau suara sudah bindeng, itu tandanya pilek akan menyerang. tau sendiri kalau pilek itu lama sekali sembuhnya,sekitar satu mingguan, lah ini, baru setengah hari sudah mulai baikan, bahkan belum minum obat.

"mah.." panggil Rafa dari arah kamar.

"Iya sebentar,"jawab Rima.

Rima membuka pintu kamar. di sana Rafa sedang meringkuk di atas kasur, tanpa selimut tentunya. anak ini paling anti tidur dengan selimut, kecuali kalau lagi sakit.

"Ada apa?" tanya Rima sambil menghampiri Rafa dan tidur di sebelahnya. "Rafa kenapa?" tanyanya lagi.

Rafa memandang Rima kosong, "Rafa kangen sama ucup, sama pak ustadz abu juga."

"Sebentar lagi mamah punya uang. Rafa mau ketemu nenek gak?" Rima mencoba mengalihkan.

"Nenek?" ulang Rafa.

"iya. Nenek sama kakek, mereka tinggal di Desa. Namanya Desa Mekarwangi. Nanti mamah minta izin dulu sama om Rega kalau kita mau pulang kampung sebentar," ucap Rima dan Rafa hanya menganggukkan kepalanya.

Rima mencium pipi Rafa gemas. sungguh, sekarang Rima sangat rindu dengan ibu dan bapaknya. apa kabar mereka di sana? semoga mereka bisa memanfaatkan Rima dan menerimanya kembali.

"Kalau Rafa ngantuk, tidur aja." Tangan Rima mengusap rambut Rafa yang masih panjang. tidak tau kapan ia kan mengajak Rafa untuk merapikan rambutnya. waktu itu Rafa pernah cerita, lalu Rega mengajaknya untuk memotong rambut bersama. tapi sampai saat ini Rega masih belum mengajaknya kembali, dia masih sibuk dengan pekerjaannya. tubuh Rima sangat lelah hari ini. Tadi dia ke apotek jalan kaki, karena tidak ada ojek sama sekali.

...

"Eh Gina, kapan gendong cucu kaya mereka?"

Raut wajah Gina terlihat masam. dia benar-benar tidak menyukai suasana saat ini. katanya arisan, harusnya yang kumpul juga yang bersangkutan, tapi teman-temanya malah sibuk dengan kesenangan masing-masing.

Lihatlah di sudut sofa ada jeng Sari yang memangku cucu keduanya, di samping jeng sari ada jeng Maria yang sibuk mencubit pipi Miko, cucunya juga. Dan di sampingnya ada Rosa yang sibuk memanas-manasi nya.

"Jangan iri, jangan iri, jangan iri dengki," ledek Rosa, dengan mulut yang penuh cemilan. Rosa dan Gina sangat dekat. mereka sahabat sejak jaman SMA, makanya mereka tidak perlu sebutan 'jeng'.

SINGLE MOTHER (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang