16☁️ Pria Berjas Hitam

56.1K 3.5K 17
                                    

16
.
.
.


Sudah beberapa kost yang Rima temukan tapi semuanya penuh. Belum ada yang bisa menampung mereka. Rafa sudah kelihatan mengantuk sekali. Terlihat beberapa kali dia mengucek matanya.

Meskipun sudah larut malam.  Masih banyak kendaraan yang lalu Langan di jalan. Tangan Rima sedari tadi tak lepas menggenggam tangan Rafa.

"Maaf ya sayang. Mamah sudah buat kamu susah," gumam Rima menatap putranya sendu.

"Aduh,"  ringis Rima. Tubuhnya bahkan sedikit oleng.

"Huahp... kenapa mah?" Tanya Rafa lirih. Setengah sadar.

"Sendal mamah copot. Sebentar ya mamah benerin dulu sendalnya." Rima melepaskan genggamannya pada tangan Rafa.  Ia terlalu fokus pada sendalnya sampai tak tau kalau Rafa sudah jalan sendiri mendahuluinya.

"Ini bukan copot tapi putus," gumamnya lesu.

"Rafa bisa bantu mamah pegang sen- Rafa.. Rafa.." mata Rima membulat. Ia tidak menemukan Rafa di sampingnya. Rima menoleh ke kanan dan ke kiri tapi  Rafa juga gak ada.

Rima berjalan tergesa-gesa dengan sendal putus ditangannya. Perasaannya sangat khawatir sekarang. Ia takut sekali.

"Rafaaaaa," teriak Rima kencang saat melihat putranya di depan sana di susul suara kelakson dan decitan rem mobil.

"RAFAAAAAA." Rima berlari secepat mungkin ia tidak peduli pada sendal yang sudah ia lempar begitu saja. Trotoar terasa sangat dingin di kakinya yang polos.

Di sana Rafa terlihat di kerubuni oleh beberapa orang. Dada Rima semakin sesak. Ia takut terjadi sesuatu pada putranya. Rima menghampiri putranya yang terduduk di aspal tengah di peluk seseorang.

Suara tangis Rafa juga terdengar di telinga Rima namun tertahan karna pelukan seseorang berjas hitam.

"Hiks... Mamah," gumam Rafa lirih.

Rima yang mendengarnya langsung saja ikut berjongkok dan merebut Rafa kedalam pelukannya, "Ini mamah. Maafin mamah ya" ucapnya pelan. Rima mencium kening Rafa, memperhatikan wajahnya di sana tidak ada luka sama sekali. Syukurlah...

"Mana yang sakit hhemm?"  Tanya Rima ambil mengusap air mata di pipi Rafa. Rima juga menangis ia takut sekali sesuatu yang buruk terjadi pada Rafa.

"kita ke rumah sakit."  Suara berat dari pria ber jas hitam itu mengalihkan pandangan Rima dari Rafa yang sudah berhenti menangis namun masih sesenggukan.

"Tidak perlu. Anak saya baik-baik saja," tolak Rima pelan. Ia tidak mempunya uang yang cukup untuk ke rumah sakit.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Cepat bawa dia masuk kedalam mobil" titah nya lagi dengan sedikit paksaan.

"Tidak usah-"

"Lututnya terluka!!" Bentaknya. Memotong ucapan Rima yang hendak menolak.

Apa? Dengan cepat Rima membuka celana berwarna hitam yang menutupi lutut Rafa. Dan benar saja disana terdapat luka yang lumayan dalam banyak darah juga. Bagaimana bisa Rima tidak menyadari itu.

SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now