24☁️ Diam Dan Jangan Bergerak!

47.7K 3K 8
                                    

24
.
.
.

Braakkkk...

'suara apa itu?' batin Rima bertanya.

Ia bangun dari tidurnya menggelung tinggi rambutnya yang tergerai, jam menunjukkan pukul 23.55. Dengan muka bantal Rima keluar dari kamar meninggalkan Rafa yang masih terlelap, anak itu nyenyak sekali tidurnya. Suara gerimis mulai terdengar, akhir-akhir ini hujan sering turun. Tapi tidak terlalu besar. Seperti sekarang ini.

Rima mencari-cari dari mana suara itu berasal. Perasaan bumbu-bumbu dapur sudah ia bereskan dengan apik, tidak mungkin kan bumbunya jatuh?

"Dari mana suaranya?" Gumam Rima.

Braaakkk.

Rima terperanjat, dia tau sekarang dari mana suara itu. Tanpa pikir panjang Rima mengambil kunci cadangan di dalam kamar dekat tempat tidur, kunci yang Rega berikan tempo hari, kemudian membuka pintu halaman belakang. Rima keluar dan kembali mengunci pintunya.

Halaman tidak gelap, karena ada 2 lampu taman yang menyala meskipun tidak begitu terang. Hujan gerimis mengenai lengan Rima yang terbuka, terasa dingin. Rima lupa tidak memakai blazer lusuhnya yang selalu dia pakai setiap saat. Tadi waktu Rima ingin tidur dia membuka nya.

Mata Rima memperhatikan keadaan sekitar. Tidak ada yang aneh, hanya saja kolam dekat gazebo terlihat berantakan apalagi tanaman hiasnya.

dengan rasa was-was sekaligus penasaran, Rima melangkah perlahan mendekati gazebo di sana. jantung Rima berdegup kencang, takut dan penasaran kini bercampur aduk.

Rima berbalik saat merasakan sesuatu melintas di belakang punggungnya. karena gugup yang sedari tadi menyerang, Rima kembali melangkah, tapi dengan langkah mundur.

karena terlalu fokus mengamati sekitar dengan rasa takut. Rima tidak memperhatikan langkah mundurnya, dia tersentak saat punggungnya menyender  pada sesuatu yang keras serta kokoh.

keringat dingin kini membasahi kening serta lehernya, padahal cuaca sedang dingin-dinginnya.

Rima mematung saat kedua tangan besar berada di kedua sisi pundaknya kemudian membalikan tubuhnya secara kasar.

Rima menahan napas sambil menutup matanya rapat-rapat, kedua tangannya mengepal dengan tubuh gemetar. Takut, tapi tidak bisa melawan. tubuhnya sudah lemah. bahkan Rima tidak ingin membuka matanya. dia menyesal, telah keluar.

Rima semakin memejamkan matanya kala helaan napas hangat menerpa wajahnya. Di tambah lagi cengkraman di bahunya semakin mengerat membuat jantung Rima bekerja lebih cepat.

"Ngapain di sini?"

Rima menyipitkan matanya, suara ini tampak tidak asing, seperti suara yang selalu memerintahnya. Memanfaatkan keberanian yang tinggal secuil, Rima membuka matanya. Benar saja...

SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now