17☁️ Tempat Tinggal Baru

55.5K 3.4K 8
                                    

17
.
.
.


"Kita mau kemana?" di dalam mobil suasana hening yang mengitari sebelum pertanyaan yang Rima luncurkan.

Pria tadi sebenarnya belum pergi saat menurunkan Rima. dia malah memperhatikan Rima dan mengamati gerak-gerik nya. satu hal yang pria itu tangkap, bahwa Rima sedang bingung dia juga kelihatan resah. dia tidak tau keputusannya untuk mengajak Rima kembali kedalam mobil benar atau salah.

"Sebelumnya saya mau bertanya," ucap pria itu dan Rima mengangguk.

"Kamu sedang bingung?"Rima menoleh." Saya tidak tau kamu bingung karena apa. Kita juga baru bertemu, bahkan saya belum tau siapa namamu. tapi jika ini menyangkut tempat tinggal saya bisa bantu. Saya tidak tau benar atau tidaknya kamu membutuhkan tempat tinggal. tapi kalau itu benar kamu bisa tinggal di rumah saya," tawarnya.

Rima memandang pria itu Ragu kemudian menggeleng. Bagaimana mungkin dia menerima begitu saja.

"Tenang saja. Kamu tidak usah takut."

"Tidak. turunkan saja kami di sini. kita tidak  saling mengenal." Rima menunduk. Ia memperhatikan wajah lelah Rafa. Ingin sekali menerima tawaran pria asing ini, tapi Rima juga takut kalau ia dan Rafa hanya di manfaatkan. sekarang banyak sekali penjahat berkedok di balik kebaikan.

"yakin?"tanyanya datar, "yakin mau turun disini dengan keadaannya yang lelah?" Rima tau maksud 'keadaannya' adalah untuk Rafa. Ia juga lelah apa lagi Rafa.

Rima hanya diam. ia tidak tau harus menjawab apa. di pikirannya ia harus menolak, takut pria ini hanya memanfaatkan mereka untuk  kepentingannya sendiri. tapi, kenapa hatinya percaya bahwa laki-laki ini baik dan tidak akan menyakiti mereka. otak dan hati memang tidak selamanya jalan searah.

"Kebetulan saya juga lagi cari pembantu. Siapa tau kamu berminat."

Mata Rima membuat. Ia sangat butuh pekerjaan apalagi tempat tinggal. dan sekarang dua hal yang Rima inginkan sudah ada di depan mata dan Rima tidak mungkin bisa menolaknya. Akhirnya Rima mengangguk sebagai jawaban. meskipun ragu, Rima berusaha untuk berpikiran positif.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang agak licin karena memang masih gerimis. jalanan yang tampak lenggang memudahkan mereka untuk sampai rumah dengan cepat. Rima tidak tidur meskipun ia sangat ingin menutup mata sebentar, tapi karena ada orang lain disini Rima jadi tidak berani tidur.

Entah benar atau tidak keputusan yang di ambil Rima pasti memiliki resiko untuknya. Yang ia harapkan hanyalah semoga dia tidak salah telah memutuskan dan berharap kepada pria ini.

Sesampainya di tempat tujuan mereka turun dari mobil. kaki Rima yang masih polos, menapak disana, terasa sangat dingin. Rima memperhatikan sekeliling, rumah ini tidak terlalu besar. hanya rumah minimalis dengan dua lantai. dindingnya yang dominan warna putih dan silver tua sangat cocok dengan taman yang lumayan luas. kesan segar dari tanaman pasti sangat terasa memanjakan mata jika di pagi hari. sekarang sudah sangat larut. jadi Rima tidak begitu memperhatikan sekitar.

Rima masih menggendong Rafa yang masih tertidur pulas sembari mengikuti langkah lebar pria di depannya ini.

"Ini kamar kalian. Istirahatlah." Setelah mengatakan  itu dia naik ke lantai dua, dimana kamarnya berada.

Rima membuka pintu kamar Perlahan. Di sana ada single bed dan lemari kecil. Ia membaringkan tubuh Rafa di atas ranjang dan tentunya sudah ada bantal. kamar ini memang kecil. Di ujung sana terdapat pintu berwarna biru muda. Sepertinya pintu itu pintu kamar mandi.

Rima memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Tubuhnya sangat terasa lengket, tidak tau karena apa. padahal tadi waktu di luar sangat dingin.

Setelah tubuhnya bersih kembali. Rima ikut berbaring di sebelah Rafa. ia menatap rafa dengan sendu. Mengelus pipinya membelai, mencium kemudian Rima memeluk teman hidup sekaligus darah dagingnya.

Tubuhnya sangat pegal. Apalagi di bagian kaki, banyak kerikil yang Rima injak sehingga menyebabkan rasa ngilu.

Rima memejamkan matanya untuk menyusul ke alam mimpi bersama Rafa. Beruntunglah ia bisa beristirahat dengan layak malam ini.

...

Paginya sekitar pukul 5:15 AM Rima sudah bangun dan sudah mandi juga, di dalam kamar mandi memang belum lengkap, dan untungnya rima membawa satu sabun batang yang ukurannya kecil. Ia membereskan mukena  seusai menyelesaikan shalat subuh tanpa sajadah, hanya kain tipis sebagai pengganti. tas yang Rima bawa tidak cukup kali di isi dengan sajadah yang tebal, ia hanya membawa mukena yang bahanya lumayan tipis.

"Mah.." gumam Rafa sambil mengucek mata. rupanya anak ini sudah bangun.

"Istirahat saja. Rafa pasti sangat lelah."

"Ini dimana?" tanya Rafa. Dia juga meraba kasur yang empuk itu. "ini kasurnya empuk banget mah. gak tipis." Rafa terus menekan kasur dengan wajah sumringah. Rima sedih, ini pertama kalinya Rafa tidur di kasur empuk. selama ini mereka tidur hanya dengan kasur lantai tipis lebih terlihat seperti karpet.

"Jangan banyak gerak. lutut Rafa masih sakit kan?" Rima khawatir kalau lutut Rafa bengkak atau gimana.m, "coba mamah lihat dulu." Rima berjongkok di depan Rafa yang duduk di atas ranjang dengan kedua kaki mengayun. lutut Rafa masih di perban, walaupun hanya luka kecil namun jika di biarkan tidak di perban, pasti banyak bakteri atau debu yang menempel.

"Sakit gak?" tanya Rima khawatir.

Rafa menggeleng, "sedikit." memang tidak terlalu sakit cuma ya agak nyut-nyutan di tambah rasa pegal karena semalam berjalan kaki lumayan jauh.

"Rafa dengar ya, kita sekarang ada di rumah orang lain. Jadi Rafa gak boleh main seenaknya. Terus kalau rafa mau main harus ijin dulu sama mamah ya," Rima takut nanti Rafa akan merusak beberapa barang mewah disini, meskipun Rafa bukan anak yang bandel ataupun anak yang tidak bisa diam, tapi yang namanya anak kecil ya tetap anak kecil.

Rafa mengangguk, "tas Rafa?"

"Ini."

"Mamah mau keluar dulu. kalau Rafa mau mandi, panggil mamah ya, jangan mandi sendiri takut nanti kena lututnya. jangan berisik juga ya, tidak enak sama yang punya rumah." Rafa mengangguk. dia rupanya ingin menggambar, tidak tau menggambar apa yang penting dia tidak rusuh.

Rima keluar dari kamar, berjalan menuju dapur. ternyata masih kosong. Rima pikir art di rumah ini ada dua atau tiga orang, ternyata tidak ada sama sekali, hanya ada satpam sebagai penjaga gerbang. tapi anehnya dapur di sini sangat terawat, bersih sekali. apa mungkin art nya tidak menginap? atau sedang libur. entahlah...

Merasa memasak adalah salah satu tugasnya sekarang. Rima akhirnya mulai berkenalan dengan dapur yang baru pertama kali Rima lihat. banyak barang-barang yang tidak diketahui namanya ataupun kegunaan nya.

Di sana juga ada benda kotak kecil tapi gak kecil-kecil banget. Rima merabanya. warnanya hitam dan ada beberapa tombol di sana. kompornya juga ada yang tidak mengeluarkan api.

"Dasar deso," lirih Rima.

"Dasar deso," lirih Rima

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now