59☁️ Maafkan Aku Rima

42.6K 2.5K 42
                                    

59
.
.
.

Setelah membayar taksi yang ditumpangi oleh Rega

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah membayar taksi yang ditumpangi oleh Rega. Rima bergegas naik dengan cepat. Gila saja pikir Rima sebab Rega ternyata kabur dari rumah sakit tanpa persiapan.

Untunglah sopir taksi tadi sabar menunggu walaupun agak ketus saat Rima membayarnya.  Wajar saja, siapa yang tidak kesal saat penumpangnya tidak bisa membayar tepat waktu.

Pantas saja baju yang Rega kenakan itu masih baju pasien rumah sakit. Tadi saat melihat Rega datang mendadak, Rima tidak sadar sama sekali akan penampilan Rega yang kacau. Rima kaget saat laki-laki itu datang tiba-tiba.

Sekarang Rega tampak begitu jelas dihadapannya. Terbaring dengan napas teratur dan bibir tersenyum samar. Apa sebahagia itu dia bisa kembali bertemu dengan Rima?

Entahlah padahal dia belum melihat Rafa sebab terlalu lemas dan limbung lebih dulu sebelum menemui anaknya.

Perlahan Rima mendekati Rega. Ia duduk memangku wajahnya  di punggir sofa menghadap Rega. Memandang ayah dari putranya? Rupanya wajah keduanya begitu mirip jika diperhatikan dari dekat. Kenapa Rima tidak menyadarinya? Kenapa dia tidak menyadarinya dari dulu, Rima bisa ancang-ancang kalau begitu kan?

Alis yang tegas, namun sekarang mengerut tanda tak nyaman. Hidung lumayan mancung walaupun tak sebangir hidung bule.  Rega benar-benar tidak bisa membuat Rima menepati janjinya untuk membenci siapapun ayah kandung Rafa.

"Apa sebenarnya mau kamu Kak. Kabur dari rumah sakit lalu menemuiku? Untuk apa?" Bisik Rima pelan. Keheningan malam ini secara tidak langsung membuat batinnya ingin bercerita.

Rima menenggelamkan wajahnya pada kedua lengan yang tertangkap di sisi sofa. "Kenapa hidupku tidak pernah tenang. Aku juga cape kabur-kaburan terus demi bisa hidup dengan aman. Dan sekarang waktu aku menemukan tempat nyaman denganmu. Kamu malah merusaknya. Dasar pria jahat! Dari sekian banyaknya laki-laki di dunia ini kenapa kamu pria brengsek itu? Kenapa kamu ayah kandung Rafa?!" Rancaunya. Dada Rima sesak. Dia berat mengatakan semua ini. "Meski begitu. Terima kasih sudah membuat Rafa merasa nyaman ada di dekatmu selama ini." Rima terisak pelan. Cairan bening mengalir begitu saja tanpa diminta.

"Maaf."

Suara berat nan lirih. Rupanya Rega tidak tertidur sepenuhnya dan sejak tadi mendengar curahan hati Rima. Rega juga sama, dia merasa sesak atas kenyataan ini.

Rima mengangkat wajah sembabnya. Sorot mata dari Rega mampu membuatnya tidak mampu berkata-kata.

"Maafkan aku, Rima." Tangan Rega menggapai tangan Rima dan menggenggamnya erat-erat. Mencoba memberi kekuatan dan semangat untuknya.

Kalau begini, apa harus Rima memaafkannya. Apa penderitaan selama hidupnya hanya cukup dengan kata maaf?

"Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya?" Suara Rega kian tercekat. Suhu tubuhnya meningkat drastis. Tangan Rega begitu panas di tangan Rima. Genggaman tangan keduanya terlepas begitu saja. Matanya terpejam. Rega kehilangan kesadarannya.

Rima menggeleng. Terus berusaha memanggil nama Rega agar kembali membuka mata. Namun, sayang Rega sama sekali tidak merespon panggilannya. Tidak cukup sampai di situ, Rima kembali memanggil Rega dengan suara lebih keras

"Kamu bangun sekarang! Bagaimana aku bisa beri kamu kesempatan kalau kamu tidak bangun hah?! Rega bangun!" Teriaknya tanpa peduli dengan panggilannya sendiri yang tidak sopan. Tak kunjung mendapatkan respons dari Rega, Rima semakin gelisah. Dia harus menelpon Bima sekarang.

"Mamah."

Rima menoleh, Rafa dengan muka bantalnya menatap Rima yang mendekap Rega. Anak itu memandang orang tuanya bergantian sebelum mendekatinya. Pandangnya bingung dan sedikit takut melihat Mamahnya menangis lagi karena Rega.

Buru-buru Rima mengusap air matanya dan menghampiri Rafa.

"Nak, jaga Om sebenar. Mamah telpon Om Bima dulu." Setelah mengusap bahu Rafa Rima memasuki kamar dan menelpon Bima dengan telepon yang ada di apartemen. Meskipun Rafa sudah tahu, tetap saja, dia belum mampu memanggil Rega dengan sebutan ayah.

Kini Rafa memandang tubuh Rega yang tidak sadarkan diri. Perlahan langkah kaki kecil itu mendekat ke arah Rega terbaring.rafa menatap Rega kosong.

Tadi Rafa terbangun karena mendengar suara Rima yang memanggil Rega agar membuka matanya. Dia mengira Rima dalam bahaya dan dia harus segera bangun dari tidurnya. Namun, rupanya ini alasan Mamahnya menangis lagi?

"Om baru saja membuat Mamah menangis lagi," lirihnya pelan namun penuh penekanan.

...

Kekacauan terjadi di rumah sakit saat Gina telah kembali ke ruang rawat Rega dan tidak menemukan Rega di sana. Ranjang rumah sakit kosong berantakan.

Gina berteriak mencari keberadaan Rega. Amar juga sibuk mencari Rega di setiap sudut rumah sakit. Bagaimana bisa anak itu kabur di malam hari begini. Taman, parkiran, toilet umum sampai atap rumah sakitpun sudah dicek dengan baik, tapi Rega masih tidak ditemukan.

Bima yang merasa bersalah juga sibuk mencari Rega sampai harus meminta bantuan pihak rumah sakit dengan mata mengantuk.  Lelah berlari ke sana kemari tapi tak kunjung menemukan Rega. Akhirnya Bima kembali ke ruangan tanpa hasil yang diharapkan.

"Rega belum ditemukan juga?" Tanya Gina dengan muka kacau. Melihat Bima yang menggeleng Gina memandang Amar sinis. "kamu gak becus jagain dia! Sudah kabur begini siapa yang susah. Kamu juga Anis! Kenapa malah tidur, harusnya kamu jagain Abang kamu."

Anis mengangkat kedua bahunya, dia kembali duduk di sofa dan mengipasi wajahnya yang panas penuh keringat setelah mencari Rega. "Ya, mana Anis tahu, Abang kan bukan anak kecil lagi. Anis gak nyangka dia punya pikiran kabur-kaburan begitu. Emang ya suami istri sama aja suka kabur-kaburan," balas Anis dengan memelankan suaranya di kalimat terakhir. Agak jengkel dengan drama yang abangnya ciptakan malam ini.

Tiba-tiba Anis mengangkat wajahnya, matanya membola dan langsung menatap ke arah Bima yang ada di sampingnya. Dia baru teringat sesuatu. Rega kabur? Dan Abangnya itu baru tahu keberadaan Rima saat ini. Apa mungkin dia menyusul Rima dengan nekat?

"Anis sepertinya tahu di mana Bang Rega sekarang!" Celetuknya dengan tubuh berdiri.

Bima, Amar dan Gina langsung memandang Anis penuh tanya.

"Di mana? Kita tadi sudah keliling rumah sakit. Rega gak ada di sini Nis," timpal Bima sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Siapa bilang dia di sini! Anis baru saja bilang kak Rima ada di apartemen Bang Bima. Mungkin dia ke sana buat bertemu kak Rima? Bisa saja kan."

Bima terdiam. Rega sudah tahu? Kalau begitu dia harus segera mengecek ke apartemennya sekarang.

"Jadi Rima sudah ketemu?" Tanya Gina kaget.  Gina menghampiri Anis dan menepuk paha anak gadisnya. "Di mana dia sekarang? Cepat katakan! Ayo kita ke sana sekarang juga!"

Baru saja Anis hendak membuka mulut untuk menjawab pertanyaan ibunya. Dering ponsel milik Bima terdengar memenuhi ruangan. Panggilan dari Rima yang saat ini panik dengan kepingsanan Rega di apartemen.

 Panggilan dari Rima yang saat ini panik dengan kepingsanan Rega di apartemen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Note: Satu part lagi ending

Follow RosianaSalma

SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now