18☁️ Menikmati Waktu

52.8K 3.4K 27
                                    

18
.
.
.


Pagi ini terasa berbeda. Dia baru saja bangun, dan hidungnya sudah dimanjakan wangi masakan dari dapur. Wangi yang begitu menggoda hidungnya sampai perutnya ikut bergetar.

Pria berusia 21 itu sudah membuka mata dan dia sangat enggan untuk beranjak dari kasur. Dia ingin menikmati bau masakan yang khas, dan belum pernah terendus oleh hidungnya itu lebih lama.

Dia tidak ke kantor hari ini, rasanya malas sekali. Dia tidak kuliah akan tetapi dia sedang berusaha untuk mengembangkan perusahaan ayahnya, dan sekarang perusahan itu sedikit demi sedikit ada kemajuan meskipun prosesnya sangat lambat.

Rega Narendra Regard. Ya, nama pria berjas hitam itu Rega Narendra Regard, biasa di panggil Rega.  setelah lulus dari SMA Rega tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. pak Hendrik  (ayah Rega) meninggal saat Rega baru lulus dari masa SMA nya, karena tidak ada lagi yang mengurus perusahaan maka dia dengan senang hati mengambil alih perusahaan.

Rega tidak kuliah karena dia tidak bisa membagi waktu, di tambah lagi Rega juga tidak tertarik. ibunya pernah memaksa agar dia mau masuk kuliah tapi Rega selalu menolak. Rega selalu memberi pilihan pada ibunya kuliah atau perusahaan tidak terurus atau sebaliknya. Ibunya  tidak mau perusahan yang almarhum suaminya yang dulu di bangun dengan susah payah harus turun begitu saja.

Jika kalian bertanya dimana ibunya sekarang. ibunya Rega yang bernama Gina tinggal di rumah yang berbeda dengannya. Gina tinggal bersama Anis (adik kandung Rega) dan suami barunya. pernikahan Gina dan amar belum di karuniai keturunan karena mereka baru satu tahun ini menikah di tambah dengan umur mereka yang sudah kelewat matang. jadi mereka tinggal bertiga setelah Rega memutuskan untuk pisah rumah.

Menyibak selimutnya Rega turun dari ranjang kemudian masuk ke kamar mandi. dia hanya mencuci muka dan gosok gigi saja dan setelah itu dia turun ke lantai satu dimana wangi masakan yang sempat menggoda hidungnya tadi berasal.

Di sana di meja makan sudah terhidang beberapa menu makanan. matanya yang tajam  memandang satu persatu makanan Yang ada di sana. di mulai dari nasi yang menyembul terlihat begitu pulen, kemudian pandangannya beralih ke nampan berisi udang asam manis, sayur brokoli,tempe Krispy dan juga.. apa? tunggu, itu kopi?

"khmm..." Rega duduk di salah satu kursi.

Rima menoleh dari kegiatan mencuci piring, dia terlihat gugup sekali. kepalanya sedari tadi menunduk.

"Lain kali buatkan teh. saya tidak suka kopi." Rega tidak begitu suka dengan kopi. dia lebih suka susu atau teh hangat. dan kopi yang Rima seduh saat ini, itu adalah kopi pak jajang, satpam di rumah ini.

Rima mengangguk gugup.

Rega memakan makanannya dengan tenang. Rasa makanan ini sangat cocok di lidahnya, meskipun sayur brokolinya kurang garam sedikit. biasanya pagi Rega di awali dengan selembar roti tawar, karena terburu-buru. Rega Akan memasak hanya untuk makan malam saja, makanya kulkas di rumahnya tidak pernah kosong.

Ini pertama kalinya Rega Narendra Regard sarapan dengan NASI.

Di dalam kamar, Rafa tak henti-hentinya tersenyum sambil mengamati hasil gambarnya.  di buku gambar, Rafa baru saja menggambar ranjang serta kasur yang empuk.

Ini pengalaman pertama kali Rafa tidur di atas kasur empuk. makanya dia sangat semangat sampai-sampai ada niat untuk  menggambarnya.

Rafa sudah punya sekitar lima buku gambar yang sudah penuh serta satu buku gambar yang masih kosong, semuanya dia bawa di dalam tas kesayangannya dengan pensil gambarnya yang semakin hari semakin pendek.

Dia tidak pernah meminta kalau bendanya masih bisa di gunakan.nanti kalau pensil gambarnya sudah benar-benar habis, baru Rafa berani meminta kepada Rima, tapi kalau mamahnya tidak bisa membelikannya pensil gambar, pensil biasa pun sudah bisa menjadi karya di tangan mungil Rafa.

Setelah menyimpan alat gambarnya dengan rapih, Rafa keluar dari dalam kamar dengan tertatih, lututnya masih terasa ngilu.

"Mah..."

Mata Rima membola menatap putranya dengan panik, "maaf tuan..." ucap Rima seraya menunduk dan lekas menghampiri Rafa yang berdiri di depan pintu kamar dekat ruang makan.

Rumah ini tidak besar jadi ruang makan serta dapur Dalam satu ruangan serta terdapat pintu kamar pembantu di bagian  belakang ruang makan dengan jarak tidak terlalu jauh.

Rega hanya menatapnya acuh dan kembali memasukan sendok berisi nasi dan lauk pauknya. Tidak memperdulikan panggilan Rima terhadapnya.

"Rafa mau mandi?" tanya Rima pelan. ia elus kepala puteranya yang mengangguk, "ayo masuk kamar lagi. tunggu mamah di dalam," perintah Rima dan Rafa menurutinya.

"Maaf tuan... saya permisi kebelakang." Rega mengangguk sebagai jawaban.

Di dalam kamar mandi yang kecil, Rafa menggosok tubuhnya sehingga penuh dengan busa sabun yang begitu menyerbak.Rima membantunya, agar lutut Rafa yang terluka tidak basah.

Rima belum nyaman tinggal di sini. tempatnya memang sangat bagus, udaranya juga lumayan sejuk sebab banyak tanaman, di depan di pinggir serta di belakang rumah, pasti ada. sepertinya pria itu menyukai tanaman. Bahkan, di dapur pun ada beberapa tanaman yang sengaja di pajang.

Mungkin karena watak pria itu yang cuek, Rima perlu beradaptasi lagi. ia harus berhati-hati, beruntung masih ada orang yang mau menampungnya dan juga Rafa.

"Sudah. Ayo pakai handuk." setelah menghabiskan beberapa menit di kamar mandi.

"Rafa pakai baju sendiri yah... mamah mau beresin meja."

Rima keluar dari dalam kamar. Dilihatnya meja makan sudah ditinggal tuannya, entah kemana dia. Rima buru-buru membereskan makanannya supaya tidak di cicipi lalat atau semacamnya, kemudian mengambil satu piring nasi serta 1 potong tempe crispy untuk ia makan bersama dengan Rafa.

Rima tidak boleh menyia-nyiakan apa yang sudah dia dapat saat ini. ia beruntung, masih banyak orang di luaran sana yang lebih susah darinya.

Persoalan dengan Bu Desi Rima berusaha untuk melupakannya. bukan melupakan, lebih tepatnya mencoba untuk mengikhlaskan. perkataan yang sangat tidak mengenakan keluar dari mulut Bu Desi waktu itu Rima mencoba untuk mengikhlaskan supaya ia tenang dan terbebas dari rasa dendam.

Awal yang baru di rumah ini bersama pria asing yang mau menampungnya bersama Rafa. semoga saja pria itu di berikan rezeki serta jodoh yang baik, karena sudah berbaik hati kepadanya.

"Mau makan?"

Rafa mengangguk, mereka duduk berdua di dalam kamar, lesehan lebih tepatnya. sepiring berdua, menikmati waktu yang terus berjalan yang pastinya tidak akan terulang.

Rima terus memandangi  wajah Rafa, ia berharap semoga puteranya ini bisa membawanya pada kebahagian mendekatkannya pada ketenangan.

Terlalu banyak luka yang Rima tanggung sediri. semua hinaan tidak seberapa. yang terpenting ia masih bisa menikmati waktu berdua dengan penyemangat hidupnya saat ini.

 yang terpenting ia masih bisa menikmati waktu berdua dengan penyemangat hidupnya saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now