15☁️ Roti Rasa Keju

49.6K 3.3K 14
                                    

15
.
.
.


"Kita mau Kemana Mah?" tanya Rafa dalam keadaan setengah sadar, "dingin mah." Tangannya yang kecil menggosok kedua bahunya. Mereka sudah berjalan lumayan lama. Dan sudah sangat jauh dari kontrakan bu Desi. Kedua kaki mereka juga terasa pegal ditambah dengan udara dingin yang sangat menusuk.

Meskipun sudah memakai jaket yang lumayan tebal, tapi yang namannya tengah malam pasti sangat dingin. angin malam menerpa tubuh mereka berdua yang sedang berjalan di trotoar jalan raya. tidak tau mau kemana dan tidak tau harus apa. Rima merasa flashback dengan keadaan ini. Bedanya sekarang Rafa ia gandeng bukan di elus sewaktu masih di dalam perut.

Setelah memutuskan untuk pergi dari kontrakan bu Desi dengan hanya membawa pakaian mereka berdua saja dan sisa uang yang ia punya, Rima merasa bingung sekarang.

"Sabar ya sayang. kalau masih dingin pake jaket mamah aja ya," Rima ingin membuka sweater rajut nya, namun tangan mungil putranya menahannya.

"Rafa udah pake jaket. Kalo Rafa pake baju mamah, nanti mamah jadi beku gara-gara kedinginan,"  ucap Rafa dan Rima tersenyum, tidak jadi membuka sweater nya.

Di depan sana ada warung yang masih buka ternyata. Rima merogoh kantong rok nya. disana hanya ada dua lembar uang berwarna merah dan satu lembar uang berwarna biru.

huff... Rima harus menghemat. Tapi kali ini Rafa sangat kedinginan begitu pula dengannya. mungkin satu cangkir teh manis hangat dan satu buah roti bisa membantu.

Rima membawa pakaian mereka berdua di dalam tas yang sama pada waktu Rima di usir dari desa. sementara Rafa menggendong tas kesayangannya yang berisi alat gambar serta ada beberapa mainan kecil di dalamnya.

Rafa tidak banyak bertanya. dia hanya sesekali bertanya dan Rima tidak menjawabnya. tadi pas waktu mengemas baju, Rima hanya berkata, "kita akan pergi dari sini. nanti mamah akan cari tempat tinggal baru sama Rafa. Yang lebih nyaman"

"ayo," ucap Rima sambil menggandeng tangan Rafa ke arah warung. sesampainya disana Rima langsung menyuruh Rafa untuk duduk. kasihan sekali dia, putranya ini sudah berjalan jauh dengannya. Rima sudah berulang kali menawarkan punggungnya supaya Rafa  mau di gendong, namun Rafa selalu menolak katanya, "gak mau, Rafa berat. Badan mamah kecil nanti pinggangnya sakit"

"Bu teh manis hangat dua ya," ucap Rima sambil mengambil dua bungkus roti dan kembali duduk di dekat Rafa.

"Mau yang rasa apa?" tanyanya. di tangan Rima sudah ada dua roti rasa coklat sama kelapa. Rafa  menatapnya bingung. dia tidak mau keduanya.

"Rasa keju ada gak mah," tawarnya.

"Sebentar mamah lihat dulu ya." Rima bangkit dari duduknya. kembali mencari roti yang Rafa minta, rasa keju.

Di sana hanya tinggal satu roti yang rasa keju. Dan pas rima ingin mengambilnya ternyata sudah keduluan di ambil pelanggan lain. Rafa tidak beruntung kali ini.

Seorang pria jangkung dengan kulit putih yang mengambilnya, "mau roti ini?" tanya pria itu.

Rima menggeleng. roti itu sudah menjadi milik orang lain. dan lagi, Rafa bukan tipe anak yang suka maksa, "tidak. terima kasih saya permisi," ucap Rima menunduk. Ia kembali ke arah Rafa dan duduk di dekatnya.

"Roti rasa kejunya sudah habis. yang ada saja ya?" Rafa mengangguk dia mengambil bungkus roti yang rasa coklat.

Tapi pas Rafa ingin membuka rotinya pria jangkung tadi menghampiri keduanya dan duduk dekat mereka.

"Apa kau mau ini boy?" tawarnya memberikan roti rasa keju.

Rafa menoleh. dan si pria jangkung tadi langsung diam. entah apa yang dia pikirkan. dia menatap Rafa begitu intens. dan Rima menyadari itu.

"Gak mau om," jawab Rafa menolak. dia sudah punya roti sendiri jadi tidak perlu lagi roti dari orang lain.

Si pria tadi langsung sadar. " loh.. bukannya tadi mau yang keju ya. ini om punya yang keju," tatapannya tidak pernah lepas dari wajah Rafa. apa wajah Rafa sangat aneh dimatanya batin Rima bertanya.

"Utu tadi. sekarang Rafa sudah milih yang rasa coklat," jawab Rafa cuek. Rafa membuka bungkusan roti itu kemudian memakannya. Teh manis hangat  yang Rima pesan sudah ada di meja sedari tadi ketika Rima mau menukar roti.

"ohh jadi anak tampan ini Rafa ya namannya." Fan Rafa hanya diam tanpa ada niatan untuk membalas ucapan pria asing di dekatnya ini. si pria jangkung itu tak henti-hentinya menatap Rafa dengan alis mengkerut.

"khmm.." Rima berdehem. ia tidak suka putranya di pandangi seperti itu oleh pria asing. mana dia duduk tanpa ijin di dekat mereka.

Si pria jangkung tadi langsung mengalihkan pandangannya kearah Rima, dia juga menatap aneh pada Rima.

Rima tidak peduli. Dia tidak nyaman di tatap seperti itu. Rima menyesap sedikit teh hangat kemudian membuka  bungkus roti dan memakannya perlahan.

Namun tatapan si pria jangkung itu belum juga berakhir dan itu sangat menggangu. Rima menghela napas "maaf bisakah kamu tidak memandang kami berdua seperti itu. kami sangat tidak nyaman akan hal itu."

"Maaf.  tapi sepertinya kalian sedang butuh bantuan?" tanyanya. pertanyaan itu benar-benar membuat Rima tersinggung. apa karna pakaiannya yang lusuh dan tas berisi pakaian sangat kentara dimatanya.

"Tidak. kami tidak perlu, terima kasih."

Pria itu mengangguk kemudian merogoh hpnya yang berbunyi. Dia bangkit dan pergi begitu saja. sembari memakan rotinya.

"Tidak sopan," gumam Rima.

"mah..." panggil Rafa dan Rima menoleh

"ya?" tanyanya

"Gerimis," jawab Rafa menatap rintik hujan yang terlihat dari sorot lampu warung.

"Iya gerimis. Rafa ngantuk?" Rafa menggeleng lemas. mana mungkin tidak mengantuk ini sudah tengah malam kecuali Rima ia tidak mengantuk. kantuknya sudah hilang pas waktu Bu Desi mendatangi kontrakan nya tadi.

Setelah teh dan roti nya habis, gerimis pun mulai hilang. Rima bangkit dari duduknya. "Bu semua berapa?" tanya Rima berniat ingin membayar."

"Sudah dibayar dek," alis Rima mengkerut. siapa yang membayarnya?

"Siapa Bu?"

"Tadi loh mas-mas ganteng tadi yang jangkung itu yang bayar," jawab ibu tukang warung.

Rima mengangguk, "terima kasih bu. permisi."

Mungkin si pria tadi prihatin dengan keadaan Rima saat ini makanya di membayarnya. Rima tidak mau ambil pusing sekarang dia harus mencari tempat tinggal.  Kasihan Rafa dia pasti sangat lelah.

"Rafa ayo." Rafa mengangguk. dia gendong lagi tas kesayangannya. wajahnya terlihat sangat menahan kantuk.

"Mamah gendong ya? " Rafa menggeleng. Dia tidak mau membuat mamah tercintanya ini repot. Mamahnya ini sudah membawa banyak pakaian pasti itu sangat berat, apalagi kalau dia juga ikut digendong pasti semakin berat. Pikir Rafa.

 Pikir Rafa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now