51☁️ Tempat Pelarian

43K 2.5K 103
                                    

51
.
.
.


"Rima," lirih Rega.

Beberapa menit ruangan begitu senyap. Hanya terdengar deru napas juga isak tangis dari Rima.

"Jadi kak Rega pelakunya?" tanya Rima tiba-tiba. Petnyaan pelan namun begitu tegas dengan penekanan disetiap katanya.

Rega menunduk, dia tidak berani untuk menatap Rima yang hancur di depannya.

"Rega, Rima. Om dan ibu akan pamit. Kalian berdua bicarakan ini baik-baik. Bagaimanapun ini urusan rumah tangga kalian. Om tidak berhak mendengarnya," ucap Amar dan lekas beranjak bangkit dengan Gina dalam gendongannya.

"Terima kasih .... Ayah."

Amar mematung usai mendengar kata yang keluar dari mulut Rega. Kata yang dulu dia nanti-nantikan akhirnya kini terdengar jelas. Di situasi semacam ini apakah dia bisa merasa senang?

Amar menarik sudut bibirnya setipis mungkin. "Sama-sama. Jadilah laki-laki sejati yang bisa bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri."

Itu perkataan terakhir Amar sebelum dia meninggalkan pasangan suami istri yang kini diam mematung.

"Rima."

"Benar kak Rega pelakunya?" Tanya Rima sekali lagi. Dia ingin memperjelas semuanya. Pertanyaan yang terus berulang karena ada harapan bukan sebuah kenyataan.

Rega mengangguk dan itu membuat tubuh Rima yang awalnya menenggang kini luruh ke lantai yang dingin. Kedua tanganya yang bergetar mencoba menahan tubuhnya agar tidak terjatuh sepenuhnya.

"Sejak kapan?"

Rega ikut terduduk di atas lantai, tanganya memenggang tangan Rima yang bergetar. Namun, usahanya itu ditepis Rima dengan kasar.

"Sejak kapan kak Rega tahu?!"

Rima menyeringai. Sudut bibirnya terangkat miris. Meskipun begitu air matanya berhasil merembes tanpa diminta. "Jadi sudah lama ya. Di sini aku yang terlihat bodoh menyembunyikan sesuatu yang padahal  kebalikannya."

"Rima dengarkan aku dulu."

"Saya butuh waktu."

Rima bangkit dengan cepat kemudian keluar dari ruang tamu menuju kamarnya yang dulu dia tempati bersama Rafa dengan perasaan menggebu. Sedih, marah juga perasaan bersalah pada diri sendiri.

Orang yang selama ini dia percaya selain kedua orang tuanya ternyata adalah orang yang merusaknya di masa lalu. Rima harus apa sekarang. Apa dia harus hidup di rumah ini dengan penuh bayang-bayang akan malam itu.

Tidak!

Tidak bisa. Bagaimanapun Rima pernah bilang kepada dirinya sendiri. Dia tidak akan memaafkan orang yang telah menghancurkannya.

SINGLE MOTHER (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang