14☁️ Pergi

50.1K 3.2K 89
                                    

14
.
.
.


"Mamah sudah janji," ucap Rafa yang melihat Rima hanya diam tanpa berniat membuka suara. wajahnya juga  terlihat kebingungan.

"Kata mamah kan janji harus di tepati. jadi..."

Rima menggeleng. Rima tidak tau apa yang harus ia ceritakan tentang dia (ayah Rafa). tidak ada yang harus Rima ceritakan tentangnya.

Raut wajah Rafa  berubah, " tapikan mamah sudah janji," ucapnya pelan.

"Ini sudah sangat malam nanti saja ceritanya ya." Memang sekarang sudah sangat malam, bahkan hampir tengah malam. namun seolah tak puas Rafa kembali bersuara.

"Tapi kan..." katanya lesu.

"Rafa dengar-" kata-katanya terpotong begitu saja. terdengar suara pintu yang di pukul dari luar. Disusul suara yang tidak asing lagi di telinga Rima.

"BUKA!!!" teriak Bu Desi dari luar. bahkan kaca jendela ikut bersuara akibat pukulan yang keras dari tangan Bu Desi.

"Mah.." panggil Rafa lirih. dia ketakutan sekarang. Rima juga ikut panik mendengar suara keributan di teras.

Dengan cepat Rima berdiri dari tidurnya, mengambil kunci kemudian dengan terburu-buru membuka pintu kontrakannya.

Pandangan yang ia lihat pertama kali ya tentunya Bu Desi dan di belakangnya ada om Dian dengan kepala menunduk.

"Pergi dari kontrakan saya!"

Rima terperangah mendengarnya. keluar? Jadi, sekarang Bu Desi sedang mengusirnya dan Rafa?

"m m-maksud Bu des-"

"Saya bilang KELUAR DAN PERGI DARI KONTRAKAN SAYA!!" ucapnya tegas memotong kalimat yang baru saja Rima keluarkan.

Tubuh Rima bergetar. ini sudah malam. mana mungkin Bu Desi Setega itu padanya. Rima yakin ini hanya mimpi atau sejenis bercandaan kalau kata anak gau sekarang apa namanya? prank ya? iya mungkin Bu Desi hanya bercanda. mana mungkin dia Setega itu mengusirnya malam-malam begini.

"kenapa diam? Aduh neng Rima yang cantiknya minta ampun sampe suami orang kepincut. sekarang keluar dari kontrakan saya!" Perintah Bu Desi lagi. melihat Rima hanya menatapnya sendu Bu Desi mengalihkan pandangannya. Mau bagaimanapun Rima sudah menemaninya selama tiga tahun ini. rasa sayang yang pernah tertanam tidak sepenuhnya hilang masih ada sisa walau hanya setitik yang sudah samar. di tambah lagi ungkapan suaminya bahwa Rima lah yang terus menggodanya semakin membuat Bu Desi tersulut emosi.

Pembicaraan yang tadi dia lakukan bersama suaminya di dalam kamar sangat membuatnya terbakar oleh amarah. Pak Dian bilang bahwa Rima lah yang menggodanya, Rima selalu meminta uang dan juga mainan untuk Rafa. katanya waktu pak Dian lewat depan kontrakan, Rima selalu tersenyum genit dan menyapanya. sungguh sangat bertolak belakang dengan kenyataannya.

"Bude mamah gak salah kenapa bude marah-marah?" Rafa tiba-tiba muncul di balik pintu. lebih tepatnya di belakang Rima yang sedang berdiri. namun Bu Desi sama sekali tidak menghiraukannya.

Rima berbalik dan berjongkok di hadapan Rafa yang sedang menatap bingung ke arah Bu Desi dan pak Dian.

"Rafa masuk aja ya. nanti masuk angin." Rima berusaha menormalkan suaranya yang bergetar. kedua tangan Rima  mengusap kedua bahu polos putranya.Rafa mengangguk, kemudian kembali masuk ke dalam kontrakannya.

Setelah memastikan Rafa yang kembali tiduran di atas karpet, Rima menutup pintunya pelan. ia tidak mau Bu Desi mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya dan itu di dengar Rafa. Rima tidak mau.

"Maaf bu-"

"Maaf untuk apa?. saya gak butuh maaf kamu. yang saya mau sekarang kamu pergi dari kontrakan saya!"

"t-tapi..."

"Tapi apa? Saya sudah tau kamu yang menggoda suami saya. kamu yang suka minta uang sama suami saya. kamu yang ganjen Rima!" ucap Bu Desi membara.

Rima hanya menunduk dengan kedua tangan yang saling bertautan. ia tidak berani menatap wajah Bu Desi yang merah padam.

Ini fitnah!! Rima sama sekali tidak pernah menggoda pak Dian apalagi untuk meminta uang padanya. meskipun Rima dan Rafa hanya berdua tanpa adanya kepala keluarga, Rima pasti akan banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya dan putranya. tidak dengan cara meminta uang dan menggoda suami orang.

"Demi Allah Bu-" ucapannya kembali terpotong. kali ini bukan Bu Desi yang memotongnya melainkan suaminya.pak Dian.

"Jangan bawa-bawa Allah. kamu itu yang terus menggoda saya setiap kali  lewat depan kontrakan ini," katanya. Suaranya terdengar sangat di paksakan. namun bu Desi begitu percaya pada suaminya.

"Kamu dengarkan? Sekarang juga kamu pergi dari sini tanpa membawa barang apapun. entah berapa banyak uang yang suami saya kasih untuk kamu dan anak kamu. Barang-barang yang ada didalam semua sudah menjadi milik saya. anggap saja itu pengganti uang suami saya yang sudah kamu peras."

Nspaas Rima tercekat. susah payah ia mengumpulkan semua barang agar bisa memulai kehidupannya kembali. dan sekarang? barangnya akan di ambil Bu Desi begitu saja? Tidak bisa!

"Maaf saya sudah mengecewakan Bu Desi. Satu hal yang harus Bu Desi tau bahwa saya tidak pernah meminta uang apa lagi menggoda suami ibu ini!. tidak pernah sama sekali!. dan untuk uang, saya sama sekali tidak pernah menerimanya sekalipun dia yang memaksa," ucap Rima tegas. meskipun tubuhnya bergetar Rima mencoba untuk kuat. Dia sudah mendapatkan kehidupan yang layak. dan itu harus ia pertahankan.

Bu Desi mengalihkan pandangannya ke arah sang suami.

"B-bohong! dia menerimanya dengan suka rela. bahkan dia yang meminta lebihz" ucap pak Dian terbata.

Bu Desi masih menatap mata suaminya yang membuat pak diam gugup, "ayo kamu dengarkan apa yang istri saya bilang. pergi dari kontrakan ini," ucapnya sok tegas.

"Sudahlah. saya gak tau mana yang benar. Yang jelas saya mau kamu dan anak haram kamu keluar dari kontrakan saya. saya sudah sangat muak melihat muka kalian lagim"

"Bu Desi. Saya benar-benar tidak iklhas anak saya di sebut seperti itu!" matanya tampak memerah. Rima sama sekali putra kesayangannya di sebut seperti itu.

"Memang seperti itu kan kenyataanya?. Mungkin emang bener ya kalau dia itu pembawa sial. pantesan waktu kamu cari kontrakan banyak yang nolak karena hamil di luar nikah. ternyata ini alasannya. pembawa sial!. Belum lagi ibunya yang ganjen kurang belaian."

"Cukup Bu Desi saya akan keluar dari sini sekarang juga." Sakit sekali rasanya. orang yang sudah Rima percaya, orang yang sudah Rima anggap keluarga malah menyebutkan kata-kata yang tidak pantas terhadap putranya dan juga dirinya.

"Aku gak akan pernah Sudi tinggal di tepat ini lagi. meskipun Rafa terlahir tanpa ayah di sampingnya dia tetaplah anakku belahan jiwaku. dan sampai kapanpun aku gak rela anakku yang aku banggakan di rendahkan begitu saja." Sungguh Rima sangat tidak rela.

" Sungguh Rima sangat tidak rela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SINGLE MOTHER (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang