55☁️ Om Rega baik-baik saja kan?

41.3K 2.8K 115
                                    

55
.
.
.


Malam itu Rima langsung membangunkan Anis agak kasar. Bagaimanapun dia juga panik. Padahal Rima masih benci dengan Rega, tapi perasaannya tidak bisa bohong. Rima takut Rega kenapa-kenapa.

Rima menyingkap selimut yang membungkus tubuh Anis dan Rafa. Namun, bukannya Anis yang bangun, malah Rafa yang membuka matanya. Putranya itu menatap polos sang Mamah dengan wajah paniknya.

"Kenapa Mah?" Tanya Rafa dengan suara serak.

"Cepat bangunkan Aunty, dia harus pulang sekarang," jawab Rima cepat.

Rafa terdiam. Dia memperhatikan setiap gerak gerik Rima yang bingung. Mondar-mandir tidak jelas sambil menggigiti jemarinya. Aneh sekali Mamahnya ini pikir Rafa.

Udara malam semakin dingin, walaupun AC sudah dimatikan tetap saja angin yang masuk melalui celah jendela membuat tubuh siapapun sedikit mengeras kedinginan. Termasuk Anis dia terbangun akibat dinginya udara yang menyentuh kulit.

Rima segera menyuruh Anis untuk pulang dan memberitahukan informasi yang baru saja dia dapatkan. Diluar dugaan ternyata respon Anis malah biasa-biasa saja mendengar kakanya masuk rumah sakit. Dia hanya bergumam dan lekas untuk mengemasi barang-barangnya. Tidak seperti Rima yang malah panik duluan.

Setelah Anis pergi. Rima memandang kosong apartemen yang kembali sunyi.

"Mah." Rafa beranjak dan ikut duduk di sofa bersama Rima. Banyak sekali pertanyaan dibenak anak kecil itu. Sebenarnya apa semua ini. Kenapa Mamahnya selalu kabur-kaburan. Rafa juga ingin tahu. Tapi, dia tidak berani bertanya lebih. Sudah cukup dia dimarahi Rima karena pertanyaan krisisnya yang menanyakan keberadaan sang ayah. Rafa tidak ingin Mamahnya marah lagi.

Tadi mendengar Mamahnya menyebut kalau Om Rega masuk rumah sakit, sebenarnya Rafa ingin bertanya.  Tapi ... Sepertinya tidak perlu.

"Iya Nak." Rima memaksakan diri untuk tersenyum. Beberapa rambutnya keluar dari  kunciran. Suasana apartemen yang remang-remang masih mampu membuat Rima melihat mata bening Rafa yang terang.

Rafa menggeleng, dia peluk tubuh Rima dengan tubuh kecilnya. Dia tahu, Rima tidak baik-baik saja. Rafa cukup kuat dibandingkan anak-anak lain yang hanya tahu makan, tidur dan bermain.

Tidak seperti Rafa yang harus bisa mengerti dengan keadaan sosok keluarga yang tidak lengkap. 

Tangan Rima mengusap lembut rambut Rafa. Mulutnya terbuka sedikit hendak mengucapkan sesuatu, namun tak jadi.  Rima sadar, Rafa juga ikut menanggung semua ini. Hidupnya yang tidak nyaman dengan kabur-kaburan tentu saja membuat Rafa juga merasa tidak nyaman.

Melihat gelagat Rafa yang hendak bertanya namun takut-takut. Rima hanya menghembuskan napas berat.

"Rafa mau tanya apa? Insyaallah sekarang semua pertanyaan Rafa akan Mamah jawab dengan jujur. Rafa sudah besar sekarang. Sebentar lagi juga akan sekolah kan? Rafa mau tahu tentang apa?" Tanyanya pelan. Kalimat yang dia lontarkan barusan begitu berat untuk dirinya. Teringat dulu dia begitu tidak suka dengan Rafa yang selalu bertanya.

SINGLE MOTHER (End)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant