41☁️ Satu kamar?

40.3K 2.4K 13
                                    

41
.
.
.


Pesta berlangsung dengan semestinya. Gina banyak mengundang para tamu. Senyum di bibir wanita itu tidak berhenti melengkung menyambut rekan-rekannya.

Rima tahu, ibu mertuanya itu bukan senang atas pernikahan Rega dengan dirinya. Ibu mertuanya itu hanya senang sebab dia bisa menyombongkan status anaknya pada teman-temannya.

Yah, Gina tidak akan dapat roastingan lagi jika nanti berkumpul dengan teman sosialitanya.

Sekarang sudah selesai. Sesi foto, salaman, dan makan bersama juga telah usai.

Banyak orang-orang yang menanyakan kemana orang tua dari mempelai wanita?

"Besan tidak bisa menemani menantu saya. Rumahnya jauh, keluarga Rima mabuk kendaraan. Tapi, kami juga sudah resepsi di tempat besan kok."

Tentu saja Gina yang menjawab. Ibu dari dua anak itu berbicara dengan lugasnya tanpa hambatan. Lancar jaya meskipun apa yang diucapkannya bukanlah sebuah kebenaran.

"Kak Rima!" Anis berlari menuju kamar Rima yang ada di dekat dapur.

Semuanya telah selesai. Mereka kini sudah kembali ke rumah masing-masing, meninggalkan gedung yang menjadi saksi pernikahan Rega dan Rima yang terjadi begitu saja.

"Ada apa Anis?" jawab Rima agak canggung sembari membuka pintu kamar. Dia sudah berganti pakaian, pakaian rumah dengan celana serta lengan panjang polos.

"Rafa mana? Biar dia ikut sama aku aja ke rumah ibu, ini kan malam pertama kakak."

Entahlah, harusnya Rima bersemu mendengar ucapan Anis, harusnya begitu. Namun, apa yang terjadi, dia malah menghembuskan napas pelan sambil melirik Rafa yang tertidur dengan napas teratur.

Anak itu banyak diam. Rima sangat merasa bersalah, takut Rafa tidak dapat menerima keadaan yang jauh berbeda dari sebelumnya ini.

"Em, tidak perlu. Rafa bisa tidur dengan kakak kok Nis, dia juga sudah tidur," jawab Rima.

"Gak apa-apa kak. Aku bawa ya Rafa nya. Selamat bersenang-senang." Anis nyelonong memasuki kamar Rima yang sempit itu. Dia menggendong tubuh Rafa dan siap membawa ya keluar kamar.

"Jangan Nis, nanti Nyonya bakal marah."

"Gak! Ibu gak marah kok. Nanti Anis laporin ke papah Amar kalau Ibu ngamuk cuma gara-gara Anis bawa Rafa pulang."

Rima menarik napas panjang. Tidak ada semangat lagi untuk menahan Anis yang sudah sekali untuk dilarang ini.

"Anis, sama Rafa pulang dulu yaa. Om Bima udah nunggu di gerbang dadah."

Tubuh kecil Anis cukup kewalahan menggendong tubuh Rafa di pundaknya. Niat sekali remaja yang satu itu membuat Rima kebingungan malam ini.

Tangan Rima terangkat. Hendak menutup pintu kamar kembali. Ini sudah larut, tubuhnya juga amat lelah. Namun, sekelebat pikiran aneh muncul dalam benak Rima.

SINGLE MOTHER (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora