31☁️ Pernah Melihatnya

42.8K 2.7K 10
                                    

31
.
.
.

Siang ini  cuaca sangat bagus untuk menjemur pakaian, panas dan tidak ada angin sama sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang ini  cuaca sangat bagus untuk menjemur pakaian, panas dan tidak ada angin sama sekali. Rima mengusap peluh keringat di dahinya. Hawa kali ini benar-benar panas sehingga jemuran ini akan cepat kering.

Rega dan pria jangkung yang semalam menginap di rumah ini, mereka berdua sudah pergi entah kemana tadi pagi sekali bahkan mereka berdua belum sarapan.

Tadi pagi sebelum pergi, Rega sempat berpesan, katanya Gina akan datang kemari pas waktu makan siang. Mungkin Rega memberi tahu Rima supaya Rima bisa menyiapkan makan siang yang cukup spesial hari ini.

Karena lingkungan di rumah Rega ini tidak hidup masing-masing, jadi  banyak tetangga yang selalu menyapa Rima saat menyiram tanaman di luar rumah, kadang juga Rima ikut mendengarkan ibu-ibu ngerumpi saat belanja di tukang sayur keliling seperti saat ini. Setelah selesai menjemur pakaian, penjual sayur keliling lewat depan rumah, akhirnya Rima ikut belanja karena bahan masakan di dapur hampir habis. Rega juga sepertinya terlalu sibuk untuk mengisi bahan dapur yang kosong. Makanya tadi pagi sebelum pergi Rega juga memberikan Rima sedikit uang untuk belanja bahan masakan.

"Eh, rumah si Rega sekarang bersih banget ya? Rapi lagi," tanya salah satu ibu-ibu yang ikut memilih sayuran.

Rima belum pernah melihat ibu yang satu ini. Mungkin jarang keluar atau bagaimana Rima tidak tahu, tapi sepertinya dia tetangga lama Rega.

"Gimana sih Bu Kiki, ketinggalan berita nih gara-gara kelamaan liburan. Kan sekarang ada yang urus, ini nih neng ini yang urus." Ibu-ibu yang lebih mendominasi percakapan, merangkul bahu Rima yang kebetulan berdiri di sampingnya. Rima tersenyum canggung saat mata ibu-ibu yang lain memperhatikannya.

"Oalah istrinya toh, saya pikir si Rega belum mau kawin." Ibu yang mungkin bernama Kiki itu terlihat terkejut, matanya ikut memindai penampilan Rima dari ujung kaki sampai ujung rambut. Rima juga terkejut, Bu Kiki ini terlalu menyimpulkan sesuatu, ada yang urus bukan berarti ada istri, dasar ibu-ibu.

"Hus, bukan istrinya. Neng ini cuma artnya aja, iyakan neng?"

"Iya ibu, saya permisi dulu, mari." Setelah selesai berbelanja, Rima langsung saja masuk kedalam rumah, meninggalkan ibu-ibu yang masih anteng dengan topik kali ini.

"Mah." Tiba-tiba Rafa datang dan memeluk kakinya dari belakang saat dia sedang membereskan belanjaannya tadi. "Rafa bantu ya mah."

Rima tersenyum,"boleh."

...

Rencananya siang ini Gina akan bermain ke rumah Rega. Katanya sih, Anis juga akan menyusul nanti sepulang sekolah. Rumah Rega Memeng lebih nyaman di banding rumah miliknya. Suasana segar tampak terasa jelas, sebab banyak tanaman yang begitu menyegarkan mata.

Niat awal ingin datang pas waktu makan siang, tapi Gina malah sudah ready dengan penampilannya, padahal jam masih menunjukkan pukul 10.30.

Tadi Gina sempat memberi pesan pada Claviora, kalau dia akan main ke rumah Rega. Siapa tahu'kan Claviora mau ikut.

Dan ternyata memang benar, katanya Claviora juga ingin bertemu dengan Rega. Dia menerima ajakan Gina untuk makan siang di rumah Rega sekarang.

Makannya Gina sudah siap dengan penampilannya sebab dia ingin menjemput Claviora di apartemen.

"Pak, ke apartemen Yang waktu itu ya."

"Baik nyonya."

Selama berkirim pesan dengan Claviora, Gina banyak menemukan perbedaan pada diri gadis itu. Dari cara berbicara saja sekarang Claviora bisa lebih sopan, sangat berbeda dengan Claviora yang dulu. Dan itu semakin membuat Gina suka dan bersemangat untuk mendekatkan Claviora dengan putranya, Rega.

Baru saja mobil melaju beberapa menit, Gina sudah mendapat pesan dari Claviora. Katanya dia tidak perlu di jemput, sebab akan menggunakan taksi untuk ke rumah Rega. Juga sekarang, Claviora sedang berkumpul bersama teman-temannya di cafe, tidak ada di apartemen.

"Pak puter balik, langsung ke rumah Rega saja."

"Baik nyonya."

Setelah melalui perjalanan beberapa menit, Gina akhirnya sampai di pekarangan sekitar rumah Rega.

Turun dari mobilnya, Gina menangkap sosok anak kecil yang berlarian mengejar kelinci. Mata Gina menyipit, sepertinya dia pernah melihat anak itu, tapi di mana? Jika diperhatikan lebih lanjut, wajah anak laki-laki itu terlihat familiar.

Ohh, Gina baru ingat, kalau Rega punya pembantu sekarang dan pembantunya sudah memiliki anak, mungkin itu anak pembantunya Rega, tapi seingat Gina, dia tidak pernah melihat anak laki-laki itu. Gina mengangkat bahunya acuh tak acuh, tidak peduli.

Tapi anehnya mata Gina masih terus melirik ke arah Rafa dan memperhatikannya. Serasa ada yang menarik perhatiannya di dalam diri anak itu, entah apa.

Anak laki-laki yang sedang mengejar kelinci itu memang Rafa. Tadi Rafa sempat bantu-bantu Rima di dapur, tapi karena bosan, akhirnya anak itu memilih main dengan teman mainnya, kelinci.

Saking asyiknya mengejar kelinci, Rafa sama sekali tidak tau kalau Gina sedari tadi memperhatikannya.

Alis Gina mengernyit. Cara berlarinya, senyumannya bahkan ketika anak itu tertawa karena berhasil menangkap kelinci. Gina seperti pernah melihatnya. Tapi sepertinya itu sudah....sangat lama.

Entahlah, bisa sakit kepala Gina kalau memikirkannya terus menerus. Mungkin dia hanya pernah melihat sekilas anak laki-laki yang mirip dengan anak itu.

Gina membuka pintu rumah cukup keras sampai-sampai Rima dapat mendengarnya dari dapur. Setelah memastikan kalau yang masuk memang Gina, ibu dari tuannya Rega. Rima kembali sibuk dengan pekerjaannya. Padahal ini belum memasuki waktu makan siang, tapi ibu dari tuannya ini sudah datang. Rima geleng-geleng kepala kembali fokus pada kegiatannya.

Meracik bumbu pada masakan kemudian mencicinya sedikit. Rasanya sedikit asin padahal tadi Rima pikir rasanya akan hambar. Rima memasukan sedikit gula pasir supaya masakannya tidak begitu asin.

"Emm Kalau pakai gula merah pasti lebih sedap. Tapi gula merahnya lagi habis sekarang," gumamnya sambil mengaduk-aduk supaya masakannya tercampur merata.

Suara kursi ditarik kemudian diduduki seseorang membuat Rima berbalik.

"Anak kecil di luar itu yang lari-lari ngerjar kelinci anak kamu kan?" Rupanya Gina masih penasaran dengan apa yang dilihatnya tadi.

Rima mengangguk,"iya nyonya. Itu putra saya."

"Wajah anakmu sepertinya pasaran ya?"

Rima tersinggung, "maaf maksudnya bagaimana ya nyonya?"

Wanita paruh baya itu menegakan posisi duduknya, "itu loh anak kamu. Saya merasa pernah melihat wajahnya tapi di mana ya? Apa kita pernah bertemu sebelumnya. Emm maksud saya beberapa tahun yang lalu apa kita pernah bertemu? Eh bukan kita maksudnya saya dan anak kamu pernah bertemu?"

"Maaf. Tapi kalau beberapa tahun yang lalu Rafa masih bayi merah nyonya, dan tempat tinggal kami waktu itu cukup jauh dari daerah sini," jawabnya agak kikuk.

"Eh bener juga," gumam Gina pelan. "Ya sudahlah, kamu kembali masak aja, harus enak. Hari ini saya mau makan siang bareng anak sama calon mantu saya," perintahnya.

"Baik nyonya."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now