23☁️ Dua Kelinci

47.9K 2.8K 19
                                    

23
.
.
.

"Suka?"

Rafa mengangguk, hari ini Rega telah menepati janjinya untuk membelikan Rafa kelinci. Anak ini kelihatan senang sekali, terlihat jelas dari kedua matanya yang bersinar.

"Kenapa om belinya dua?"Rafa bertanya.

"Kalau satu, nanti kasihan dia gak ada temennya," balas Rega dan Rafa mengangguk.

"Rafa baru tau, kelinci bisa makan rumput juga ya," ucap Rafa sambil memperhatikan kedua kelinci itu memakan rumput dengan serakah." Rafa taunya kelinci makan wortel aja om," lanjut Rafa.

Rega tertawa kecil, dia usap Kepala anak ini lembut. Mereka berdua sedang berjongkok di halaman belakang memperhatikan dua kelinci yang sibuk mengunyah. Hari sudah sore,Rega baru saja selesai pulang dari kantor, bahkan sekarang bajunya masih setelan jas yang tampak kusut.

"Wortel mahal, rumput juga enak di lidah mereka." Rega memperhatikan kedua kelinci itu.

Dia memang orang yang sangat perhitungan. Meskipun dia memiliki perusahaan sendiri, tetapi jiwa hematnya masih melekat. Rega sadar, perusahaan tidak terlalu besar, Ayahnya yang membangun perusahaan ini dari nol, dan dia hanya tinggal melanjutkannya saja, meskipun begitu pekerjaan ini juga tidak mudah untuk Rega. apalagi waktu pertamakali tanpa adanya pengalaman langsung menggantikan posisi ayahnya.

"Iya? Setahu Rafa, rumput itu rasanya pait om." Rafa terlihat sangat nyaman dengan Rega, terbuktinya setiap kali mengobrol dengan pria itu, Rafa tak sungkan untuk bertanya ataupun menjawab.

"Oh ya? Kamu pernah coba?" Astaga, sekarang Rega di buat bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa ada saja pertanyaan yang keluar dari mulutnya di hadapan ibu dan anak ini. Rega tipikal orang yang tidak suka banyak bertanya. Dia lebih suka diam dan mendengarkan. Tapi sekarang?....

"Hehehe... Pernah. Waktu itu sama Ucup, gak sengaja makan rumput," balas Rafa cengengesan.

Rega gemas, dia usap kembali rambut Rafa yang memanjang. "Rambutnya di potong ya. Biar rapi." Ucap Rega. Dia masih memperhatikan Rafa yang terus menarik kedua sudut bibirnya, masih sibuk mengamati dua kelinci kecil berwarna putih dan coklat itu.

"Iya. Kalau mamah sudah punya uang"

Tadi pagi, Rafa memberitahu Rima kalau dia sudah tidak nyaman dengan rambutnya. Rima juga sudah berniat untuk membawa Rafa ke tukang cukur pinggir jalan, tapi karena uangnya belum ada, rencananya Rima akan membawa Rafa ke tukang cukur rambut Minggu depan saja, sebab tuannya Rega akan membayarnya pada tanggal itu.

"Nanti saja sama om sekalian. Rambut om juga sudah panjang," ucapnya dan Rafa mengangguk, "Om masuk duluan," lanjut Rega kemudian berlalu memasuki rumah.

Tak lama setelah Rega masuk. Rima keluar dari pintu dapur, dia menghampiri Rafa yang masih sibuk dengan peliharaan barunya. "Rafa, sudah mau malam. Ayo masuk" ajaknya pada sang putra.

"Sebentar lagi mah."

"Rafa ini sudah mau malam," ajak Rima kembali.

"Bentar mah Rafa mau masukin dulu kelincinya" ucap Rafa sambil menutup pintu kandang.

"Kelinci dari mana?" tanya Rima penasaran lalu ia juga ikut berjongkok.

"Bawa om tadi. katanya supaya Rafa gak bosen kalau di rumah," jawabnya.

Rima tampak kaget mendengarnya. "sudah bilang terima kasih?."

Mata Rafa terlihat membulat "belum" ucapnya pelan sambil menunduk. Rima membuang napas kasar. "kenapa?"

"Lupa"

"Ya sudah, ayo masuk. nanti jangan lupa bilang terima kasih sama om." Rima menarik tangan Rafa lembut.

....

Di kediaman Amar atau ayah tiri Rega, Gina tengah merengut sambil menatap layar ponselnya.

"kenapa bu?" Tanya Anis. Remaja berusia 16 tahun itu sedang sibuk-sibuknya mengemil sambil tiduran di atas ranjang.

Mereka berdua sedang berada di kamar Anis. Anis yang bingung wajah ibunya keruh akhirnya bertanya.

Gina duduk di samping Anis yang masih tiduran dengan di temani beberapa ciki. "Ini ni temen arisan ibu pada sombong semua," ucapnya ketus.

"Sombong kenapa?"

"Ya gitu, lihat ni jeng Sari sama jeng Pita pada upload foto cucu-cucunya. Keliatan banget kan mereka lagi ledekin ibu." Gina menggerutu.

Anis memutar bola matanya malas, "Ledekin apanya si bu. Mereka cuma apload foto bayi sama anak-anak apa hubungannya sama ngeledekin ibu sih."

"Ya habisnya, ibu iri sama mereka."

"Pengen cucu juga?" Tebak Anis, dan itu tepat sasaran saat melihat Gina mengangguk. "Ya suruh aja bang Rega buat, apa susahnya sih" ketusnya dan kembali mengunyah.

"Heh.. nikah dulu lah masa langsung kawin."

"Ya habisnya ibu aneh sih, bang Rega sama Anis kan masih muda. Bang Rega aja umurnya masih 21 tahun, masih sibuk ngembangin perusahaan ayah, sibuk cari cuan. Masa harus Anis yang kasih ibu cucu . Anis mana bisa, lubangnya masih kecil." Ucapnya santai.

Gina memutar bola matanya jengah mendengar ucapan absrud putrinya ini. "ibu udah tua nis, tapi masih belum punya cucu juga." Adu Gina pada sang bungsu.

"Siapa suruh nikahnya telat."

"Ya makannya itu, ibu mau kamu sama Rega jangan kaya ibu sama ayah kalian waktu itu. Jadi kalau kalian sudah tua anak kalian sudah dewasa. Gak kaya ibu udah keriput gini punya anak masih bocil"

"Heh... ibu tau kata bocil dari mana?." Mata Anis melotot.

"Dari Aris, dia kan suka bilang kamu bocil," jawabnya. Aris adalah tetangga mereka yang hobinya menggangu Anis setiap hari.

Gina menikah dengan Hendrik (ayah Rega dan Anis) di umurnya yang memasuki 30 tahun, satu tahun kemudian dia melahirkan Rega di umur kurang lebih 31 tahun dan melahirkan Anis pada usia 36 tahun. sekarang usianya menginjak angka sekitar 52 tahun. sedangkan teman-temannya waktu itu banyak yang menikah muda. tapi ada juga yang bercerai karena ada puber kedua, biasalah mungkin belum terlalu dewasa dan gampang tergoda atau mungkin belum puas main-main. makanya Gina belajar dari kisah temannya kalau nikah muda itu tidak mudah, tapi dari pengalamannya nikah terlalu tua juga tidak baik.

"Apanya yang tua sih bu. Usia ibu juga baru setengah abad. Banyak kok wanita seusia ibu masih bisa punya anak lagi. Makanya bilang sama papah goyangnya yang rajin" goda Anis, menaik turunkan alisnya. Bibirnya tertarik ke atas sebelum sengatan dari tangan Gina mulai terasa di perutnya. perih-perih nikmat.

"Ibu coret ya kamu dari KK." Ancamnya kemudian berlalu keluar dari kamar putrinya.

"Coret aja buuuuuu Anis iklhas kok. nanti Anis pindah ke KK nya bang Rega, kalau perlu Anis pindah rumah aja ke sana. lumayan lah uang sakunya lebih gede hahahahaha......" teriak Anis nyaring sambil tergelak kemudian kembali memasukan ciki kedalam mulutnya. anak ini memang hobi sekali mengunyah. tetapi tubuhnya sama sekali tidak mengembang.

"Eh ibuuuuu. jangan lupaaaaa bilangin ke papa yaaaaaa..."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SINGLE MOTHER (End)Where stories live. Discover now