45☁️ Penggalan Masa Lalu

41.4K 2.3K 31
                                    

45
.
.
.


Waktu itu tahun .... tepatnya Rega menjalani kemah dengan teman-temannya di desa Mekarwangi.

Beberapa mobil terhenti di lapangan Desa yang begitu asri. Pemandangan hijau juga perbukitan, tak lupa dengan pepohonan yang menyejukkan mata.

Rega, Bima juga teman-teman kelas yang lainya turun dari mobil. Menapakkan kedua kakinya menyentuh tanah desa Mekarwangi yang lembab sebab baru saja terguyur gerimis.

"Wih, sejuk banget udaranya. Rega, Lo mau bangun tenda di mana?" Bima dengan semangat empat lima membawa tas ranselnya sedangkan Rega masih sibuk memandang sekitar untuk melihat tempat yang cocok.

"Di sana aja."

"Oke, ayok."

Rombongan berisikan hampir 20 orang itu sibuk mendirikan tenda masing-masing untuk bermalam.

Kemah adalah pilihan untuk para pelajar yang baru saja menuntaskan ujian akhir yang cukup memakan pikiran. Ini bukan ide dari Rega. Rega hanya ikut-ikutan saja sebab Bima yang memaksanya untuk ikut bergabung.

Semuanya berjalan lancar. Cuaca begitu mendukung, mereka semua menikmati malam dengan bermusik, menyalakan api unggun juga membakar beberapa makanan yang lezat sehingga asapnya saja menyebarkan aroma sedap.

Sampai akhirnya malam itu, cukup larut akan kesenangan masing, ada salah satu anak laki-laki yang membawa minuman haram. Rega awalnya menolak tapi, waktu itu Rega masih labil. Jiwanya menolak ketika dia dibilang cupu oleh teman-temannya.

"Alah, segelas aja gak bikin mabuk kok."

"Bener. Tuh si Bima udah tegukan ke dua masih aman-aman saja."

"Tapi kalian melanggar aturan. Desa ini cukup ketat, kita dilarang mabuk di sini." Rega masih berusaha menyadarkan teman-temannya.

"Kalo cupu mah, cupu aja kali. Biarin lah, mungkin dia lagi mikirin nasib kedepannya. Dia kan gak akan kuliah kaya kita." Ujaran dari pria dengan syal merah di sekeliling lehernya.

Bima yang hendak menyangkal pun urung sebab matanya mulai berkunang-kunang.

Tawaan dari sekitar membuat Rega emosi, tanpa pikir panjang dia menegak minuman yang entah apa namanya itu dalam satu kali tegukan.

Padahal hanya satu gelas, namun itu sangat berakibat fatal pada tubuhnya yang mulai linglung. Iya! Rega memang payah dan tidak kuat akan alkohol. Takut dikira cupu juga tidak ingin mendengarkan ejekan temannya yang membuat dia kesal akhirnya Rega memilih menyingkirkan diri. Sibuk dengan pikirannya sendiri sampai akhirnya langkah lebarnya membawa dia ke jalanan raya yang sepi, mata Rega mampu melihat cahaya temaram lampu jalan di sebrang sana. Setidaknya Rega ingin menenangkan diri di bawah lampu jalan saja.

Tak lama, hujan turun dengan lebatnya. Tidak ada pilihan lain ketika langkah kakinya membawa dia pada ruko kosong dekat sana.

Melihat bagaimana hujan yang mulai membasahi aspal juga hawa dingin membuat Rega duduk dengan memeluk lututnya.

SINGLE MOTHER (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin