25☁️ Tidak Gratis

46.8K 2.9K 10
                                    

25
.
.
.

Petir sudah hilang, tapi hujan masih setia menemani meraka berdua. Dari tadi Rima terus menghawatirkan Rafa sambil sesekali mengusap kedua lengannya.

Arah gazebo dan pintu belakang rumah lumayan jauh. Kalau Rima nekat menerobos hujan, pasti dia akan basah kuyup, sebab hujannya yang sangat lebat. Namun, bukan basah yang Rima takutkan, melainkan suara petir serta kilatan cahaya yang membuatnya takut untuk menerobos, sekarang petir memang sudah hilang, tapi Rima tidak ingin menerobos hujan yang masih lebat, takut besok dia sakit dan tidak bisa melakukan pekerjaan nya dengan baik. Rafa juga sepertinya masih terlelap dalam tidurnya. Rima mengalihkan pandangannya, ia melihat kandang kecil yang di dalamnya terdapat dua kelinci milik Rafa.

"Terima kasih," ucap Rima, menoleh ke arah samping, di mana Rega duduk saat ini dengan mata terpejam.

"Untuk?" tanya Rega, tanpa ada niatan untuk membuka mata.

"Untuk kelincinya. Dua hari yang lalu, Rafa mau berterima kasih, tapi kak Rega sangat sibuk waktu itu. Jadi Rafa belum sempat mengucapkannya," ucap Rima, dan Rega tampak mengangguk samar sambil memijat pelipisnya.

"Terima kasih sudah membelikan anak saya peliharaan untuk bermain," gumam Rima. Dua hari ini Rafa tidak terlalu banyak melamun, karena punya kesibukan baru.

"Tidak gratis."

Rima melotot. kalau tau ini tidak gratis, Rima lebih baik mengembalikan kelinci itu sekarang juga. enak saja, ia tidak pernah meminta.

"Kalau tidak gratis. Kenapa kak Rega membelikannya?" tanya Rima dengan penuh penekanan.

"Terserah saya," jawab Rega cuek dan itu semakin membuat Rima meradang.

Sifat Rega yang memang perhitungan karena menurun dari ibunya, Gina. setiap kali dia memberi sesuatu itu harus ada imbalan nya. meskipun itu bukan berupa benda.

Bukan pelit atau apa. Rega juga tidak mau rugi, bukan uang yang dia mau, tapi dia bisa mendapatkan yang lain. Bibir tebal Rega terangkat, dalam pikirannya Rega sedang memilih apa yang cocok sebagai imbalan atas Dua kelinci yang dia berikan. Tenang saja, Rega tidak akan meminta yang berat-berat, ini hanya hal sepele, seperti....

"Pijat kaki saya." Rega menyodorkan kedua kakinya dan menjatuhkannya tepat di pangkuan Rima.

Rima membuang napas kasar. kedua kaki berbalut celana piyama berwarna hitam itu sangat berat.

Rega menyenderkan punggungnya ke dinding gazebo yang lain, dari tadi dia berkeliling rumah, kakinya terasa sangat pegal. Sepertinya sebuah pijatan plus-plus cocok untuk Rega  saat ini. ehh tidak! pijat sajalah, yang plus-plusnya nanti menyusul hehe.

"Yang keras. Oijitan kamu kurang berasa," protesnya.

"Salah sendiri otot kakinya ketebalan," gumam Rima, tangannya terlihat ragu untuk memijat betis pria itu. selama Rima tinggal di sini, dia tidak pernah sedekat ini dengan Rega.

SINGLE MOTHER (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang