53☁️ Guyuran Hujan

42.8K 2.7K 94
                                    

53
.
.
.


"Mau sampai kapan kamu begini Rega?" tanya Gina pelan.

Setiap hari dalam sebulan. Ini melihat Rega yang diam seribu bahasa. Kerjaannya hanya mandi, makan, tidur dan setelah itu menghabiskan waktu dengan berkeliling. Katanya siapa tahu nanti ketemu sama Rima dan Rafa di jalan, dia bisa minta maaf dan mereka bisa kembali hidup satu rumah menjadi keluarga yang bahagia.

"Sudahlah. Rima mungkin bukan jodohmu Rega. Biarkan dia pergi." Gina menambahkan lauk ke piring Rega hati-hati. Tangannya bergetar menggenggam sendok berisi sayur tumis yang masih hangat.

Gina sedih. Setiap hari menyaksikan Rega yang seolah mayat hidup akhirnya Gina memilih untuk tinggal di rumah Rega untuk sementara waktu. Mau berapa kali pun Gina berbicara. Rega tidak pernah meresponnya sama sekali.

Tak

Sendok dengan piring kosong beradu di hadapan Rega yang kini memilih bangkit dengan kunci mobil di tanganya. Sekarang pukul 10.13 malam. Rega tidak bisa tidur dan dia memilih untuk mencari Rima dan Rafa lagi.

Bima sama sekali tidak membantu. Rega tidak suka orang yang suka ngeles macam Bima. Bilangnya lelah, inilah itu lah dan gak bisa bantu. Biarkan saja. Rega masih mampu mencarinya sendiri.

Setelah menelpon keluarga Rima di Desa kalimat pertama yang Rega dengar setelah salam terucap adalah pertanyaan dari Nilam atas keadaan Rima saat ini.

"Waalaikumsalam Rega, bagaimana Rima di sana?" Pertanyaan lirih itu membuat Rega sadar. Rima tidak ada di Desanya. Rima tidak pulang ke desa, itu artinya dia masih ada di sekitar kota ini.

"Rima baik-baik saja Mah." Saat itu Rega tengah buntu. Tidak ingin mertuanya merasa cemas akhirnya Rega segera memutuskan panggilan telepon.

Udara dingin tidak Rega hiraukan. Mobil yang dikendarainya melesat cepat membelah jalanan kota. Sesekali matanya melirik ke sana kemari. Harap-harap ekor matanya menangkap perawakan Rafa juga Rima. Namun, sayang. Tidak ada sama sekali ciri-ciri orang yang sekarang sangat dia rindukan keberadaannya.

"Kemarin sudah cari ke arah sana. Sekarang coba ke arah sini." Rega memutar kemudi untuk berbelok ke arah kiri. Terus saja menyisir jalanan tanpa arah yang jelas.

Bebera menit menyetir di jalan yang cukup sempit dan sepi. Tiba-tiba saja mobilnya mogok tidak mau menyala.

"Sial!" Rega mengumpat sembari memukul setir mobil. Menyandarkan kepanya di sana dengan pasrah sebelum akhirnya keluar dari mobil untuk mengecek mesin yang rusak.

Guntur tanpa kilat bergerumuh di langit sana. Tidak ada bintang juga bulan semua tertutup awan hitam yang menampung air.

Udara juga mendadak gerah. Sebenar lagi hujan akan turun. Rega mengibas-ngibaskan baju kemeja putihnya yang kusut sebab keringat mulai bercucuran.

SINGLE MOTHER (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora