"Mau kemana kita?"
Reeva, Armaya, Hadi, Ricky, Natasha juga Mira, saat ini telah meninggalkan kawasan akademi. Mereka saat ini berada didalam monorel. Monorel yang mereka naiki berjalan dengan kecepatan tinggi di lintasannya. Saat ini, seharusnya mereka akan langsung mendatangi klien yang mengajukan komisi kepada mereka. Tapi entah kenapa, Mira menghentikan yang lainnya untuk melakukan hal itu.
Saat ini, mereka sedang menuju distrik kelas bawah menggunakan Monorel. Armaya, yang kebingungan dengan perubahan arah tujuan mereka, bertanya dengan dingin kepada Mira yang saat ini telah berubah kembali kewujud anak kecilnya.
"Sudah ku katakan bukan? Aku memiliki kenalan yang dapat menyediakan informasi lebih lanjut mengenai komisi kali ini." Mira, menjawab pertanyaan Armaya, tanpa memandang langsung wajah gadis itu, ia terus menatap keluar jendela monorel dengan wajah datarnya.
"Siapa kenalan mu itu?" Tanya Armaya sekali lagi.
"Kau akan tahu saat kita sampai disana."
Monorel akhirnya sampai ke stasiun pemberhentian yang paling dekat dengan tujuan. Walaupun dikatakan paling dekat dengan tujuan, mereka berenam masih harus pergi berjalan hingga sampai tujuan.
Stasiun yang paling dekat dengan tujuan berada di ujung distrik menengah, dari sini, mereka tidak bisa menggunakan taksi. Taksi, sangat jarang ingin memasuki distrik kelas bawah, membuat mereka harus berjalan kaki untuk sampai ketempat tujuan yang dimaksud.
Saat mereka berjalan meninggalkan distrik kelas menengah, udara disekitar berubah. Lebih tepatnya, berubah dikarenakan bau tidak sedap yang mengisi distrik kelas bawah. Bau sampah, limbah pembuangan, serta bau tidak sedap lainnya mengisi distrik kelas bawah kota Altise ini. Bangunan beton yang kokoh yang ada di distrik kelas atas dan kelas menengah pun tidak dapat terlihat lagi. Sebagian besar bangunan di distrik kelas bawah kota Altise diisi dengan bangunan kayu, ada beberapa memang bangunan dari beton, tetapi tidak sekokoh dan sebagus bangunan di distrik kelas menengah.
"Uugh..." Ricky yang memiliki penciuman yang paling tajam diantara keenam pemuda itu, mengernyitkan alisnya dengan ekspresi tidak nyaman sesaat mereka memasuki distrik kelas bawah.
Reeva, dan juga Hadi melihat-lihat sekeliling, menginspeksi seisi distrik kelas bawah kota Altise ini.
Di pinggiran jalanan banyak orang yang duduk di trotoar sembari menghisap cerutu dan rokok, mereka semua menggunakan pakaian lusuh serta memiliki wajah tajam lagikan suram. Hal ini membuat kelompok murid akademi Agnihostra seperti binatang langka di distrik ini. Dengan pakaian mereka yang rapi juga wajah bersih membuat mereka semua menarik perhatian di distrik ini.
Mengabaikan tatapan yang mengarah kearah mereka, para murid akademi itu terus berjalan, dipimpin oleh Mira yang berjalan berdampingan dengan Natasha yang sedari awal memasuki distrik ini selalu memperhatikan sekeliling dengan mata awas.
Mira terus berjalan, memimpin kawan-kawannya, gadis kecil itu kemudian memasuki sebuah gang kecil. Yang lainnya terus berjalan, mengikuti Mira dari belakang. Sesaat mereka memasuki gang, pemandangan yang lebih parah terpampang di depan mata mereka.
Para anak-anak, remaja, juga orang dewasa, sedang duduk-duduk di pinggiran jalan sembari bersandar di dinding sambil menghirup sesuatu dibalik pakaian mereka. Mereka mengoceh hal tidak jelas.
"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Reeva.
"Reeva, kau terlalu polos." Ucap Armaya.
"Mereka ngelem." Sambung Hadi.
"Bukan hanya itu, nampaknya mereka menggunakan obat-obatan.... Uugh... Inilah yang membuatku tidak suka masuk ke distrik kelas bawah." Ujar Ricky sembari menutupi hidungnya. Ia nampak ingin segera pergi dari lokasi karena bau tidak nyaman yang menyebar di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let The Universe Tell
FantasyLiberlaville... Negara yang maju, dengan peradaban yang cukup canggih di abad ke-21 ini. Dibalik kemajuan teknologi itu, ada pula hal ghaib yang mengiringi perkembangan mereka. Negeri yang dipenuhi oleh berbagai macam ras... Yang menyimpan berbagai...