2. True friend

123K 6K 31
                                    

Lily Spencer

Aku menoleh melihat pintu yang sedari tadi diketuk oleh Teddy. Aku tahu sudah semenjak pagi ia menungguku, meneleponku dan terus ingin menemuiku. Namun aku rasa aku benar-benar tidak ingin menemuinya lagi.

Aku bahkan tidak dapat tidur semalam, dapat kulihat cerminan wajahku, lingkar hitam menghiasi kedua mataku,matakupun merah karena menangis tanpa henti. aku tidak dapat berhenti menangis semalaman bahkan aku tidak dapat tidur semalam. Ini semua seperti mimpi yang sangat buruk bagiku. Cepat ataupun lambat aku harus segera menyelesaikan semua perihal pembatalan pernikahan ini.

Aku mengambil handphoneku dan melakukan panggilan telepon.

"Hai Jess, bolehkah aku tidur di apartemenmu malam ini?" tanyaku pada Jessy salah satu sahabatku. Jessy, Kiara dan aku sudah bersahabat semenjak kami berada di universitas. Ku rasa hanya Jessy yang bisa membantuku saat ini.

"Hai Lily! aku baru akan menghubungimu.. tentu saja kau dapat tinggal di apartemenku kapanpun kau mau.." katanya terhenti saat ia menyadari suaraku yang lirih.

"Lily apa kamu baik-baik saja? Apa kamu habis menangis?" tanyanya.

"Lily, buka pintunya, aku tahu kau ada di dalam" aku dapat mendengar suara teddy di balik pintu. Aku berusaha menahan tangisku.

"Lily ada apa? Kau membuatku cemas.." Tanya Jessy khawatir.

"Jessy, bisa kau bantu aku? Aku akan menceritakan semuanya padamu, tapi tolong bantu aku untuk keluar dari apartemenku ini, semenjak pagi Teddy menungguku di luar apartemenku. Bantu aku untuk menghadapinya, karena aku rasa aku sudah tidak sanggup untuk menemuinya lagi." Kataku terbata sambil menangis.

"Apa? Ada apa? Oke baiklah aku akan segera kesana, tunggu aku ya."

"Maaf merepotkanmu Jessy" kataku.

Setelah aku menutup panggilan telepon itu, aku segera bergegas merapihkan semua barang – barangku. Untuk sementara waktu, sepertinya aku tidak bisa tinggal disini, Teddy tidak akan berhenti dan akan terus berusaha untuk menemuiku. Aku hanya tidak ingin luluh dan menjadi wanita bodoh yang egois, aku tidak sanggup melakukan ini semua pada Kiara.

Setelah beberapa saat, aku tidak lagi mendengar suara Teddy, aku masih duduk diam menunggu Jessy untuk datang menjemputku. Aku menoleh ketika mendengar seseorang mengetuk pintu.

Aku harap Jessy yang datang dan mengetuk pintu itu.

"Lily, ini aku." Katanya dari balik pintu, segera mungkin aku berjalan dan membuka pintu. Ketika aku melihat Jessy berdiri disana, aku langsung memeluknya dan menangis.

"Hey... tenanglah, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" aku mengangguk dan ia membantuku membawa semua barangku pergi. Ketika aku sudah berada di mobil Jessy, aku menceritakan semua padanya, dan bodohnya air mata ku seakan masih belum mengering setelah menangis semalaman.

"Aku sangat bahagia dan menantikan hari dimana akhirnya aku akan menikah Jessy, namun ini semua terjadi seperti mimpi buruk, aku bahkan berharap aku segera terbangun namun ternyata ini bukan mimpi..aku sangat sedih sekali, aku bahkan bingung apa yang harus aku lakukan saat ini.. aku harus meninggalkan Teddy..Aku ingin ia bertanggung jawab dengan bayi itu.. walau aku tahu, aku akan sangat sakit karenanya." Air mataku kembali menetes.

"Pria itu benar-benar kurang ajar.. aku akan membantumu, kau tidak perlu bertemu lagi dengan pria itu. Aku rasa kita juga harus menemui seseorang Lily. Kita harus tau apa alasan dan penjelasannya." Kata Jessy menggengam tanganku.

"Aku rasa aku tidak mampu mendengarkan penjelasan darinya Jessy."

"Setidaknya kita harus menemuinya terlebih dahulu Lily, mungkin ini salah satu alasan Kiara menjauhi kita semenjak tiga bulan yang lalu? Kau harus menghadapi ini semua, jangan menghindarinya, ada aku yang akan selalu di sisimu.. hmm?" aku mengangguk dan memeluknya erat. Setidaknya setelah apa yang terjadi padaku, aku masih memiliki seorang sahabat yang sangat baik padaku. Terima kasih Jessy.

_____________________

Aku menggengam tangan Jessy, seketika pintu dibuka, aku dapat melihat Kiara berdiri mematung disana menatap kami. Sesaat ketika ia hendak kembali menutup pintu, Jessy menahannya.

"Kiara.. kami sudah tahu semuanya, kami hanya ingin penjelasan." Kata Jessy.

"Masuklah" kata Kiara ragu.

"Bicaralah, kami ingin penjelasan atas apa yang terjadi?" Tanya Jessy. Aku melihat Kiara memegang perutnya. Tanda kehamilannya memang belum terlihat jelas namun saat aku memberanikan diri menatapnya, ia menatapku dalam, dapat aku lihat penyesalan dan juga kesedihan dari sorot matanya.

"Aku minta maaf Lily..." katanya menutup wajahnya dan mulai menangis.

"Saat itu aku sedang bertemu dengan temanku di salah satu club, aku pun sedang mabuk malam itu, dan aku bertemu dengan Teddy.. aku.... Aku sudah lama menyukainya, namun aku tahu ia menyukaimu semenjak dulu.. aku hanya dapat diam dan menutup rapat perasaanku padanya. Hingga malam itu terjadi, kami mabuk." Hatiku sangat sakit mendengarnya, air mataku kembali mengalir membasahi pipiku, Jessy mempererat genggaman tangannya seolah memberikan aku kekuatan untuk mendengarkan penjelasan Kiara.

"Aku tidak mengetahui bahwa aku hamil, aku akui bahwa aku salah dan tidak memberitahukan ini semua darimu dan Jessy. Aku sangat menyesal dan merasa bersalah, hingga aku tidak sanggup bertemu dan berbicara denganmu karena kebodohanku saat itu, aku bahkan malu dengan diriku dan perbuatanku.. ketika aku tahu aku hamil, aku segera menemui Teddy, saat itu aku sangat panik, namun hal yang membuatku kaget, Teddy malah memintaku untuk menggugurkan bayi ini.." Kata Kiara menangis, lalu ia menghampiriku dan berlutut di hadapanku. Aku terkejut ketika ia menggengam tanganku.

"Ku mohon Lily, aku tahu aku bersalah padamu,jika kedatanganmu hanya untuk memintaku menggugurkan bayi ini, kumohon jangan lakukan itu... ku mohon izinkan aku menjaga bayi ini, aku tidak ingin menggugurkannya..." katanya menangis di pangkuanku.

"Kiara..." kataku sedih dan ia menatapku.

"Aku akan membatalkan pernikahanku dengan Teddy... dan aku tidak akan memintamu menggugurkan bayi itu... bayi itu tidak bersalah... kamu harus menjaga bayi itu, kamu harus menjadi seorang ibu yang baik untuk bayimu." Kataku menangis.

"Kamuuu membatalkan pernikahan?" katanya tidak percaya.

"Aku tidak bisa egois sedangkan bayi ini butuh sosok ayah di hidupnya Kiara.." Kiara memelukku erat dan kami menangis terisak.

"Maafkan aku Lily, aku bahkan tidak pantas kau sebut sebagai sahabatmu... aku mohon maafkan aku Jessy dan Lily, aku—"

"aku sudah memaafkanmu." Kataku menatapnya.

"Kau harus menjaga bayimu dengan baik... aku dan Jessy akan segera menjadi aunty.." kataku tersenyum. Aku melihat Jessy yang mengusap air matanya dan juga tertawa.

"Terima kasih Lily." Kiara merengkuhku dalam pelukannya. Jessy pun memeluk kami Kami menangis bersama dan berpelukan melepaskan semua kesedihan yang kami rasakan.

Kamu pasti kuat Lily, kamu harus bisa menghadapi ini semua.. Ini adalah pilihan yang benar untuk dilakukan dan keputusan yang benar untuk diambil. Entah apa aku bisa mempercayai apa yang namanya cinta kembali atau tidak. Hatiku sangat sakit bahkan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi rasa sakitnya, mungkin mulai saat ini, lebih baik ku tutup pintu hatiku.. Ku harap waktu dapat membantuku melupakan semua ini, membantuku mengurangi rasa sesak dan sakit yang ada di hatiku..

Perfect wedding (COMPLETE)Where stories live. Discover now