7. Meet Him

102K 5.4K 11
                                    

Lily Spencer

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lily Spencer

Aku melangkahkan kakiku menuju lobby utama Linc Group. Semua mata di lobby memandangku, apakah ada yang salah dengan pakaianku? Aku rasa sudah mengenakan pakaian yang cukup sopan, ah.. sudahlah, aku tidak ingin terlambat di hari pertamaku.

Aku melangkahkan kakiku menuju lift dan aku mendengar suara yang membuatku menoleh melihatnya. Aku melihat ada seorang wanita berumur yang berlutut dan memeluk kaki seorang pria yang mengenakan jas abu-abunya. Ada apa dengan mereka? aku berusaha untuk tidak memperdulikannya namun hati kecilku terus membuatku menoleh melihat hal tersebut.

"Ku mohon jangan memecatku.. aku minta maaf tuan, aku tidak akan melakukan kesalahan lagi ku mohon" pinta wanita itu sambil menangis. Lelaki tersebut hanya menghela nafasnya dan dengan acuhnya bahkan tidak memandang wanita tersebut. Aku dapat melihat wanita itu menangis dan lelaki itu melepaskan tangan wanita itu lalu pergi meninggalkannya.

Tangan wanita yang terlepas tersebut membuatnya terjatuh, aku heran mengapa banyak orang yang berlalu di lobby tetapi mereka malah hanya memandangi hal seperti ini. Aku tidak dapat menahan diriku lagi, laki-laki itu sangat tidak sopan. Aku melangkahkan kakiku menghampiri wanita tersebut.

"Hei... kau sangat gentleman sekali!" kataku keras padanya. Entah mengapa ada seorang laki-laki seperti itu.

"Apa ibu baik-baik saja?" kataku membantu wanita itu untuk berdiri. Ia mengangguk dan menatapku.

Tanpa aku sadari, lelaki itu sudah berbalik dan berjalan ke arahku.

"Urusi saja urusanmu sendiri nona!" katanya dingin.

"Aku tau wanita ini mungkin sudah melakukan kesalahan, tetapi apakah kau tidak bisa bersikap lebih sopan padanya? Bagaimana jika ibumu di perlakukan seperti ini?!" aku tidak lagi dapat menahan amarahku, bagaimana seseorang bisa bersikap seenaknya dan tidak sopan seperti itu.

Walaupun aku tidak dapat melihat mata lelaki tersebut, tapi aku menyadari bahwa lelaki tersebut menatapku tajam di balik kaca mata hitamnya. Sama seperti keadaan lobby yang kini menatapku atas pembelaanku tersebut.

"Urus saja ibumu sendiri" lelaki tersebut berbalik lalu menuju ke lift diikuti beberapa anak buahnya. Seolah olah tidak terjadi apapun semua orang di lobby melanjutkan pekerjaan mereka.

Perkataan tersebut membuatku terdiam. Ya, seandainya aku masih ada kesempatan tentu aku akan mengurus ibuku. Jangan menangis Lily...

"Aku Reina, Reina Smith.. terima kasih dan maaf atas kejadian ini, seharusnya kau tidak perlu membantuku, aku takut kau dalam masalah besar sekarang."

"Aku Lily, Lily Spencer" senyumku.

"Apa kau bekerja disini Nona Spencer?" Tanya Reina.

"Tadinya akan tetapi sepertinya aku mengurungkan niatku tersebut" kataku ragu.

"Selamat pagi Nona Spencer, perkenalkan saya Arnold adik Sylvester, kakakku berkata bahwa nona akan datang kemari pagi ini, mari ku antar?" Sapa Arnold.

Aku jadi merasa tidak enak hati karena ternyata Arnold adalah adik Sylvester akhirnya akupun mengurungkan niatku dan akan menerima pekerjaan ini.

Lagipula aku tidak akan bertemu dengannya setiap hari kan. Ya, semoga aku tidak bertemu lagi dengannya.

"Nona Smith, sepertinya aku harus pergi, senang bertemu denganmu" kataku pamit pada wanita itu.

"Senang bertemu juga denganmu Nona Spencer". Aku pun berlalu dan mengikuti Arnold di belakangnya.

William Anderson

William atau yang biasa di sapa Liam keluar dari mobilnya menuju Lift kantornya.

Hari ini moodku sedang tidak baik, tadi pagi ayahku membatalkan meeting di Miami dan berkata bahwa aku harus kembali ke kantor menggantikannya untuk menandatangani beberapa dokumen penting. Aku mengenakan kacamata hitamku dan mengancingkan jas abu-abuku lalu berjalan mendekati lobby. Namun tiba tiba ada seorang wanita memanggilku.

"Tuan Anderson, ku mohon.. aku tidak akan melakukan kesalahan lagi aku akan berhati hati membersihkan ruanganmu, aku tidak akan memecahkan vas lagi ku mohon" kata wanita tersebut berdiri di hadapanku.

"Pergilah, moodku sedang buruk hari ini" kataku pelan.

"Ku mohon jangan memecatku.. aku minta maaf tuan, aku tidak akan melakukan kesalahan lagi ku mohon" Wanita tersebut menangis dan mulai memeluk kakiku, aku hanya menghela nafasku.

Aku berlalu dan meninggalkannya berjalan hingga pegangannya di kakiku terlepas.

"Hei... kau sangat gentleman sekali!" Seru Seorang wanita.

Aku menoleh dan berbalik berjalan menuju mereka. Aku terdiam sejenak, kulihat ia cantik, tidak iya benar-benar cantik.. rambut coklatnya, kulit putihnya. Mengapa ada wanita begitu cantik di pagiku yang buruk ini.

"Apa ibu baik-baik saja?" Tanya wanita itu pada wanita yang tadi memeluk kakiku. Sedangkan aku masih memperhatikannya, beruntung aku menggunakan kacamata hitamku sehingga ia tidak akan mengetahui bahwa aku memperhatikannya sedari tadi.

"Urusi saja urusanmu sendiri nona!" Kataku.

"Aku tau wanita ini mungkin sudah melakukan kesalahan, tetapi apakah kau tidak bisa bersikap lebih sopan padanya? Bagaimana jika ibumu di perlakukan seperti ini?!" Kata wanita itu menatapku. Apa ia tidak mengetahui dengan siapa ia berbicara? bahkan ia tidak terlihat takut sama sekali padaku?

Ku kihat mata Hazel nya begitu cantik menatapku. Entah mengapa banyak wanita cantik disekitarku tetapi wanita ini, mengapa ia begitu berbeda. Hahhhhhh apa yang ku pikirkan coba.

"Urus saja ibumu sendiri" kata kataku keluar seperti itu. Mengapa aku begitu ketus padanya, raut wajahnya langsung berubah, mata hazel nya berubah sendu, aku menyesalinya namun aku sudah berbalik dan menuju lift. Apa yang aku pikirkan, aku rasa pikiranku hari ini sedang kacau.

Perfect wedding (COMPLETE)Where stories live. Discover now