44. You have my word

68.2K 3.4K 6
                                    

William Anderson

Aku melangkahkan kakiku memasuki Club, beberapa wanita menghampiriku namun aku menepis tangan mereka yang merangkul lenganku. Aku ingin mencarinya.

Seketika rasa pusing kembali menghampiriku. Aku ingat aku pernah ke club bersama Lily, beberapa gambaran mulai bermunculan dalam pikiranku, aku rasa aku mulai kembali mengingatnya, bahkan aku mengingat menciumnya di ruanganku. Walau masih hanya sepenggal bayangan yang dapat aku ingat namun aku bisa pastikan dia ada di hatiku dan aku sangat menyayanginya.

Aku menjelajahi club dan menemukan apa yang aku cari. Ia ditemani seorang pria, saat aku menghampirinya aku baru menyadari pria tersebut adalah Jonathan, aku mempercepat langkahku menghampiri mereka, namun Jonathan sudah berlalu meninggalkan Lily sendiri di kursi bar tersebut.

"Hei, kau datang juga?" Sapaku dan duduk di sebelahnya. Aku memesan Martiniku pada bartender. Seketika aku ingat kejadian saat Lily mabuk dan menenguk tequila nya. Aku memejamkan mataku dan merasakan sebuah tangan memegang lenganku.

"Hei kamu tidak apa? Kamu baik baik saja? Mau aku antar pulang?" Aku melihat wajahnya khawatir dan aku tersenyum melihatnya. Aku mengingatnya, hal yang seharusnya tidak pernah aku lupakan.

"Hei! seharusnya aku yang mengatakan hal itu, bukan kamu." Kami tertawa bersama.

"Sepertinya aku tidak boleh meninggalkanmu sebentar saja, semua mata melihatmu dan menginginkanmu dan aku harus melindungimu dari mereka semua, karena kamu... kamu tunanganku." Aku tersenyum menatapnya dan meneguk minumanku.

"Hmm... aku milikmu." Ia tersenyum mengangkat minumannya dan demikian denganku, kami tertawa dan berbicara banyak hal perihal apa yang terjadi di antara kami sebelum ini. Bahkan penggalan gambar di otakku sudah mulai tersusun dengan rapih.

"Aku ingin pergi ke toilet"

"Aku akan menunggumu disini.." aku tersenyum mengangguk.

"Hei! Dimana Lily?" Aku menoleh pada Romeo yang panik, wajahnya khawatir dengan Jessy yang di sampingnya.

"Dimana dia?" Tanya Jessy.

"Ia pergi ke toilet, ada apa?" Tanyaku menatap mereka.

Mereka segera berlalu tanpa memberikanku keterangan dan aku segera mengikuti mereka. Jessy berusaha membuka pintu toilet wanita.

"Rome! Pintu nya terkunci!" Kata Jessy.

"Kamu harus membayar semua yang terjadi dengan kakakku!" Aku mendengar seorang wanita berteriak dari dalam toilet.

"Lily masih di dalam" kata Romeo. Aku dan Romeo berusaha mendobrak pintu tersebut hingga pintu tersebut berhasil di buka, aku melihat seorang wanita mencengkram leher Lily dan Lily menangis kesakitan di baliknya. Rome menarik wanita itu mundur, aku langsung meraih Lily dan memeluknya.

Ada darah di pelipisnya, dan bekas cengkraman di lehernya meninggalkan bekas merah cetakan tangan, wajahnya basah dan aku segera memeluk dan membawa nya keluar. Apa yang terjadi pada Lilyku, aku panik dan segera membawa Lily menuju bentley-ku, Jessy mengikutiku dan aku meletakkan tubuh Lily di kursi belakang di pangkuan Jessy dan dengan kecepatan tinggi aku segera menuju ke rumah sakit.

Aku menunggu di luar ruangan, kemeja putihku ada bekas darah dari pelipis Lily. Aku sudah mengingat semuanya, aku mengingat dengan jelas setiap kenangan yang seharusnya tidak pernah aku lupakan. Lily maafkan aku.... Aku menutup wajahku dan menengadah ketika dokter keluar dan aku bersama Jessy menghampirinya.

"Bagaimana dokter?" Tanya Jessy panik.

"Ia sudah baik-baik saja hanya kekurangan oksigen dan pelipisnya yang terluka sudah di obati, kami menjahit telapak tangan kirinya yang terluka. Setelah beristirahat beberapa jam ia sudah dapat pulang." Dokter berlalu meninggalkan kami.

"Bagaimana?" Romeo berlari menghampiri kami dan langsung memeluk Jessy yang menangis di pelukannya.

"Ia baik-baik saja, bagaimana keadaan di bar?"

"Helena sudah diamankan kepolisian, saat aku mendapatkan informasi dari bodyguardmu bahwa Helena ada di club aku langsung menghampiri Lily dan ternyata sudah terlambat." Kata Romeo menjelaskan padaku.

Aku mengangguk dan meninggalkannya masuk mendekati ruangan tempat Lily beristirahat.
Aku duduk di sebelah tempat tidurnya mendekat dan mengecup keningnya dan menciumi tangannya.

"Maafkan aku sayang. Aku sangat merindukanmu sayang, aku ada disini sekarang.. I love you my Lily, I love you." Aku masih menciumi punggung tangannya dan memandangnya yang tengah tertidur.

"Senang kamu sudah kembali Liam" aku merasakan Rome memegang bahuku dan menepuknya.

"Aku akan membawanya pulang, akan lebih aman Lily berada di tempatku sampai aku pastikan Siapapun tidak akan dapat menyentuhnya lagi."

_______________________________

Lily Spencer

Aku merasakan pusing di kepalaku, dengan masih terpejam aku menyandarkan tubuhku untuk duduk dan mengeluarkan tanganku dari selimut dan hendak memegang pelipisku yang berdenyut. Namun sebuah tangan dengan lembut memegang tanganku, membuatku membuka mataku.

Aku melihat Liam duduk di sisi tempat tidur menggengam tanganku.Aku berada di penthouse Liam, lebih tepatnya di atas tempat tidurnya.

"Tanganmu terluka, berhati-hatilah ada jahitan di balik perban ini. Kamu tidak apa? Ada yang sakit?" Liam menatapku lembut.

Tatapan yang aku rindukan dapat aku lihat di matanya yang memandangku. Aku menggeleng pelan dan Liam maju merengkuhku dalam pelukannya. Pelukannya erat dan harum tubuhnya sangat kurindukan. Ketika ia melepaskan pelukannya, ia mencium bibirku.

Tanpa bicara sepatah katapun ia menciumku dengan lembut. Aku membalas ciumannya. Aku dapat merasakan air mataku mengalir membasahi pipiku. Aku bahagia.Aku sangat bahagia...

Ketika Liam melepaskan ciumannya ia mengusap air mata di pipiku dan menyentuh pelipisku yang tertutup plester itu dengan lembut.

"Apa masih sakit?" Tanya nya lembut penuh perhatian.

Aku menggeleng pelan.

"Maafkan aku.. Tidak seharusnya aku melupakanmu.. aku benar-benar minta maaf, I love you Lily." Ia menatapku dan mengusap pipiku.

Aku hanya bisa menangis kembali dan memeluknya erat. Liam... aku sangat merindukannya...

"Jangan pernah melupakan aku lagi" kataku masih menangis di pelukannya.

"Tidak, aku tidak akan melakukannya lagi Lily, aku janji padamu!" Liam mengecup puncak kepalaku. Liamku sudah kembali.. Ia sudah mengingatku...aku menangis bahagia dalam pelukannya.

Perfect wedding (COMPLETE)Onde histórias criam vida. Descubra agora