12. Hot Chocolate

85.5K 5K 21
                                    


William Anderson

" Awwwww" aku tersenyum ketika melihatnya terjatuh di depanku. Sudah ku katakan untuk membukakan pintu untukku tapi ia malah menolaknya. Aku tersenyum lalu mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Aku tahu sejak pertama kali aku bertemu dengannya, ia berbeda dengan yang lainnya. Entah apa yang terjadi pada diriku, aku semakin ingin mengenalnya lagi.

Senyumku seketika hilang saat ia menepis tanganku yang ku ulurkan untuk membantunya berdiri, Lily... tidak seharusnya kau menolak tanganku seperti itu. Seketika dengan sigap aku memegang tangannya.

"Tanganmu kenapa? Terluka?" Tanyaku masih memegangnya dan membantunya untuk berdiri.

Ia melepaskan kembali genggaman tanganku pada lengannya. Aku hanya dapat terdiam melihatnya. Wanita ini benar-benar....

"Kau yang menyebabkannya untuk apa bertanya?" Kata Lily kesal sambil berdiri berhadapan denganku.

"Maaf untuk tanganmu.." kataku penuh penyesalan, apa aku menggegamnya terlalu erat?

"Untuk apa datang menemuiku? Kau membuntutiku ya?" Tanya Lily melipat tangannya di hadapanku.

"Aku membawakanmu Big mac!" Aku tersenyum sangat manis lalu mengangkat kantung paper bag Mcd yang aku beli.

"Aku sedang tidak lapar, aku juga tidak mengenalmu jadi... cepatlah kau pulang, aku sangat lelah hari ini" Lily memberikan tanda dengan tangannya agar aku keluar dari apartemennya.

Tidak... tidak.. tidak boleh berakhir seperti ini, aku harus mengetahuinya sebelum aku tidak bisa tidur karena penasaran dengan lelaki tadi.

"Aku hanya ingin mengunjungimu, dan karena aku adalah penyebab tanganmu terkilir maka aku akan bertanggung jawab akan hal itu."

"Tidak perlu, tanganku sudah baik-baik saja dalam dua hari kedepan juga akan sembuh, ini sudah malam.. dahhh." Katanya tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku.

Aku berjalan melaluinya serta duduk di sofanya. Aku melihat laptopnya yang terbuka menunjukkan design. Apa ia masih bekerja sampai larut malam seperti ini? Leon harus diberikan pelajaran..

Aku mendengar ia menutup pintu dan menghela nafasnya sambil berjalan kembali ke sofa dan  mengambil gelasnya di atas meja. Ia duduk di sampingku sambil menatapku.

"Apa ini design untuk resort yang baru?" tanyaku.

"Apa kamu inginkan sebenarnya? Aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk seenaknya di apartemenku."

"Orang asing? Kau tidak mengenalku?... William Anderson, Kau cukup panggil aku dengan Liam.. atau honey, beb, sayangku juga boleh" kataku tersenyum mengulurkan tanganku. Aku bahkan belum berkenalan secara langsung dengannya, semua pertemuan kita berakhir dengan kejadian yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Lily hanya menatap tanganku tanpa ada niat untuk menyambut salamanku, ia malah kembali meminum minumannya meletakkannya kembali lalu mengambil laptop ke pangkuannya. Aku tertegun ketika ia masih diam dan melanjutkan pekerjaan di laptopnya tanpa memperdulikan keberadaanku di sisinya.

Wanita ini benar-benar! Aku malah di acuhkan, apa apaan ini, ak tidak menerima penolakan apapun alasannya.

Aku mengambil minumannya dan meminumnya. hmm hot chocholate, sangat enak... Aku menoleh ketika Lily menatapku seperti ia melihat hantu.

"Heii...." katanya menatapku kesal. Mengapa ia selalu kesal saat berbicara denganku? Aku melihatnya meletakkan kembali laptopnya di atas meja lalu memcoba meraih kembali gelasnya yang aku pegang.

Aku langsung mengangkat hot chocolate tersebut tinggi sedangkan Lily kini sangat dekat di hadapanku berusaha menggapai gelas itu.

Ketika Lily menyadari bahwa jarak kami sangat dekat, Lily menarik dirinya namun tanganku dengan sigap dan cepat merangkul pinggangnya. Aku tersenyum penuh kemenangan. Lily kau sudah dalam dekapanku.

"Lepaskan!" Lily berusaha melepaskan rangkulanku.

"Aku akan lepaskan jika kau menjawab pertanyaanku" kataku tersenyum.

"Tidak mau! Lepaskan atau aku akan teriak?!" Ancam Lily dengan tangannya yang berusaha mendorong tubuhnya dariku, ia meletakkan tangannya di dadaku berusaha menciptakan jarak di antara kami.

"Baiklah aku akan membuatmu bicara dengan caraku" Aku meletakan kembali hot chocolate tersebut di meja dan dengan satu tanganku yang masih merangkul pinggang Lily. Setelah itu aku kembali melingkarkan lenganku ke tubuh mungilnya dan menariknya semakin mendekat padaku.

"Ku tanya sekali lagi, teddy itu siapa? Mengapa dia bilang dia mencintaimu sedangkan ia memberikanmu undangan pernikahannya dengan wanita lain?"

Lily masih berusaha mendorong tubuhku untuk menjauh.

"Aku tidak akan menjawab"

"Baiklah, pilihanmu menggunakan caraku" senyumku.

Aku menarik tubuh Lily semakin mendekat lalu mengecup bibir Lily dengan cepat. Aku tersenyum saat melepaskan ciuman kami.

"Kau! Berani beraninya!" Mata Lily melotot. Lily kau sangat menggemaskan....

"Jawab pertanyaanku" kataku menatapnya lekat.

"Kau laki-laki gila---" Lily tidak dapat melanjutkan ucapannya, bibirku terlebih dahulu menciumnya dengan intens.

Aku melepaskan ciumanku dan membuat Lily menundukan kepalanya malu.

"Kau mau aku menciummu lagi?" Tanyaku mengejek.

Baru saja aku hendak mendekatkan tubuhnya padaku lagi, Lily membuka suaranya.

"Mantan calon suamiku" katanya tidak menatapku.

"Liam lepaskan.. pinggangku sakit" kata Lily.

"Baiklah" kataku melepaskan pelukannya.
"Aku akan kembali lagi lain waktu" Akhirnya aku mengetahuinya, aku akan segera mencari semua informasi tentangnya esok.

"Selamat Malam Lily! Terima kasih untuk goodnite kiss nya!" kataku mengedipkan mataku dan berlalu keluar apartemennya.


Perfect wedding (COMPLETE)Where stories live. Discover now