18. Missunderstanding

81.4K 4.3K 27
                                    

Lily Spencer

handphoneku berdering. Aku melihat nama ayahku muncul di layar handphoneku.

Daddy's calling...

"Hai dad." Sapaku sambil berjalan menuju restoran tempat Jessy bekerja. Aku hendak makan siang disana.

"Hai sayang! Ada yang ingin daddy bicarakan. Maaf melalui telepon daddy harus memberitahukannya, daddy sangat sibuk akhir akhir ini."

"Ya dad, ada apa?" Tanyaku.

"Perihal perjodohanmu.. bagaimana jika pertemuan tersebut dilakukan dalam 1 minggu lagi? Apa kau bersedia? Daddy tidak akan memaksa, jika memang kamu belum siap-"

"Dad... aku sudah siap... beritahukan aku kapan dan dimana pertemuan tersebut, aku akan datang." Kataku. Ayahku terdiam sesaat.

"Daddd.." panggilku di sambungan telepon.

"Sayangggg... aku hanya menginginkan yang terbaik untukmu."

"Ya daddy aku tahu itu. Daddy tenang saja, aku sudah baik baik saja, aku harap kita segera bertemu dad, aku merindukanmu"

"Aku menyayangimu putriku." katanya mengakhiri panggilan telepon. Aku harap semua berjalan dengan baik, aku tidak ingin lagi mengecewakanmu daddy. Aku tersenyum dan hendak melangkahkan kakiku untuk masuk ke restoran tiba-tiba ada yang memegang tanganku membuatku berbalik menghadap orang tersebut.

Teddy sudah berdiri di hadapanku. Ada apa dengan dia ini? Mengapa masih saja menemuiku?

"Aku hanya ingin bicara denganmu, ku mohon?" Pintanya dengan wajah sedihnya. Aku hanya bisa terdiam dan ragu menatapnya. Aku tidak ingin berbicara lagi dengannya saat ini. Bagaimana ini?

"Tolong Lily.." ia kembali memohon.

"Baiklah." Kataku lalu memasuki restaurant.

Jessy langsung menghampiri dan memelukku.

"Kau! Masih berani datang kemari!" Kata Jessy yang hendak menghampiri teddy.

"Jess... ia hanya ingin bicara padaku.. tenanglah aku tak apa" kataku lalu tersenyum.

Aku mengambil posisi di hadapannya dan duduk di sudut jendela restaurant.

"Lily, kau apa kabar?" Tanyanya menatapku.

"Kabarku baik, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanyaku langsung ke inti permasalahan.

"Aku... aku hanya merindukanmu.. dapatkah kita berteman? Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku... aku masih mencintaimu Lily." Teddy menggengam tanganku di atas meja.

Aku memejamkan mataku dan ku hela nafasku. Ku tarik tanganku dari genggamannya.

"Ted.. ku mohon... jangan seperti ini.. kau harus mengikhlaskanku, seperti aku yang sudah merelakanmu.. jangan seperti ini.. tidak seharusnya seperti ini... semua yang sudah terjadi di masa lalu tidak ada yang bisa merubahnya, sekarang kita hanya harus menatap dan menjalani kehidupan kita sekarang ini.. lupakan aku... kau hanya menyakiti dirimu sendiri, kau juga hanya akan menyakiti aku dan tentunya Kiara juga calon bayimu. Kiara dan bayimu membutuhkanmu, kau akan menjadi seorang ayah sebentar lagi, ku mohon... jika kau masih merasa berat untuk mengikhlaskan semua ini, ingatlah dan lakukan ini semua untuk bayimu."

"Aku permisi" aku tersenyum dan berlalu darinya.

Aku berpamitan dengan Jessy, selera makanku hilang. Aku akan menyendiri sejenak.
Aku pergi kembali ke kantor namun aku menuju taman di sebrang kantor. Aku akan duduk sejenak disana.

Aku tidak menangis, aku juga tidak bersedih lagi, namun perasaanku masih tidak enak. Masih ada rasa sakit sedikit di hatiku. Namun setidaknya aku sudah belajar ikhlas dan merelakan apa yang seharusnya pergi dari kehidupanku.

'Mom... aku sudah merelakannya.. aku berhasil mom walau hatiku masih sakit melihat wajahnya namun aku bisa bertahan, aku yakin aku kuat mom menghadapi ini semua' aku memegang dadaku dan memejamkan mataku.

Aku ingat mom selalu berkata jika hatimu tidak enak ucapkan saja all is well, all is well, all is well.

Ku ucapkan mantra tersebut hingga perasaanku membaik dan aku sudah lebih baik sekarang. Aku melangkahkan kakiku dan kembali ke kantor.
_______________________________

William Anderson

Moodku sedang buruk hari ini, aku marah pada semua orang. Semenjak bertengkar kecil dengan Lily semalam, aku tidak dapat berpikir dengan baik.

Pagi ini aku suruh Romeo menyelidiki dan mencari informasi apakah Lily menyukai orang lain. Ahh aku seperti seorang pria yang patah hati karena perasaannya tidak berbalas.

Aku melihat aplikasi di handphoneku, melihat Lily sedang keluar kantor, aku akan mengikutinya.

Ia menuju ke sebuah restoran. Aku memarkirkan mobilku di sebrang jalan. Ketika aku hendak menyebrang ku lihat dari kejauhan Lily bersama dengan pria yang sebelumnya. Si teddy bear itu!!!

Mereka memasuki restoran tersebut. Aku mengikutinya. Entah dari mana namun amarahku mulai muncul. Mengapa Lily masih bertemu dengannya? Mengapa masih makan siang dengannya?! Ku pastikan saja sendiri, aku memasuki restoran tersebut.

Restoran tersebut sedang ramai pengunjung, namun mataku dapat menangkap dimana Lily duduk, dan ia sedang berpegangan tangan dengan lelaki itu sambil tersenyum.

Aku langsung berbalik menuju mobilku, ku lanjukan kencang mobilku. Aku benar-benar kesal sekarang. Ternyata benar, ia masih mencintai orang itu. Pikiranku benar-benar kacau.

Perfect. Aku mencintai dia yang mencintai orang lain. Bodoh Liam mengapa seorang Liam bisa sepusing ini karena seorang wanita.

Aku tidak akan memikirkannya lagi dan akan aku lupakan saja dia.

Perfect wedding (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang