10. Wrist

88.1K 4.9K 24
                                    

William Anderson

Aku bodoh sekali mengapa aku membentaknya bahkan menarik tangannya, aku panik melihatnya berdiri di depan ruanganku, tapi aku tidak dapat memungkiri aku menginginkannya semenjak pertama kali bertemu dengannya.
Bibir kecilnya hanya berbicara namun ia sangat menggodaku.

Aku memberikannya ciuman, ia memberikanku sebuah tamparan. Wanita lain yang kucium bahkan rela memberikan segalanya, hanya ia yang berani memberikanku tamparan.

"Permisi pak, ini jadwal bapak seminggu kedepan" kata Ella jhoana, sekretaris yang tadi kucumbu dihadapan wanita itu.

Ya wanita itu yang namanya bahkan belum ku ketahui. Ia selalu berputar di otakku selama seminggu ini. Dan ketika aku bertemu kembali ia malah menemukanku sedang melakukan hal itu bersama Ella. Bodoh Liam.. apa yang kau lakukan.. Aku kembali mengusap bekas tamparannya di pipiku.

"Pak.." Ella melingkarkan tangannya di leherku. Ia sudah berada di sampingku dan aku tidak menyadarinya.

"Keluarlah, kau ku pecat" aku melepaskan tangannya dari leherku.

"Tapi pak... kau menciumku satu jam yang lalu" Ella hampir menangis.

"Kau yang menggodaku, aku hanya membalasnya dan aku tidak suka sekarang kau keluar!" Bentakku.

Ia berlari lalu menangis.
Ku telepon Romeo Jackson, dia sahabatku, tangan kananku dan juga satu-satunya orang kepercayaanku.

"Rome.. bisakah kau lakukan sesuatu untukku?" Tanyaku

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Romeo.

"Siapa wanita cantik karyawan baru dari Leon?"

"Wanita bermata hazel, berambut panjang sebahu berwarna coklat?" Tanyanya

"Ya, bagaimana kau bisa tahu? Siapa namanya?"

"Lily Spencer. Sekarang aku sedang menatapnya." Romeo sedang tertawa kecil.

"Lily... kau dimana sekarang Rome?"

"Jangan mengangguku, biarkan aku menyantap makan siangku sambil memandanginya" kata Romeo.

"Jangan menatapnya Rome! Katakan kau dimana! Aku akan kesana!"

Aku langsung mengambil jasku dan melakukan panggilan telepon untuk mengantarkan mobilku ke lobby.

Entah apa yang ku pikirkan, aku hanya ingin bertemu dan melihatnya.
________________________________

Lily Spencer

Ku pegang pergelangan tangannku, sakit jika digerakkan.

Aku memasuki sebuah restaurant kecil tempat Jessy bekerja, ia selalu memberikanku tempat strategis di sisi kaca besar sehingga aku dapat memandang keluar.

"Lily! Aku kangenn!" Peluknya saat aku tiba di restaurant itu. Sepulang aku dari Florida memang aku belum menemuinya.

"Aku juga kangennn! Aku sudah pindah apartemen Jessy! Mainlah, aku akan membuatkan masakan untukmu" senyumku.

"Aku akan mengganti apron-ku sebentar yah" ia menggenggam kedua tanganku pelan namun aku meringis karna tangan kiriku sedikit bengkak pergelangannya.

"Lily, apa yang terjadi? Tanganmu oh my Gosh"

"Aku tak apa Jessy.. bibi Celia ada?" Tanyaku mengalihkan perhatiannya.

"Ibuku sedang tidak ada di New york sementara waktu Lily, ayo ikut aku"

Jessy mendorong bahuku menuju klinik kecil di samping restaurantnya.

Kini tangan kiriku dari pergelangan sampai telapak sudah terbalut plester, tanganku terkilir dan memar. Aku menghela nafasku ketika melihatnya.

Jessy mendesakku untuk menceritakan apa yang terjadi pada tanganku. Aku hanya berkata bahwa aku jatuh di kantor hari ini. Jessy lebih tua 2 tahun dari umurku, aku merasa seperti punya kakak perempuan, ia sangat perhatian dan menyayangiku.

Kini aku sudah duduk di mejaku bercanda dengannya dan menyantap makananku.
________________________________

William Anderson

Aku memasuki sebuah restaurant kecil, dan menghampiri Romeo.

Aku mengedarkan pandanganku berkeliling mencari keberadaan Lily.

Lily duduk di kursi sebelah jendela, ia memunggungiku. Ku lihat ia tertawa bersama teman wanitanya.

"Hei! Apa yang kau lakukan disini" tanya Romeo padaku.

"Aku akan makan siang" kataku.

"Dari tingkah lakumu kau tidak berniat untuk makan siang sepertinya. Hey dude!" Romeo melambaikan tangannya di depan wajahku dan mendapati aku sedang memandangi Lily.

"Diamlah kau Rome! Janggan mengganguku"

"Kau ini, biacara pada dirimu sendiri, kau yang datang kemari dan mengganguku... Kau tidak biasanya mengejar wanita? Bukannya wanita yang mengejarmu Tuan Anderson?" Tawa Romeo meledekku, aku hanya terdiam dengan mataku yang terus memandangi Lily.

Tiba-tiba aku melihat seorang pria berambut pirang sedang mendekati menuju ke arah meja Lily. Aku melihat mereka bertatapan namun seketika Lily berdiri dan berjalan keluar restaurant...

Apa yang terjadi dengannya? Ia terlihat seperti sedang menghindari pria itu. Aku melihatnya berjalan ke arah pintu keluar. Tunggu...Aku melihatnya menangis dan ketika ia menghapus air matanya, mengapa ada perban di tangan kirinya? Tadi pagi ketika datang ke ruanganku tangannya tidak apa apa. Tidak ada perban di tangannya seperti saat ini. Apa yang terjadi dengannya? Siapa yang melukainya? Aku lalu berjalan keluar hendak menyusul Lily dan pria tersebut meninggalkan Romeo yang masih berbicara panjang lebar padaku.

Perfect wedding (COMPLETE)Where stories live. Discover now