4. Truth

104K 5.6K 6
                                    

Lily Spencer

"Hai dad, daddy ada dimana?" tanyaku saat aku menelepon ayahku.

"Hai sayangku, daddy sedang berada Hongkong, tetapi daddy akan kembali malam ini. Ada apa kau meneleponku?" aku terdiam sejenak.

"Dad, aku ada di Florida.. ada suatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu.. aku akan menunggumu di rumah" kataku tenang.

"Apa ada hal yang buruk? Ada apa denganmu sayang? aku akan segera pulang sayangku.. aku akan segera menemuimu lily"

"Aku akan bercerita padamu saat daddy sudah di rumah bersamaku, Aku akan menunggumu di rumah dad"

"Baiklah.. aku akan segera pulang."

"Hati-hati daddy"

"Ya sayangku" ku tutup sambungan telepon itu.

Aku berbaring di atas kasur di kamarku. Sudah hampir satu tahun ini aku tidak mengunjungi Florida. Aku bahkan terlalu sibuk mempersiapkan urusan pernikahanku di New York. Senang rasanya bisa berada lagi di rumah ini, namun aku tidak dapat memungkiri bahwa rumah ini kembali mengingatkan aku akan ibuku. Carla Spencer.

Setiap sudut dan ruang di rumah ini selalu mengingatkan aku akan ibuku, aku ingat ketika ayah masih menjaga setiap detail sudut rumah ini agar tidak berubah, ia bilang, dengan menjaga semuanya tetap sama, membuatnya merasa ibu masih berada di rumah ini.

Aku kembali teringat ketika aku meminta ayahku untuk mengizinkan aku untuk dapat tinggal di New York dan bekerja seperti wanita lainnya tanpa mereka harus memandang status sosialku dan posisi ayahku. Aku hanya ingin kehidupan normal seperti wanita lainnya, tanpa rasa hormat yang berlebihan setelah mereka tahu siapa diriku sebenarnya, putri tunggal dari Marc Spencer, salah satu pebisnis yang cukup ternama dengan berbagai pencapaian dan keberhasilannya. Walau pada awalnya ayahku tidak menyetujuinya, namun kepergian ibu membuatnya sering berpergian untuk urusan bisnis, meninggalkanku sendirian di rumah.

Kesibukannya adalah salah satu cara ayahku berdamai dengan kesedihannya ketika ibu meninggalkan kami, namun aku tidak ingin berlarut dalam kesedihan ini, aku yakin ibuku juga tidak menginginkan aku seperti itu.Kepergian ibu merupakan hal yang sangat berat yang harus aku hadapi, aku hanya tidak ingin terus menangis ketika aku kembali mengingat ibuku, mungkin hal itu yang membuat ayahku akhirnya mengizinkan aku untuk tinggal di New York, tentunya dengan semua pengawasannya.

_____________________________________

Aku menggeliat dalam selimutku, Sinar matahari menyapaku dan aku beranjak dari tempat tiduku. Aku yakin ayahku pasti sudah pulang dan aku tertidur bukan malah menunggunya.

Setelah mandi dan bersiap, aku turun ke lantai bawah menuju meja makan. Aku melihat ayahku sedang disana dengan segelas kopi dan ipad di tangannya.

"Pagi sayangnya daddy! Aku sangat merindukanmu" peluk daddy menyambutku erat.

"Aku juga sangat merindukanmu daddy" kataku membalas pelukannya lebih erat lagi.

"Ayo sarapan sama daddy.. daddy senang kamu pulang.. sebentar lagi tuan putrinya daddy kan akan menikah.."katanya tersenyum. Daddy aku minta maaf. Aku menghela nafasku dan kami duduk bersama di meja makan.

"Dad... aku ingin memberitahukan daddy sesuatu.."

"Ada apa sayangku? Kau membuat daddy takut?" Tanya Marc khawatir.

"Dad....aku.. aku mau membatalkan pernikahanku dengan Teddy." kataku menatap wajah ayahku.

"Apa? Apa kau serius? Jika ini candaanmu, ini sungguh tidak lucu sama sekali !" Wajah ayahku berubah menjadi muram dan serius.

"Aku serius dad.. Aku akan menceritakan semuanya padamu tetapi berjanjilah padaku sesuatu dad" kataku menggenggam erat tangannya.

"Aku harus mendengarkannya terlebih dahulu"

"Ku mohon berjanjilah dad... biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri dan jangan melakukan apapun pada Teddy, aku mohon daddy" kataku berusaha memohon.

Ayahku hanya terdiam dan menatapku sesaat.

"Okay, daddy janji" Katanya sambil mempererat genggaman tanganku.

"Dad.. aku tidak dapat menikah dengan Teddy.. daddy ingat sahabatku? Kiara?"

"Kiaraa? kiara dan Jessy bukan?"

"Ya... Kiara... Kiara....Dia hamil... and Teddy adalah ayah dari bayinya itu.. " Aku dapat melihat wajah ayahku yang menahan amarahnya. Aku melihatnya menghela nafas kesal. Ayahku melepaskan genggaman tangannya dan hendak beranjak dari kursinya, seketika aku bangun dan memelukknya erat..

"Dad... ku mohon dengarkan aku dahulu... Aku sudah katakan sebelumnya, aku akan menceritakan semuanya padamu.. Teddy jujur padaku dan membujuk Kiara untuk melakukan aborsi, tapi aku menolaknya.. bayi itu tidak bersalah dad. Aku akan merasa bersalah seumur hidupku jika aku tetap menikah dengan Teddy setelah mengetahui ini semua. Aku memilih untuk mundur dan mengalah, menyudahi semua ini dad... Aku memang tidak baik-baik saja tetapi aku akan baik-baik saja seiring waktu berjalan.. jadi ku mohon.. aku akan membatalkan semua rencana, reservasi serta penyebaran undangan pernikahan." kataku tidak dapat menahan air mataku yang mulai menetes. Aku melihat ayahku yang memandangku penuh arti.

"Lily.. aku tidak akan membiarkan lelaki kurang ajar itu menikahimu" ayahku mengusap air mata yang ada di pipiku dan memelukku erat dalam dekapannya.

"Terima kasih dad... ku mohon daddy bisa mengerti semua ini.. aku berharap aku sudah mengambil keputusan yang terbaik untuk semuanya."

"Aku tidak akan melakukan apapun padanya, tapi ku mohon.. tinggallah disini.. aku akan kembali pada rencanaku semula. Aku akan menjodohkanmu dengan anak dari sahabatku, sudah ku duga lelaki yang kau cintai itu tidak baik".

"Dad... ijinkan aku untuk tetap tinggal di New York.. aku akan menuruti permintaanmu juga.. aku akan berpindah apartemen dan tempat bekerjaku.. aku ingin menghilang dari Teddy."

"Okay, baiklah" ayahku kembali memelukku erat. Daddy... aku tahu aku akan baik-baik saja, selama ada daddy di sisiku..

Perfect wedding (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang